
Ribut-Ribut Kebijakan Mendadak Wajib Magang FIK
Penerbitan SE wajib magang bagi mahasiswa NIM ganjil yang mendadak, yakni tiga hari sebelum perkuliahan di Fakultas Ilmu Komputer (FIK) UPNVJ dimulai, menimbulkan banyak protes oleh mahasiswa.
Pada Jumat (11/8), Fakultas Ilmu Komputer (FIK) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) mengumumkan kebijakan terkait Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Dalam Surat Edaran (SE) yang dibagikan, FIK mewajibkan mahasiswa semester lima dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) ganjil untuk mengikuti program MBKM.
Adapun, dalam SE tersebut, pihak fakultas mewajibkan mahasiswa mengikuti program MBKM berupa program MBKM yang diselenggarakan oleh fakultas, MBKM mandiri, serta program lainnya seperti Aktualisasi Bela Negara (ABN).
Kebijakan ini lantas menuai banyak kontra di kalangan mahasiswa. Pasalnya, kebijakan ini dianggap terlalu mendadak karena diumumkan tiga hari sebelum waktu perkuliahan semester lima dimulai.
Fajar Rizki Ramadhan, mahasiswa Program Studi (Prodi) Informatika FIK UPNVJ tahun angkatan 2021 menjadi salah satu mahasiswa yang merasa keberatan atas kebijakan MBKM yang mendadak ini. Pemuda yang lebih akrab dipanggil Fajar ini menilai jika kebijakan ini mengganggu rencana yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
“Banyak mahasiswa yang udah nyusun studinya semester ini. Rencana-rencananya jadi keganggu atau keubah gitu,” tutur Fajar ketika diwawancara oleh ASPIRASI, Rabu, (13/9).
Pasalnya, ini kali pertama FIK menerapkan kebijakan ganjil-genap di mana pada semester lima atau ganjil, mahasiswa dengan NIM ganjil wajib mengikuti program MBKM. Belum lagi, SE ini diterima mahasiswa tiga hari sebelum perkuliahan semester lima dimulai. Kebijakan yang mendadak ini membuat mahasiswa dengan NIM ganjil yang belum mendaftar program MBKM kewalahan untuk mencari opsi lain.
Hal ini pun disetujui oleh Lutfi Nofal Pratama, mahasiswa NIM ganjil Prodi Informatika FIK UPNVJ tahun angkatan 2021. Kebijakan yang mendadak ini membuatnya ragu akan kebenaran informasi tersebut karena informasi pertama kali yang ia dapat bukan dari pihak fakultas maupun pihak Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FIK UPNVJ.
“Tanggal 11 Agustus itu baru keluar SE-nya, H-3 sebelum perkuliahan normal dimulai. Nah, sedangkan MBKM yang resmi dari Kemendikbud kan udah tutup ya, jadi kita ini yang NIM ganjil bingung ini SE beneran apa kagak, gitu,” keluh Lutfi ketika diwawancarai oleh ASPIRASI, Rabu (13/9).
Sedikitnya Opsi yang Diberikan Pihak Fakultas Kepada Mahasiswa
Keluarnya SE mengenai kewajiban mengikuti program MBKM ketika program MBKM Magang dan Studi Independen Berserikat (MSIB) sudah ditutup jelas membuat mahasiswa kebingungan untuk mencari solusi.
Menjawab kegelisahan mahasiswa terkait hal tersebut, fakultas pun mencoba memberikan beberapa pilihan bagi mahasiswa dengan NIM ganjil yang belum sempat mendapatkan tempat magang. Dengan ini, diharapkan mahasiswa bisa tetap mengikuti program MBKM mandiri yang diselenggarakan oleh fakultas.
“Yang pertama ada Maxy Academy, CN Plus, ABN, PT Saras. Setahu gue cuma itu pilihannya,” ungkap Lutfi kepada ASPIRASI ketika ditanya mengenai pilihan yang disediakan oleh fakultas.
Namun, opsi yang diberikan oleh pihak fakultas kepada mahasiswa dirasa masih memberatkan. Dalam wawancaranya, Lutfi menjelaskan bahwa opsi yang diberikan oleh fakultas memiliki syaratnya masing-masing untuk dipenuhi.
“Yang PT Saras ini khusus anak S1 Sistem Informasi. Gue kan Informatika, ya. Berarti cuma ada tiga pilihan buat gue,” ungkap Lutfi, menjelaskan opsinya yang semakin terpangkas.
Melengkapi kejelasan Lutfi, Rizki menambahkan jika PT Saras hanya menerima sekitar 20 hingga 40 mahasiswa dari program studi Sistem Informasi. Untuk CN Plus sendiri, mahasiswa akan ditempatkan di Tegal, Jawa Tengah secara offline dan hanya terbuka bagi beberapa mahasiswa saja. Sedangkan untuk Maxy Academy, program ini diawali dengan bootcamp selama tiga hingga lima bulan yang setelahnya mereka akan mengarahkan mahasiswa ke tiga perusahaan.
Sayangnya, untuk Maxy Academy sendiri, terdapat pembayaran di muka dimana nominalnya akan bergantung pada hasil tes yang diterima mahasiswa. Nominal terbesar yang rata-rata dibayar mahasiswa dalam mengikuti program bootcamp ini sebesar Rp1.200.000,- (Satu juta dua ratus ribu rupiah) dan dianggap memberatkan bagi sebagian mahasiswa.
“Nah pembayaran ini kata mereka, yang gue tahu, kayak sejenis investasi. Jadi nanti uangnya balik kalau kita keterima magang di tiga perusahaan yang di-channel-in sama mereka. Kalau gak keterima, gue gak tahu uangnya bakal balik atau enggak. Soalnya, kalau tiga perusahaan tersebut nolak kita, kita bakal kerja secara online dan unpaid. Itu yang gue baca dari syarat dan ketentuan Maxy kemarin pas gue daftar,” jelas Lutfi.
Namun, di lain sisi, Putri (nama disamarkan), mahasiswi program studi Informatika, mengungkapkan jika solusi yang diberikan oleh fakultas cukup membantunya. Meski di awal cukup memberatkan karena harus menyiapkan uang dengan jumlah besar dalam waktu dekat, namun Putri merasa terbantu lantaran proses pendaftarannya tidak rumit.
“Karena dia perusahaan yang kerja sama fakultas, jadi daftarnya melalui fakultas. Jadi menurut saya alur pendaftaran bootcamp–nya tidak rumit,” ujar Putri ketika diwawancara oleh ASPIRASI, Senin (25/9).
Kekhawatiran Mahasiswa dalam Mendapatkan Magang
Dengan kebijakan yang dikeluarkan secara mendadak dan sedikitnya opsi yang disediakan oleh fakultas, FIK masih mempersilahkan mahasiswa dengan NIM ganjil untuk mencoba magang di semester selanjutnya atau semester genap. Namun, terdapat catatan-catatan yang diberikan oleh fakultas, salah satunya adalah mahasiswa NIM genap yang akan diprioritaskan pada program magang di semester genap selanjutnya.
“Walau dari FIK-nya ngasih statement kayak gitu, tapi dari FIK-nya sendiri kayak mewajibkan buat anak NIM ganjil itu buat magang di semester ini,” tutur Rizki kepada ASPIRASI, (13/9).
Catatan-catatan yang diberikan oleh fakultas jelas membuat mahasiswa tidak memiliki pilihan lain. Hal ini juga dirasakan oleh Lutfi yang pada akhirnya memutuskan untuk memilih Maxy Academy sebagai opsi terakhirnya lantaran khawatir jika dirinya tidak bisa magang di semester selanjutnya.
“Kalau gue skip magang di semester ini (semester lima, red.), semester enamnya kata orang fakultas diprioritasin buat anak NIM genap. Jadi gue nunggu kuota masih ada atau enggak gitu. Kalau gak ada, yaudah gue gak bisa magang di semester enam,” ungkap Lutfi.
Segala cara seakan dilakukan oleh fakultas agar seluruh mahasiswa semester lima dengan NIM ganjil dapat segera mendapatkan tempat magang.
Bahkan, jika ada mahasiswa yang terkendala biaya, mahasiswa dapat membuat surat pernyataan kepada pihak fakultas untuk mencari jalan lain. Fajar mengungkapkan jika jalan lain yang dimaksud oleh fakultas adalah dengan mengirimkan mahasiswa melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang penempatannya nanti sudah ditentukan oleh pihak fakultas.
“Jadi terkesan pihak fakultas mewajibkan untuk mahasiswa NIM ganjil untuk dapat magang di semester ini dengan mencarikan berbagai macam cara untuk mahasiswa NIM ganjil bisa melaksanakan MBKM,” ulas Fajar.
Nihilnya Tanggapan Fakultas
ASPIRASI lantas menghubungi Dekan FIK, Wadek 1 FIK, Kepala Program Studi (Kaprodi) Sistem Informasi, dan Informatika. Namun, mereka menolak diwawancara dan mengarahkan untuk menghubungi Dekan FIK Ermatita.
Kemudian, ASPIRASI menghubungi Erma sebanyak tujuh kali di hari berbeda melalui pesan WhatsApp. Pada akhirnya, Ermatita bersedia untuk wawancara pada Sabtu, (7/10) pukul 15.30 WIB. Namun, ia tetap tidak hadir.
Sekitar pukul 17.00 WIB, Ermatita kemudian memberi tahu bahwa ia sedang di luar kota dan per hari Senin, (2/10), ia sudah tidak lagi menjabat sebagai Dekan FIK.
Reporter: Nasywa Aliyya. | Editor: Mahalia Taranrini.