Dalam agenda Pemira 2025 UPNVJ, dua pasangan calon ketua dan wakil ketua BEM UPNVJ telah diperkenalkan. Di antara mereka terdapat Gufron Dymas Wicaksono dan Jodhy Farrel Budiman sebagai pasangan dengan nomor urut satu.
Aspirasionline.com – Menjelang hari Pemilihan Raya (Pemira) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) tahun 2025 yang akan diselenggarakan pada Rabu, (19/11) mendatang, Pemira tahun ini kembali menampilkan dua Pasang Calon (Paslon) Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEM-U) UPNVJ.
Salah satu dari kedua kandidat paslon tersebut adalah paslon nomor urut satu dengan Gufron Dymas Wicaksono sebagai calon Ketua BEM UPNVJ 2026/2027 yang merupakan mahasiswa Program Studi (Prodi) Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), angkatan 2023, serta Jodhy Farrel Budiman sebagai calon Wakil Ketua BEM UPNVJ 2026/2027 yang merupakan mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB), angkatan 2023.
Selepas diselenggarakannya debat terbuka kedua di Aula Tanah Airku, reporter ASPIRASI berkesempatan untuk melakukan wawancara eksklusif kedua paslon nomor urut satu, Gufron dan Jodhy, pada Jumat, (14/11) di Selasar Gedung Medical Education and Research Centre (MERCe) UPNVJ. Mereka menjelaskan mengenai visi dan misi, fokus kabinet kerja, hingga langkah strategis yang akan dilaksanakan ketika terpilih.
Berikut merupakan hasil wawancara eksklusif ASPIRASI bersama paslon nomor urut satu:
Apa alasan Anda mencalonkan diri sebagai calon ketua dan wakil ketua BEM UPNVJ?
Kalau dari saya (Gufron) pribadi selaku calon Ketua BEM UPN “Veteran” Jakarta yang memang berbicara soal track record dan juga latar belakang sebenarnya ada satu keresahan. Karena memang dasarnya saya sebagai wakil ketua himpunan yang mana dari tahun ke tahun dan juga berbicara soal korelasi antara BEM Universitas dengan himpunan ini sangat banyak.
Karena memang himpunan sebagai satu strata organisasi terkecil yang ada di UPN “Veteran” Jakarta dan juga perlu banyak sinergitas, salah satu bentuknya ketika kita melihat bahwasanya himpunan kita bergerak dalam arah seperti ini yang memang berbeda. Karena kalau di himpunan gue, Himpunan Mahasiswa Politik (Himapol) itu selalu berbicara soal bagaimana situasi kampus, bagaimana situasi nasional yang memang perlu untuk kita sebagai kader memastikan bahwasanya himpunan ini bergerak dan jadi satu bentuk.
Kita perlu ada suatu perubahan di strata organisasi BEM Universitas. Makanya kalau diperhatikan, di tiap-tiap agenda pemira tadi kita sampaikan bahwasanya kalau dari gua perspektifnya adalah perspektif bagaimana keluarga mahasiswa bergerak, bagaimana organ-organ intra kampus yang ada di strata paling kecil pun merasakan dampak dan juga kebermanfaatannya dari BEM Universitas ini sendiri gitu.
Kalau dari gue (Jodhy), ini saling melengkapi sebenarnya. Kalau gue memang latar belakangnya sudah tiga kabinet di BEM-U sebenarnya. Dari awal jadi mahasiswa baru, terus dari kabinet Kertonegoro, Sandia Karsa, Merangkai Asa sudah merasakanlah artinya dari hal-hal kecil sampai hal-hal besar yang ada di BEM-U itu memang diperlukan adanya perubahan besar. Makanya kita bawakan perubahannya, bukan sekadar omong-omong doang. Bahkan kita ada bukti konkritnya selama kita melakukan agenda pemira ini yang kita bawakan adalah dari hal struktural, dari hal-hal substansial segala macam itu kita bawakan.
Karena memang apa? Kembali lagi, BEM-U ini rasa-rasanya sudah harus kembali ke jalan di mana kesejahteraan untuk keluarga mahasiswa, kesejahteraan untuk masyarakat, dan kebermanfaatan luas untuk Indonesia. Itu adalah tujuan yang memang harus dikejar sama BEM-U.
Nama kabinet apa yang Anda rencanakan? Serta apa arti dibalik nama kabinet tersebut?
Kita gaungkan berdasarkan yang paling dasar adalah nama kabinet kita, Gelora Juang. Di mana satu bentuknya adalah Gelora Juang. Ini berbicara soal makna kabinet secara garis besar adalah pertama gelora juang, berasal dari kata gelora yang artinya adalah menggebu-gebu. Gelora itu artinya, pokoknya, bersama-sama dan juga arti dari juang sendiri adalah satu bentuk perjuangan kita.
Di mana arti dari makna kabinet kita adalah kita mau bentuk suatu perubahan yang mana dasar dan juga landasannya balik lagi lewat perjuangan kita.
Bahwasanya selama kita mulai dari mempersiapkan sampai nanti pada akhirnya selama satu periode ke depan, itulah yang kita perjuangkan bersama-sama, lewat apa? Perubahan, landasan, visi-misi yang memang itu menjadi salah satu konsen kita, berbicara juga soal berbagai macam hal yang memang kita ubah, seperti itu.
Menambahkan juga, lebih ke kabinet yang kita bawakan soal gelora, kita artinya mau bergerak itu bersama-sama dan juang bahwasanya segala hal atau apapun yang ingin kita tuju di depannya itu harus berdasarkan pada nilai-nilai perjuangan itu.
Apa visi-misi Anda? Adakah misi yang diutamakan?
Iya, kalau bicara soal visi dari kabinet Gelora Juang yang pertama kita berbicara soal bagaimana mewujudkan BEM UPN “Veteran” Jakarta bergerak di dua bidang yang mana concent (fokus) kita adalah terkait pergerakan dan juga terkait pengembangan kompetensi mahasiswa.
Dan pergerakan ini kita bagi menjadi dua atas atas dasar pergerakan secara sosial-politik maupun pengabdian masyarakat yang mana kita berorientasi pada sinergitas pemberdayaan dan pembangunan. Nilai-nilai yang kita anut selama satu periode ke depan dalam menjalankan organisasi ini adalah nilai-nilai intelektualitas, inovatif, dan juga sinergitas. Di mana ini balik lagi pewujudan dan juga dari visi kita yang paling penting adalah kebermanfaatannya untuk masyarakat, kebermanfaatan untuk keluarga mahasiswa, dan kebermanfaatannya untuk Indonesia ini sendiri.
Mulai dari nama kabinet, visi, misi, kita fokus internal, fokus eksternal, langkah strategis, itu kita semua sudah lengkap. Berarti kita sudah apa bahasanya ya? Udah bekal yang kuat lah untuk kita udah ngebaca satu kabinet itu mau seperti apa. Nah, misi yang kita bawakan juga itu turunan dari visi kita. Misi yang pertama adalah soal transformasi intelektual. Kedua adalah soal sinergis pergerakan, sinergitas pergerakan. Ketiga adalah advokasi yang progresif. Keempat adalah aksi berkelanjutan. Kelima adalah keadilan yang inklusif. Jadi, itu ada poin-poinnya, sudah jelaslah arah pergerakannya.
Bagaimana penjelasan terkait misi advokasi progresif? Apa ada yang ditingkatkan?
Bukan hanya ditingkatkan, diubah pun ada. Berbicara soal advokasi, kita punya satu pola ideal secara pengadvokasian kita. Pertama yang mau kita wujudkan, mungkin ini pembahasan terkait debat barusan ya, bahwasanya pola pengadvokasian yang ingin kita wujudkan di periode ke depan, pertama yang menjadi awal adalah perencanaan dan pengadaan sumber data, serta identifikasi masalah.
Selanjutnya adalah langkah strategis dan juga penyikapan terkait permasalahan-permasalahan yang ada di internal maupun eksternal yang mana kita perlu untuk melakukan audiensi kepada rektor dengan grand permasalahan yang kita kumpulkan. Grand permasalahan teknis secara detailnya adalah kita punya namanya constituent recall bersama tujuh fakultas dan juga himpunan-himpunan.
