
Mengenal Cerebral Palsy: Kecacatan Pada Otak Anak
Cerebral palsy atau kelumpuhan otak bisa terjadi akibat hipoksia pada masa kehamilan, proses persalinan, maupun setelah anak lahir sebelum berusia 5 tahun.
Aspirasionline.com – Otak merupakan pusat pengendali gerak, yang di dalamnya terdapat pusat motorik, pusat bahasa, dan pusat sensitifbilitas. Sehingga ketika pusat-pusat ini terganggu, maka dapat menyebabkan lumpuh atau cerebral palsy.
Cerebral palsy atau yang sering disebut lumpuh otak didefinisikan sebagai kerusakan otak permanen yang mengenai saraf otak. Cerebral palsy biasanya terjadi pada anak di bawah usia lima tahun.
Dokter Spesialis Saraf, Arman Yurisaldi Saleh mengungkapkan, cerebral palsy umumnya disebabkan oleh hipoksia atau kekurangan oksigen di dalam otak. Hal ini disebabkan oleh berbagai masalah yang dapat dialami pada masa kehamilan, proses kelahiran, atau beberapa tahun setelah anak lahir.
Menurutnya, bayi yang mengalami trauma dalam proses persalinan sehingga mengganggu aliran darah di otak, bisa menjadi salah satu faktor terjadinya kekurangan oksigen pada otak. Berat bayi yang rendah dan kelahiran prematur juga dapat menjadi penyebab celebral palsy.
“Paru-parunya tidak bisa berkembang sempurna sehingga oksigen yang masuk ke dalam otak sangat rendah dan menyebabkan hipoksia,” jelas Arman kepada ASPIRASI saat dihubungi pada Sabtu, (16/4).
Hal tersebut dapat terjadi pada ibu hamil dengan resiko tinggi. Perempuan yang berusia empat puluh hingga lima puluh tahun, rentan terkena kejang saat melahirkan (eklamsia) dan juga tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol pada ibu hamil (preeklamsia).
“Kalau ibunya kejang, aliran darah ke bayi menurun. Saat bayi kekurangan darah, aliran darah di otaknya juga berkurang, bisa kekurangan oksigen. Ini lah biang keladi penyebab cerebral palsy,” ujarnya melanjutkan.
Arman juga menjelaskan bahwa segala peristiwa yang dapat mengarah pada terjadinya cerebral palsy tersebut, akan terjadi saat anak berada di bawah usia lima tahun. Ketika pada anak terjadi kecacatan otak yang luas, maka bisa mengalami cerebral palsy.
“Jadi patokannya ada dibawah umur lima tahun,” terangnya.
Penanganan Bagi Penderita Cerebral Palsy
Terdapat beberapa ciri cerebral palsy yang dapat dikenali masyarakat umum. Ciri yang cukup mudah dilihat adalah keadaan kaki yang lumpuh dan tidak bisa bergerak, dengan bentuk menyerupai gunting. Keadaan lumpuh total di kedua kaki tersebut juga membuat otot-otot kaki menjadi mengecil.
Arman menuturkan, ada empat ciri lain yang dapat terlihat bergantung pada otak bagian mana yang terganggu. Yang pertama ketika terkena di daerah otak yang menggerakan motorik, sehingga menyebabkan kakunya tangan. Menurutnya hal ini berbahaya jika lama dibiarkan karena bisa mematahkan tulang dan harus segera diatasi dengan fisioterapi dan konsumsi obat atau dengan botox.
Selanjutnya ia menjelaskan tipe cerebral palsy yang kedua yang mengganggu kerja otak bagian tengah atau yang disebut sebagai dyskinesia. Hal ini menyebabkan gerakan tidak terkontrol pada tubuh. Seperti leher yang tiba-tiba terpelintir, lidah menjulur, gerakan tangan di luar kehendak, serta tremor.
Ketiga, gangguan yang mengganggu kerja otak kecil, dan menyebabkan masalah keseimbangan. Hal ini bisa membuat penderita jadi mudah goyah atau jatuh, gerakan melambat, hingga bahkan lumpuh.
Untuk yang terakhir, Arman menjelaskan tipe campuran. Menurutnya dalam kasus ini para penderita cerebral palsy perlu mendapatkan perawatan secara intensif. Karena apabila dibiarkan, maka akan menyebabkan komplikasi.
“Jadi harus lebih untuk penanganannya,” tegas pria tersebut.
Arman juga sempat menjelaskan bahwa tidak ada kemungkinan bagi penderita cerebral palsy untuk sembuh secara total. Akan tetap ada gejala-gejala sisa (sequelae) yang dirasakan karena adanya kerusakan otak permanen.
“Bisa dikoreksi tapi ya gak mungkin sempurna sembuh,” terangnya.
Maka dari itu, Arman menegaskan perlu penanganan yang tidak sederhana dan perawatan yang berkesinambungan bagi para penderita cerebral palsy, terutama bagi yang bergejala parah. Namun untuk penderita cerebral palsy dengan gejala yang ringan, masih dimungkinkan untuk beraktivitas seperti sekolah.
“Ada yang tangan nya lumpuh tapi masih bisa berbicara itu bisa disekolahkan sekolah biasa saja tidak perlu sekolah khusus,” jelasnya.
Kemudian untuk mencegah terjadinya cerebral palsy pada anak, Arman merekomendasikan bagi ibu hamil untuk sering berkonsultasi ke dokter kandungan. Terutama untuk ibu hamil di atas umur empat puluh tahun yang memiliki resiko lebih tinggi.
“Selama kehamilan minimal tiga kali kunjungan ke dokter untuk melihat kemungkinan penyakit yang bisa menimbulkan cerebral palsy, sehingga bisa diantisipasi,”tutup pria tersebut.
Reporter: Najwa Mg., Tiara Mg. | Editor: Shafa Azzahra.