UPNVJ Gaungkan Solidaritas untuk Delpedro Marhaen

CategoriesBerita UPN

Sivitas akademika UPNVJ gelar aksi solidaritas di Polda Metro Jaya. Hal ini ditunjukkan sebagai pernyataan sikap tegas penolakan terhadap kriminalisasi aktivis. 

Aspirasionline.com – Penahanan aktivis muda Delpedro Marhaen bersama sejumlah aktivis lainnya usai gelombang aksi di penghujung Agustus lalu memantik solidaritas mahasiswa dan dosen  Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) pada Selasa, (16/9) di Polda Metro Jaya. 

Solidaritas ini bukan sekadar upaya mengeluarkan Delpedro dari jeruji besi,  tetapi juga bentuk penegasan atas penolakan terhadap upaya kriminalisasi aktivis yang menjadi ancaman nyata bagi napas demokrasi. 

Mahasiswa Ilmu Politik UPNVJ, Gufron Dymas Wicaksono, mengungkapkan bahwa aksi ini adalah bentuk kepedulian terhadap aktivis yang dikriminalisasi usai aksi beruntun. 

“Hari ini kita sedang melaksanakan aksi solidaritas. Bahwasanya pasca aksi tanggal 25 sampai 31 Agustus, ada kriminalisasi aktivis. Ada kawan-kawan kita, abang-abang kita, senior kita yang ditangkap dan ditahan sampai saat ini di Polda Metro Jaya,” ungkapnya kepada ASPIRASI pada Selasa, (16/9).

Gufron menegaskan bahwa penahanan ini tidak dapat dibenarkan. Sebab, para aktivis yang ditahan dinilai tidak melakukan penyelewengan dan hanya menyuarakan kepentingan rakyat. 

“Mereka (para aktivis yang ditahan) tidak melakukan kriminal. Mereka benar-benar melantangkan suara, memperjuangkan hak-hak rakyat. Yang mereka lakukan itu benar, tidak ada penyelewengan,” ujar Gufron. 

Ketika Aktivis Dikriminalisasi dan Dipaksa Merasa Bersalah atas Perlawanan

Kunjungan yang dilakukan dosen dan mahasiswa tentu membawa arti penting bagi Delpedro. Dari hasil jengukan, kondisi Delpedro dinilai sudah jauh lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi di awal penahanan. 

Hal ini disampaikan oleh Delpiero Hegelian, kakak kandung Delpedro yang menuturkan bahwa kini adiknya berangsur membaik meski sempat merasa tak berdaya.

“Dia (Delpedro) mempertanyakan, ‘Aku salah apa? Kenapa sampai diginiin?’ Karena pada dasarnya dia tidak merasa melakukan apa pun dan tidak bersalah. Tetapi sekarang sudah sehat, sudah mulai agak ceria juga, bisa bercanda,” tuturnya kepada ASPIRASI pada Selasa, (16/9).

Sempat terguncang di awal penahanan, Delpiero menyebut semangat Delpedro tak pernah redup. Justru, dari balik jeruji Delpedro berusaha menguatkan orang-orang terdekatnya. 

“Karena Pedro selalu menyemangati, bilang ke kita tetap tegar, dan sebagainya. Juga mungkin kawan-kawan sempat membaca suratnya, surat yang awal dia ditangkap. Itu pesan dari Pedro untuk kawan-kawan di luar sana. Pedro pernah bilang ‘Semakin ditekan semakin melawan,’” jelasnya. 

Meski keluarga berusaha tegar, Delpiero mengaku tetap merasa miris melihat kriminalisasi yang tentu akan berdampak terhadap gerakan kolektif masyarakat untuk menegakkan demokrasi.

“Ini bukan hanya tentang Pedro, tetapi juga tentang demokrasi kita hari ini. Kalau kawan-kawan aktivis terus dikriminalisasi, akan muncul ketakutan juga untuk kawan-kawan lain bersuara,” tambahnya.

Sayup-Sayup Dukungan Kampus di Tengah Gelombang Solidaritas

Aksi solidaritas yang dihadiri mahasiswa lintas fakultas hingga kampus lain menunjukkan bahwa isu kriminalisasi aktivis telah menyentuh banyak pihak. Bahkan, ada yang sebelumnya tak mengenal Delpedro tetap turut menunjukkan kepedulian.

Berbagai bentuk dukungan terus mengalir, salah satunya hadir melalui petisi. Sri Lestari Wahyuningroem, salah satu dosen Ilmu Politik UPNVJ, menyatakan bahwa dalam hal ini menilai petisi memiliki arti penting sebagai ruang partisipasi publik. 

“Petisi itu adalah salah satu cara kita menunjukkan partisipasi kita, bahwa kita hadir sebagai warga negara, bahwa kita peduli dengan sesama warga negara, bahwa kita punya suara untuk negara ini,” ujar Sri kepada ASPIRASI pada Selasa, (16/9). 

Solidaritas yang meluas itu lantas menurut Sri menjadi tanda nyata bahwa kepedulian tak lagi mengenal sekat. 

“Itu segitu banyaknya orang yang datang, itu hanya untuk menunjukkan bahwa kita sesama warga yang saling peduli. Kita sama-sama concern (peduli) terhadap tegaknya demokrasi di negara kita, tegaknya hukum di negara kita,” tegas Sri. 

Namun sayangnya, di tengah arus dukungan yang terus meluas, respons dari pihak universitas dinilai belum maksimal. Menurut Sri, minimnya respons universitas menjadi sorotan tersendiri sebab kehadiran lembaga pendidikan tinggi seharusnya bisa menjadi perisai sekaligus penegasan sikap dalam menghadapi kriminalisasi aktivis. 

“Saya pikir akan jauh lebih baik dan menguatkan untuk Delpedro, tapi juga menguatkan untuk lembaga kita sebagai sivitas akademika UPN “Veteran” Jakarta untuk bisa hadir di sini dan menunjukkan support langsung,” tegas Sri. 

Sementara itu, Eki Nur Falahudin, mahasiswa Magister Ilmu Politik UPNVJ, menjelaskan bahwa dukungan yang diberikan ini juga dimaksudkan untuk melawan pembungkaman suara publik. 

“Ini bentuk solidaritas dalam konteks mewakili sivitas akademika UPNVJ, mahasiswa, dan lembaga-lembaga di UPNVJ, untuk sama-sama bersolidaritas terhadap kawan-kawan yang dibungkam suaranya, dikriminalisasi,” jelasnya kepada ASPIRASI pada Selasa, (16/9).

Eki menegaskan, solidaritas ini adalah pengingat bahwa kebebasan publik masih rapuh dan harus terus dilindungi.

 “Jadi ini bukan hanya soal Delpedro, tetapi pengingat bahwa hal seperti ini bisa terjadi kapan saja pada siapa saja. Karena itu perlunya kita bersolidaritas,” ucapnya.

 

Foto : ASPIRASI/Ghasya

Reporter : Akbar | Editor : Tia

About the author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *