Dugaan Intervensi Pihak Luar di Tengah Aksi September Hitam UPNVJ

CategoriesNasional

Di tengah aksi khidmat Mimbar Bebas dan Doa Bersama, reporter ASPIRASI mendapati seorang pria mencurigakan yang diduga tengah memata-matai aksi mahasiswa. Saat diwawancarai, ia mengaku bernama Jimmy namun memberi jawaban tak konsisten, meminta nomor telepon reporter, hingga menolak didokumentasikan sebelum akhirnya bergegas pergi.

Aspirasionline.com – Pada Senin, (8/9) tepatnya pada sore hari, di depan gerbang Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) Kampus Pondok Labu, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPNVJ menginisiasi aksi Mimbar Bebas dan Doa bersama. Membawa  tagar #MenggugatDosaNegara, aksi ini juga mendesak adanya peradilan terhadap rentetan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia.

Dihadiri sekitar lima puluh mahasiswa UPNVJ, atmosfer aksi terasa begitu khidmat dan sendu. Para massa aksi melangitkan doa, berorasi, ditambah dengan pembacaan puisi untuk menggugat keadilan yang terabaikan dalam kasus pelanggaran HAM di Indonesia.

Di pertengahan aksi yang begitu khidmat, reporter ASPIRASI menemukan seorang pria mencurigakan yang diduga memata-matai kegiatan doa bersama sejak awal acara dimulai. 

Pria tersebut tampak menggunakan setelan jaket berwarna abu terang, kacamata hitam, serta masker yang menutupi seluruh wajah.

Tidak berbaur bersama massa aksi, ia berada cukup menjaga jarak dari kumpulan massa serta di beberapa kesempatan mengeluarkan gawai dan merekam aksi dalam posisi yang tidak berubah. Setelah dikonfirmasi oleh pihak BEM FISIP, Rafif Luqman, pihak BEM tidak mengetahui pria berjaket tersebut.

Tepatnya pada pukul 19.08 Waktu Indonesia Barat (WIB), reporter ASPIRASI mencoba mendekati pria mencurigakan tersebut, pria tersebut terlihat gelagapan kebingungan. Ditambah, ketika dimintai keterangan nama oleh tim reporter, pria tersebut terdiam cukup lama sebelum menyebutkan namanya dan justru meminta nomor tim reporter kami.

“Namanya? Namanya Jimmy. Berapa nomor teleponnya (reporter)?” ucap pria itu kepada ASPIRASI pada Senin, (8/9) di tengah aksi berlangsung. 

Berusaha mengulik lebih jauh, reporter ASPIRASI mencoba untuk meminta tanggapannya sebagai seorang warga dalam melihat aksi doa bersama yang dilakukan oleh mahasiswa.

Good, good (bagus), sesuai Pasal 28, kebebasan berbicara dan berpendapat dan menyampaikan aspirasi,” ucapnya diselingi tawa canggung.

Tidak cukup sampai di situ, tim reporter mencoba untuk mengulik lebih dalam mengenai keresahannya sebagai masyarakat sipil dalam melihat tindakan yang dilakukan oleh negara.

“Ya ada lah (keresahan). Keresahannya? Sama seperti apa yang disuarakan mahasiswa,” ungkapnya masih diselingi tertawa yang terkesan meledek.

Tidak berlangsung lama, kala reporter ASPIRASI mengulik pembicaraan dengan kembali meminta tanggapannya, pria tersebut langsung memotong serta kembali untuk meminta nama dan nomor telepon reporter dengan dalih ingin melanjutkan proses wawancara melalui WhatsApp.

Dalam kesempatan ini, reporter ASPIRASI juga berhasil mendapatkan nomor telepon pria tersebut. Ketika kami cek kebenaran nomor tersebut melalui aplikasi Get Contact, tidak ada satu pun tag yang relevan dengan nama Jimmy justru menemukan satu tag yang cukup mencurigakan

Foto: Bukti pengecekan di aplikasi pengenal nomor telepon

Tidak sampai disana, reporter ASPIRASI juga sempat diajak berfoto menggunakan gawai milik pria tersebut. Namun, ketika tim reporter berbalik meminta untuk dokumentasi narasumber sebagai bahan arsip, pria tersebut langsung menolak dan bergegas pergi dengan dalih ingin menunaikan ibadah salat Isya.

“Nanti lah gampang, mau ngapain, ntar aje gue kasih, ntar juga gue kasih,” ucap Jimmy terkekeh.

Foto: Reporter ASPIRASI ketika diajak berfoto bersama

 

 

Foto : Tim Redaksi LPM ASPIRASI

Naskah ditulis oleh: Tim Redaksi LPM ASPIRASI

 

About the author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *