Debat terbuka kedua Pemira BEM UPNVJ membahas topik utama terkait proses pembangunan yang sedang berlangsung di lingkungan kampus saat ini. Kedua paslon memiliki solusi dan strategi masing-masing dalam menanggapi isu tersebut secara efektif.
Aspirasionline.com – Debat terbuka kedua dari rangkaian kegiatan Pemilihan Raya (Pemira) Ketua dan Wakil Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) telah selesai terlaksana pada Jumat, (14/11) lalu di Auditorium Tanah Airku, Lantai 5, Fakultas Teknik, UPNVJ.
Debat tersebut mengangkat mosi “Urgensi Pemerataan dan Prioritas Pembangunan Fasilitas Antar Kampus di UPN “Veteran” Jakarta sebagai Wujud Keadilan dan Efektivitas Kegiatan Mahasiswa.”
Debat siang hari itu terbagi ke dalam lima segmen acara dengan sesi tanya jawab terbagi menjadi tiga segmen, yaitu pertanyaan panelis, sesama paslon, dan perwakilan keluarga mahasiswa (kema) yang terpilih.
Dalam kesempatan tersebut telah hadir kedua Pasangan Calon (Paslon) Ketua dan Wakil Ketua BEM UPNVJ 2026. Gufron Dymas Wicaksono dan Jodhy Farrel Budiman sebagai paslon nomor urut satu dari Kabinet Gelora Juang serta Calvin Philip Andrew Pangaribuan dan Rakha Rajendra Zakira Ahmad sebagai paslon nomor urut dua dari Kabinet Sankalpa Wijaya.
Ketua BEM dan Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) petahana tidak hadir dalam ruang debat siang itu. Namun demikian, ruangan itu tetap dipenuhi oleh para panelis dan rombongan kema UPNVJ.
Advokasi Mahasiswa Menyoal Pembangunan di UPNVJ
Debat terbuka kedua dibuka dengan penyampaian visi-misi masing-masing paslon. Kemudian acara berlanjut memasuki segmen pertama sesi tanya-jawab, yaitu pertanyaan dari panelis. Pertanyaan pertama diajukan oleh perwakilan MPM kepada paslon nomor urut satu mengenai pembangunan kampus yang dinilai mengganggu kenyamanan mahasiswa.
“Pembangunan fasilitas terkadang membuat mahasiswa terganggu, seperti kebisingan atau ruang terbatas. Bagaimana kalian memastikan proses pembangunan tetap ramah mahasiswa dan tidak mengorbankan kenyamanan belajar? Silahkan dijawab pertanyaannya. Waktunya tiga menit, dimulai saat Anda berbicara,” tanya perwakilan MPM dibacakan oleh Panelis.
Calon Ketua BEM nomor urut satu, Gufron, menanggapi pertanyaan tersebut dengan menjelaskan bahwa sudah seharusnya mahasiswa selalu dilibatkan dalam proses pembangunan yang ada di UPNVJ. Dirinya berpendapat bahwa ketidakterlibatan mahasiswa dalam pembangunan berimbas pada keamanan dan kenyamanan mahasiswa yang terganggu.
“Karena (kita) perlu adanya keterlibatan mahasiswa dalam proses pembukaan dan juga pembangunan yang ada di UPN “Veteran” Jakarta,” ungkap Gufron pada debat Jumat, (14/11).
“Kita merasa tidak aman dan tidak nyaman. Karena apa? Adanya proses pembangunan yang dilakukan oleh rektorat,” sambungnya.
Jodhy selaku calon Wakil Ketua paslon nomor urut satu menambahkan pernyataan Gufron bahwa mereka menjamin akan melibatkan mahasiswa melalui kegiatan rapat advokasi. Baginya, langkah ini akan menjadi penyelesaian konkret paslon nomor urut satu.
Di waktu yang bersamaan, Gufron kemudian menjelaskan pola-pola advokasi yang ideal menurut paslon mereka.
“Pengadvokasian yang ideal menurut kita adalah pertama, kita punya sumber data yang valid, berbicara soal apa-apa saja yang menjadi permasalahan yang ada di UPNVJ, terutama dalam konteks pembangunan yang ada di kampus kita,” jelasnya.
Sementara itu, paslon nomor urut dua menanggapi pernyataan paslon nomor urut satu terkait persoalan advokasi yang mereka rencanakan. Philip, selaku calon Ketua BEM paslon nomor urut dua melihat tidak ada kejelasan advokasi yang paslon nomor urut satu akan lakukan nantinya.
Dia mengeklaim bahwa advokasi paslon nomor urut dua akan lebih jelas. Philip menjelaskan setidaknya ada tiga langkah advokasi yang akan paslon nomor urut dua lakukan. Pertama, membuat jadwal pembangunan yang tidak mengganggu jam kuliah, kedua, menetapkan zonasi pembangunan yang terkontrol, dan ketiga, menyediakan ruangan pengganti bagi mahasiswa apabila terdapat area kampus yang sedang dibangun.
“Itu salah satu langkah advokasi kami, tiga poin tekanan, ketika apabila, ada nantinya pembangunan UPN “Veteran” Jakarta ini,” tutur Philip, Jumat, (14/11).
Menengok Transparansi Proses Advokasi terhadap Kema
Beranjak menuju segmen kedua, masing-masing paslon diberi kesempatan untuk saling mengajukan pertanyaan. Jodhy selaku calon wakil ketua BEM nomor urut satu menanyakan perihal transparansi proses advokasi paslon nomor urut dua nantinya. Dia memandang bahwa proses advokasi selama ini masih belum inklusif terhadap kema.
“Advokasi itu harus transparansi, sedangkan selama ini mahasiswa tidak tahu. Transparansi bagaimana? Ormawa-ormawa (Organisasi Kemahasiswaan) tidak tahu,” ucap Jodhy jelang sore itu pada Jumat, (14/11).
Menanggapi hal itu, Rajendra selaku calon wakil ketua BEM nomor urut dua menjawab bahwa sedari awal transparansi sudah dilakukan. Berbagai kegiatan advokasi yang sudah terlaksana melibatkan banyak diskusi dari berbagai fakultas.
“Transparansi lebih lanjut, itu sebenarnya sudah di-share (dibagikan) kepada grup-grup yang ada. Kita ada grup Adkesma (Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa) untuk tiap fakultas yang tergabung dengan BEM UPN “Veteran” Jakarta juga. Mungkin bisa dilihat lagi,” lanjut Raje, panggilan akrabnya pada Jumat, (14/11).
Jodhy beranggapan bahwa jawaban Raje hanyalah pola berulang yang sudah dilakukan. Jodhy mempersoalkan mengapa orang tidak dapat menanyakan hasil advokasi apakah betul-betul melalui proses advokasi. Sebab menurutnya bisa saja hasil tersebut datang dari keinginan rektorat.
Tak hanya itu, Calon Wakil Ketua BEM paslon nomor urut satu itu menerangkan bahwa kabinetnya akan mengubah pola pemaparan BEM di awal kepengurusan dengan mengorganisir inventarisasi masalah, advokasi berbasis fungsional berkelanjutan, dan transparansi advokasi yang inklusif.
“Tahun depan transparansi soal proses dan juga kerjasama dan sinergi antara mahasiswanya itu bener-bener kita kerjakan bersama,” tandasnya.
Gambar: Fathya/ASPIRASI
Reporter: Najmi Fathya & Siti Nur’Aini | Editor: Abdul Hamid
