Menilik Kerja Seorang Jurnalis di Era Digital dan Pandemi
Di tengah era digital dan pandemi, jurnalis dituntut adaptif dan memiliki beberapa kemampuan dalam mengejakan kerja-kerja jurnalistiknya.
Aspirasionline.com – Acara tahunan Pelatihan Jurnalistik LPM Diamma Universitas Moestopo (Beragama) kembali diadakan pada (1/8). Meski ditengah pandemi, antusias peserta tidak hilang. Pelatihan kali ini dilaksankan secara daring melalui Zoom Meeting pukul 13.00 WIB. Pembaca berita CNN Indonesia, Azizah Hanum hadir siang itu sebagai salah satu pemateri. Dengan antusias, ia memberikan beragam informasi mengenai jurnalis di era digital dan public speaking.
Menurutnya, kemampuan dasar yang wajib dimiliki seorang jurnalis itu terdapat tiga hal, yaitu sifat kepo atau haus akan informasi, memiliki jaringan pertemanan yang luas, dan sadar akan hal-hal yang terjadi di sekitarnya. Menurut Hanum, kemampuan tersebut sangatlah dibutuhkan mengingat era digital sudah berada dipuncaknya.
“Digitalisasi di zaman ini menciptakan iklim perubahan pola konsumsi berita masyarakat dari media konvensional ke digital,” tuturnya.
Hanum juga mengingatkan bahwa saat ini jurnalis harus bisa bekerja multiplatform. Meskipun otomatis persaingan bisnis semakin ketat, strategi yang lebih terbaru diperlukan untuk menyokong media berita tersebut.
“Sekarang ada beragam media untuk akses berita seperti Instagram, Facebook, online, tv, radio, bahkan sekarang podcast,” jelasnya. Dengan beragamnya media tersebut, menurut Hanum mengakibatkan persaingan yang semakin ketat, maka diperlukan perubahan strategi agar tidak tergerus oleh zaman..
Vice Editor in Chief Detikcom, Ardhi Suryadi bependapat bahwa saat ini pilihan sumber informasi semakin beragam, dan kebutuhan masyarakat akan informasi pun meninggi. “Media di Indonesia itu sudah banyak, dari sumber yang berasal dari dewan pers, tercatat terdapat 47.000 media,” ujarnya.
Percaya Diri Saat Public Speaking
Menurut Hanum, public speaking sangat dibutuhkan oleh seorang jurnalis. Dasar (basic) dari public speaking adalah mendengar. Menurutnya hal itu tidak bisa diperoleh secara instan. Hanum juga menyertakan elemen penting dalam public speaking yakni, grooming yaitu cara berbusana, konsep meliputi artikulasi wajah, artikulasi suara, variasi suara dan intonasi, dan pemilihan kata, serta manajemen waktu.
“Pastikan semua yang kalian sampaikan itu jelas terdengar, tersampaikan dengan baik, dan perbanyak kosa kata juga,” ujarnya.
Hal lain yang menurut Hanum penting, perlu memahami ‘Empat Tahu’, yakni tahu siapa lawan bicara, tahu topik apa yang dibicarakan, tahu bahwa kita percaya diri, dan tahu bahwa ini tentang isi pesan, bukan tentang kita. Hanum beranggapan bahwa pemilihan kata dan bahasa tubuh juga dirasa sangat penting untuk kesan pertama yang baik.
“Public speaker diharapkan tidak mempunyai permasalahan mental block, pokoknya tetap stay positive akan dirinya sendiri,” tambah wanita berambut pendek itu.
Reporter: Marsya Aulia | Editor: Fadhila Wijaya.