Hiruk-pikuk Anak Magang yang Kerap Bertanya

CategoriesForum Akademika

Pemagang acap kali melontarkan pertanyaan demi pertanyaan kepada seniornya. Hal tersebut kerap dipermasalahkan, tanda inisiatif sekaligus tantangan bagi lingkungan kerja.

Aspirasionline.com — Jagat media sosial tengah dihiasi dengan  guyonan “Adit, tolongin Dit!” yang dinilai menjadi gambaran anak magang yang kerap kebingungan dan sering bertanya di tempat kerja. 

Tak hanya sebatas lelucon maya, fenomena ini turut menjadi bukti dari dinamika yang hidup dan bergerak di balik dinding-dinding kantor.

Supervisor dari Perseroan Terbatas (PT) Glostar Indonesia, yakni Muhammad Rizal, menjelaskan bahwa magang adalah seorang lulusan baru yang hendak menerapkan teori dan pengetahuan yang telah mereka pelajari selama di bangku kuliah di lingkungan kerja. 

“Magang secara sederhana merupakan konsep dimana seorang fresh graduate (lulusan baru) hendak mengimplementasikan teori ataupun ilmu yang mereka pelajari di bangku kuliah di tempat kerja mereka,” jelas Rizal kepada ASPIRASI melalui Zoom Meeting pada Minggu, (4/5 ). 

Di tengah proses tersebut, pertanyaan demi pertanyaan sering kali terlontar dari para pemagang kepada seniornya. Lantas, bagaimana sebenarnya perusahaan menilai situasi tersebut dan apakah situasi tersebut dianggap sebagai tanda kurangnya kemandirian atau justru sebagai bentuk inisiatif.

Kacamata Perusahaan Melihat Anak Magang  yang Kerap Bertanya

Menurut Rizal, di sepanjang perjalanan magang, bertanya bukan sekadar mencari jawaban, melainkan wujud dari proses adaptasi dalam dunia kerja yang bergerak cepat dan menuntut pemahaman instan untuk segala pengalaman pertama dari para anak magang. 

“Justru, pertanyaan-pertanyaan yang muncul sering kali bisa menjadi jembatan penghubung jurang ketidaktahuan dan pemahaman. Maka dari itu, saya rasa kita semua juga harus melihat dengan kacamata yang sama,” tutur Rizal. 

Lebih lanjut, Rizal menyampaikan bahwa dalam menilai magang yang memang memiliki inisiatif atau justru menunjukkan kurangnya kemandirian dapat dilihat dari bentuk pertanyaan yang disampaikan. 

Mereka yang memang inisiatif, cenderung mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, alih-alih pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan sendiri. 

“Kalau pertanyaannya itu dinilai sesuatu yang penting, enggak asal ditanya, enggak ceplas-ceplos nanya, itu menunjukan inisiatif, kemandirian orang tersebut ingin bertanya. Tetapi kalau pertanyaannya hal-hal dasar yang sebetulnya bisa dicari tau sendiri dengan minimal effort (usaha) itu kesannya kurang mandiri,” ujar Rizal.

Ia juga menekankan bahwa dalam menghadapi dinamika ini, para senior seharusnya tidak merasa terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan yang datang dari anak magang. 

Di sisi lain, pemahaman mengenai sikap serta norma yang berlaku dalam lingkungan profesional juga diperlukan.

“Karena mereka kan anak-anak magang, sedang mengimplementasikan ilmu yang mereka dapatkan. Jadi agak gimana ya, kalau supervisor atau karyawan seniornya merasa terganggu dari banyaknya pertanyaan anak magang. Namun balik lagi, kita harus memahami juga etika dan sensitivitas di lingkungan kita bekerja,” ungkap Rizal. 

Rizal turut menjelaskan pentingnya kemandirian dalam mencari informasi. Menurutnya, sebelum mengajukan pertanyaan, ada baiknya seseorang terlebih dahulu berusaha mencari jawaban secara mandiri, baik melalui riset maupun referensi yang tersedia.

“Tidak ada batasan untuk bertanya, tapi kalau pertanyaan tersebut sebenarnya bisa dicari sendiri atau sudah berulang kali ditanya mungkin menunjukan ketidakmandirian,” jelas Rizal.  

Tantangan Anak Magang di Lingkungan Kerja

Aktif ataupun pasifnya anak magang, tentu menghadirkan tantangan tersendiri. Dari sudut pandang korporat, perilaku anak magang dalam bertanya juga mempengaruhi ritme dan suasana lingkungan kantor. 

Anak magang yang pasif berpeluang menghambat kinerja tim karena pemahaman mereka terhadap pekerjaannya belum tentu benar.  Akibatnya, kualitas hasil pekerjaan tidak sesuai dengan ekspektasi karyawan senior.

“Anak magang tersebut (yang pasif) enggak maksimal ilmunya karena curiosity-nya (rasa ingin tahu) enggak terasah dan mindset-nya (kerangka berpikir) di situ-situ aja. Akhirnya, program magang cuma sekedar mengisi waktu luang dan CV (Curriculum Vitae) aja,” ujar Rizal.

Meskipun lebih tertantang dengan anak magang bersikap pasif, tidak menutup jika terlalu aktif juga bisa menimbulkan masalah. Terlebih akan mengganggu suasana kerja tim apabila selalu mempertanyakan hal-hal yang terkesan remeh. 

“Kalau terlalu aktif dan pertanyaannya kesannya remeh-temeh itu pasti akan mengganggu suasana kerja tim. Kalau yang tadi mengganggu kinerja tim, kalau ini akan mengganggu suasana kerja tim,” ujar Rizal. 

Untuk menghindari tantangan atas perilaku tersebut, biasanya diterapkan beberapa tahapan pelaksanaan. Anak magang akan diminta membaca Standar Operasional Prosedur (SOP) terlebih dahulu, kemudian mengobservasi pekerjaan karyawan senior, lalu akhirnya menjalankan tugas dengan pengawasan karyawan senior dan supervisor.

“Hal ini penting, jadi mereka tahu SOP kerja mereka itu batasannya sampai mana aja. Jadi, mereka enggak kebingungan dan overwhelmed (kewalahan),” tutur Rizal. 

Penilaian profesionalitas anak magang Gen Z dari sudut pandang karyawan senior seharusnya tidak dipukul rata. Bisa saja hal ini dilatarbelakangi perbedaan generasi yang mana Gen Z tumbuh dengan banyak konten diskusi yang membuat berani mengemukakan pendapat. 

Perbedaan ini sering disalahpahami dan dianggap sebagai kurangnya profesionalitas pemagang Gen Z, padahal hanya terjadi karena adanya perbedaan cara pandang dan pendekatan. 

“Saya rasa itu enggak etis untuk melabeli suatu generasi kurang profesional. Karena menurut saya pribadi, dan juga melihat teman-teman  Gen Z lainnya kita adalah generasi yg terekspos ke media sosial. Kita brave to raise our voice (berani untuk bersuara), kita berani untuk menyuarakan pendapat kita,” pungkas Rizal. 

 

Ilustrasi : ASPIRASI/Najmi

Reporter: Najmi Mg. | Editor: Tia 

About the author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *