
Mengenal Lebih Jauh Sosok Voltaire, Seorang Tokoh Filsuf dan Sastrawan
Aspirasionline.com – Dunia tentu tak lupa akan sosok filsuf serta penulis terkenal asal Perancis yang senang menyuarakkan keadilan. Ialah Voltaire atau Franϛois-Marie Arouet. Kritik tajam serta tulisan satirenya telah menyita perhatian dunia dan menuai polemik di berbagai kalangan. “Saya akan berbicara dengan Jenderal Louvois, kabarnya dialah yang mengendalikkan perang dari balik meja tulisnya” demikianlah tulisannya dalam si Lugu, bab VIII, hlm.43. “Lagi pula bukan mereka yang harus dihukum, tetapi orang biadab yang duduk-duduk di belakang meja tulis mereka dan setelah kekenyangan makan memerintahkan pembantaian sejuta orang dan kemudian bersyukur kepada Tuhan dengan khidmat.”
Voltaire yang hidup pada masa pemerintahan tiga raja Perancis dan masa perwalian : Louis XIV (1661-1723), Regence ‘perwalian’ (1715-1723), Louis V (1723-1774), dan Louis XVI (1774-1789) telah mengenyam pendidikan menengah di salah satu sekolah terbaik di Paris, Louis-le-Grand, yang dikelola kaum Jesuit. Disitulah minatnya tumbuh untuk menulis karya-karya klasik.
Keberhasilannya dalam bidang sastra dan mengolah kata disukai oleh berbagai temu sastra (salons littéraires) di kalangan atas, hingga ia dapat diterima di istana raja dan kalangan bangsawan.
Keberanian Voltaire dalam menulis seketika menyeretnya untuk mendekam di dalam penjara. Pada tahun 1717-1718 Voltaire mendapatkan pengalaman pertamanya disekap di penjara Basstille selama sebelas bulan. Pengalaman pahit itu telah membuka matanya dan menyadari akan adanya kemunafikan di kalangan istana. Para bangsawan cenderung memihak golongan sendiri, dan keberadaan Voltaire boleh jadi mengandung bahaya bagi kekuasaan, baik dari kalangan agama maupun politik.
Atas pertunjukkan Oedipe nya pada tahun 1718, Voltaire kembali diterima di istana dan mendapatkan tunjangan raja. Hingga tahun 1726 Voltaire dapat menikmati hidup mewah atas keberhasilannya dalam dunia sastra. Dan hanya karena perkelahian dengan seorang anak bangsawan terkait masalah wanita Voltaire dipukul dan dipenjarakan lagi di Bastille, serta belakangan dibuang ke Inggris (1726).
Voltaire banyak menerbitkan karya yang menghebohkan. Dalam kisah Si Lugu (1767), tercermin kesewenang-wenangan pengusaha, L’Ode sur la Mort de Mlle. Lecouvreur ‘Ode tentang meninggalnya Nona Lecouvreur’ (1730), yang mengungkapkan kejengkelannya terhadap penolakan pastor untuk menyelenggarakan pemakaman secara Katolik bagi Adrienne Lecouvreur, seorang aktris besar yang pada masa itu artis memang dikucilkan oleh gereja, L’Epitre á Uranie(1732) mengenai kritikannya terhadap dogma Katolik dan Temple du Goût ‘Puri Selera’. Dan karangannya yang paling menghebohkan adalah Lettres Anglaises (1734, versi pertama Lettres Philosophiques) dalam bahasa Inggris dan Prancis. Bukunya dibakar atas keputusan parlemen, dan penerbitnya José dari Rouen ditahan.
Meski kritik tajam telah mengarah kepadanya, namun pemerintah Perancis juga telah mengakui jasa-jasa Voltaire. Ia diberikan kehormatan sebagai l’Historiographe et gentil homme ordinaire dan anggota Académie Francaise. Voltaire juga dalam lingkup yang lebih luas telah dikedepankan sebagai anggota kehormatan dari République des Lettres atau Republik Sastra, yang berarti dunia intelektual Eropa, tanpa batas negara dan haluan politik. Hingga saat ini pun Voltaire masih dikenang dan namanya sering disebut. Pendapatnya masih saja sering dikutip dan dikaitkan dengan peristiwa masa kini di Prancis. Karya-karyanya juga masih diterbitkan ulang dalam berbagai versi.
Penulis : Saras Mg. |Editor : Alfian Putra A.