Di mana constituent recall ini menjadi satu landasan kita untuk bergerak bahwasanya keinginan bukan hanya berdasarkan dari fungsionaris BEM saja, tapi memang keinginan ini kita landaskan dengan melibatkan
Kema dalam constituent recall tersebut. Yang dimaksud constituent recall kita bukan hanya mengumpulkan, tapi kita juga perlu tahu bagaimana penyikapan permasalahan tersebut lewat proses diskusi terkait permasalahan birokrasi, permasalahan apapun itu yang ada di internal atau segala macamnya terkait akademik maupun non akademik kita bahas dalam constituent recall tersebut.
Kita audiensikan di awal kabinet dengan rektorat agar kita bisa mem-follow-up terkait permasalahan tersebut bukan hanya dalam eventual, tetapo kita gunakan BEM ini sebagai wadah fungsional, terutama Adkesma (Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa) yang ada di BEM Universitas harus bersikap secara fungsional bukan secara eventual.
Yang mana kalau kawan-kawan tahu juga bahwasanya pengadvokasian yang ada di satu tahun kebelakangan itu berbicara soal eventual-eventual saja. Karena berbicara lagi soal Safari Fakultas, Form Aspirasi Mahasiswa yang memang itu memang sudah menjadi tugasnya. Tapi bukan itu yang mau kita maksud pengadvokasian ke depannya.
Kita lebih mengedepankan bahwasanya di awal kabinet bersama dengan rektorat. Kita jadi tahu bagaimana kita tiap berapa hari sekali follow-up-nya dan juga kita pastikan bahwasanya transparansi dari hasil progres dan juga proses itu kita maksimalkan dalam wadah-wadah yang nanti bakal kita lakukan. Jadi, kembali lagi ketika masalah advokasi yang kita lakukan adalah keresahan mahasiswa, sampai saat ini kan dasarnya adalah pengadvokasian yang kurang ideal dan optimal.
Selama beberapa kabinet masalah ini kenapa enggak selesai-selesai? Makanya yang ingin kita coba ulik adalah dari dasar dulu. Wah, ternyata ada pola-pola yang salah. Balik lagi tadi mulai dari Adkesma itu terlalu eventual yang seharusnya bagi keluarga mahasiswa advokat bersifat fungsional. Nah, itu yang kita ubah-ubah pola-pola seperti itu.
Lanjut ke langkah-langkah strategis, pertama kita melihat salah satu kekurangan BEM-U yaitu tidak adanya keseriusan dalam momen pertama atau pertemuan pertama antara BEM-U dengan rektorat.
Itu hal yang urgent sebenarnya, di mana pertemuan pertama adalah harus bisa mengikat dan berbicara soal advokasi, inventarisasi masalah yang sudah ada seharusnya bisa kita tuangkan di situ. Tapi per hari ini, per kabinet tahun ini dan juga mungkin sebelumnya juga kurang maksimal. Yang akan kita bawakan tahun depan bahwasanya pertemuan pertama antara rektorat dan juga BEM-U itu adalah hal yang krusial. Dan di situ kita tidak hanya berbicara soal pemaparan, tetapi juga banyak evaluasi.
Apa yang menjadi fokus dan sifatnya pembeda dari kabinet sebelumnya?
Berbicara apa yang membedakan sebenarnya kita ambil dari yang paling dasar, paling fundamental yang ada di organisasi. Kenapa? Karena berbicara soal organisasi enggak jauh-jauh dari berbicara soal struktural.
Di mana ini menjadi satu pembeda juga bahwasanya pembeda di tahun depan adalah penambahan struktur antara sekretaris kementerian, sekretaris kabinet, dan juga perbendaharaan kementerian, dan perbendaharaan kabinet.
Di mana ini menjadi analisa dari identifikasi masalah kita secara organisasi di BEM Universitas bahwasanya secara struktural belum bisa pembagian peran dan fungsinya secara maksimal. Karena apa? Di tiap-tiap evaluasi tengah tahun dan juga evaluasi akhir tahun yang selalu dibicarakan terkait permasalahan administratif di BEM Universitas.
Itu yang jadi pembeda adalah strukturalnya perlu kita kuatkan. Perlu ada penguatan-penguatan lewat struktural-struktural yang kita ubah bahwasanya landasan dasar dan juga permasalahannya adalah terkait administratif, maka harus dibenahi administratifnya agar tujuan akhirnya di tiap-tiap kementerian dan tiap-tiap apa yang mau kita bawa selama satu periode ke depan permasalahan administratif selesai.
Bagaimana kesiapan menghadapi Pemira dan apa langkah pertama yang bakal dilakuin ketika terpilih?
Berbicara berbicara soal persiapan-persiapan pemira, kita ini sebenarnya telah melakukan banyak diskusi sebelum kita memutuskan untuk naik bareng atau berbicara soal namanya mencalonkan bareng lah di pemira kali ini.
Kita menyampaikan bahwasanya di pertemuan kita menyampaikan apa yang mau kita bawa dari masing-masing perspektif kita, dari gue (Gufron) keresahannya lewat keluarga mahasiswa dan juga himpunan gue yang memang seharusnya, idealnya adalah kita punya peran masing-masing di tiap-tiap himpunan dan juga di tiap-tiap tim fakultas. Korelasinya itu menjadi satu tanggung jawab universitas dalam keterlibatan, penyelesaian-penyelesaian permasalahannya itu kita satukan di situ.
Perspektif kita sebenarnya berbicara soal persiapan, kita enggak menjadikan satu Pemira ini menjadi tujuan akhir kita. Pemira ini jadi satu proses kita untuk mewujudkan kepentingan kita, yaitu berbicara soal gagasan dan juga ide-ide kita selama satu periode ke depan. Jadi sebenarnya kalau bicara soal Pemira, kita enggak selalu berbicara soal menang dan kalah.
Kalau dibilang setelah debat kedua ini, persiapan seperti apa, justru makin siap kita karena kita senang ketika gagasan kita bisa tersalurkan, ketika arah-arah gerak kita bisa tersalurkan dan harapannya ini bisa didengar oleh keluarga mahasiswa gitu mengenai gagasan-gagasan kita yang memang siap yang kuat dan serta berkelanjutan dan konkret.
Ibaratnya yang kita sampaikan bukan hal-hal normatif tapi yang disampaikan kita mulai dari langkah dasarnya pola-polanya seperti apa, perubahannya seperti apa sampai nanti langkah konkrit dalam hal teknisnya seperti apa yang sudah kita sampaikan. Ya, harapannya kalau bisa debat tuh sampai kali, sampai tujuh kali lah. Karena banyak yang ingin dikulik dari kita. Kita senang, gitu.
Bagaimana agar mahasiswa yakin untuk memilih paslon 1?
Berbicara soal bagaimana meyakinkan mahasiswa agar yakin bahwasanya perubahan itu ada. Tadi kita sampaikan bahwasanya gagasan kita seperti ini selama satu periode ke depan. Kita punya satu penguat, kita punya satu dasar, kita punya satu data. Bagaimana pola-pola pikir itu terbentuk.
Jadi sebenarnya kita tujuannya bukan hanya menang di Pemira, bukan hanya berjalan satu periode ke depan, tapi berbicara soal keberdampakannya kepada pemira dan juga ini satu budaya pemira yang harus kita ubah bahwasanya perilaku pemilih yang ada di UPN “Veteran” Jakarta perlu diubah lewat apa?
Kita sampaikan gagasan kita, kita sampaikan itikad baik kita, kita sampaikan visi misi kita yang memang kita bergerak atas dasar landasan tersebut. Jadi kita bukan cuma kita mikirin gimana cara menangnya aja, kita bukan cuma mikirin pencitraan kita kepada mahasiswa. Kita perlu untuk adanya suatu aksi keberlanjutan.
Adanya satu tadi lewat visi-visi dan juga misi kita itu tersampaikan dengan baik bahwasanya budaya di Pemira dari tahun ke tahun calon harus punya gagasan yang kuat, satu landasan yang kuat.
Harapannya ini bisa diterapkan di pemilu-pemilu selanjutnya karena kita bentuk satu budaya baru yang ada di UPN “Veteran” Jakarta bahwasanya lewat gagasan yang kita punya yang kuat berdasarkan analisa data kita itu jadi satu langkah untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di BEM UPN “Veteran” Jakarta.
Foto: Gufron Dymas Wicaksono
Reporter: Fadhel | Editor: Nabila Adelita
