Sepuluh Prodi UPNVJ Ajukan Akreditasi Internasional FIBAA
Masih tertinggal di akreditasi nasional, UPNVJ kini berambisi mendapatkan akreditasi internasional FIBAA. Sebagai program internasionalisasi kampus, FIBAA dinilai penting karena dapat berpengaruh pada suasana akademik di kampus.
Aspirasionline.com 𑁋 Pada Juni lalu, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) kedatangan asesor luar negeri yang berasal dari Foundation for International Business Administration Accreditation (FIBAA), yaitu agen Eropa yang berorientasi internasional untuk penjaminan dan pengembangan kualitas dalam pendidikan tinggi.
Kunjungan tersebut dilakukan dalam rangka asesmen terhadap proses akreditasi internasional yang sedang dilalui oleh sepuluh program studi UPNVJ.
Kesepuluh program studi tersebut terdiri dari S1 Akuntansi, S1 Manajemen, S1 Ekonomi Pembangunan, S1 Ekonomi Syariah, S1 Ilmu Politik, S1 Ilmu Komunikasi, S1 Hubungan Internasional, S1 Hukum, S1 Informatika, dan S1 Sistem Informasi. Sepuluh program studi ini kemudian dibagi lagi ke dalam tiga klaster yang disesuaikan berdasarkan ilmunya.
Kepala Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) UPNVJ Satria Yudha menjelaskan jika akreditasi internasional ini dilaksanakan sebagai tahap pemenuhan indikator kinerja utama yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Akreditasi internasional ini pun tidak dapat secara sembarangan didapat. Kemendikbudristek menerapkan jika hanya ada sepuluh lembaga yang diakui, salah satunya adalah FIBAA yang terekognisi oleh European Quality Assurance Register (EQAR).
Meski visitasi baru dilakukan pada bulan Juni, Satria mengatakan jika proses persiapan dalam menyambut akreditasi internasional ini sudah dirintis sejak 2021 lalu.
“Penyusunan dokumen itu satu tahun (dari) Oktoberi 2021, kemudian kita submit dokumen pada bulan Agustus 2022, kemudian kita mendapatkan kabar akan visitasi pada bulan Februari 2023 dan pelaksanaannya di bulan Juni 2023. Jadi prosesnya memang cukup panjang,” tutur Satria ketika memaparkan timeline akreditasi internasional FIBAA pada Jumat (14/7).
Urgensi Akreditasi Internasional
Dalam wawancara bersama ASPIRASI, Satria memaparkan jika salah satu urgensi yang ingin diraih UPNVJ dalam mengikuti akreditasi internasional ini adalah pengakuan secara internasional. Satria menyayangkan bahwa hingga saat ini, belum tercatat adanya mahasiswa asing yang menempuh pendidikan di UPNVJ dari semester awal hingga akhir.
“Sehingga salah satu benefit kalau UPN terakreditasi internasional, maka UPN akan dikenal secara internasional dan salah satu target kita, kita bisa mendapatkan mahasiswa asing,” jelas Satria ketika diwawancarai oleh ASPIRASI.
Kehadiran mahasiswa asing dalam lingkungan kampus dinilai penting oleh Satria karena dapat berpengaruh pada suasana akademik di kampus. Jaringan yang luas dengan teman dari berbagai negara akan memperluas wawasan mahasiswa dalam tingkatan global.
Hal ini dilengkapi oleh pernyataan Kepala Program Studi (Kaprodi) S1 Informatika Widya Cholil yang juga merangkap ketua klaster 3. Widya menjelaskan jika akreditasi internasional ini akan lebih banyak dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa yang ingin melanjutkan studi atau bekerja ke luar negeri.
Hal ini terjadi karena diperlukannya penyetaraan ijazah atau kurikulum dan akreditasi internasional ini akan menjadi bukti jika sebuah universitas sudah melakukan penyetaraan internasional.
“Mungkin kalau pengalaman saya yang lulus dari luar negeri, sebelum masuk ke Indonesia, ijazah kita itu gak bisa langsung dipake gitu aja. Jadi harus ada penyetaraan dulu. Nah kita juga kepengen jangan sampai universitas kita gak diakui di luar negeri. Setidak-tidaknya cara dari institusi luar untuk melihat terkait itu (universitas) diakui atau tidak dari akreditasi itu,” jelas Widya ketika diwawancarai oleh ASPIRASI, Selasa (25/7).
Program Unggulan Prodi Peserta FIBAA
Demi menunjang penilaian dalam proses akreditasi internasional oleh FIBAA, kesepuluh program studi yang diajukan sudah pasti memiliki program unggulannya masing-masing. Dimana, dalam kasus ini, program unggulan dari masing-masing prodi berusaha untuk menonjolkan kegiatan setiap program studi yang sudah mengikuti standar internasional.
Di S1 Ekonomi Pembangunan misalnya, program unggulan tersebut meliputi kelas Pengantar Bahasa Inggris (PBI) selama satu semester, seminar internasional, kompetisi, serta pertukaran pengajar dan mahasiswa.
“Di prodi ekonomi, usaha internasionalisasi yang kita lakukan seperti menempuh satu kelas full dengan berbahasa inggris, seminar, competition, student exchange, dan juga lecture exchange,” ujar Indri Arrafi Juliannisa Kaprodi S1 Ekonomi Pembangunan UPNVJ pada Sabtu, (22/7).
Berbeda dengan program klaster ekonomi, untuk S1 Informatika sendiri, Widya menyatakan program unggulan yang dimiliki oleh prodinya berupa conference international.
“Conference international yang memang bertujuan mewadahi peneliti baik dari Indonesia maupun dari luar negeri, dan itu sudah terstandar atau terindeks di Scopus” tutur Widya.
Sedangkan prodi S1 Ilmu Politik, memiliki program unggulan berupa pengadaan guest lecture dan student exchange.
“Kita memanggil beberapa guest lecture ke sini dan ada mahasiswa ilmu politik yang juga lolos mengikuti pertukaran program IISMA (Indonesian International Student Mobility Award),” ucap Restu Rahmawati Kaprodi S1 Ilmu Politik UPNVJ kepada ASPIRASI, Rabu, (19/7).
Meskipun begitu, ketiga prodi tersebut mengaku tidak ada persaingan antar prodi dalam upaya mendapatkan akreditasi FIBAA ini.
“Setiap prodi memiliki ciri khas dan keunggulan masing-masing, tapi mungkin akan terlihat saingan ketika piagam yang didapatkan per every single prodi,” pungkas Indri.
Dengan setiap program unggulan yang dibawa, masing-masing prodi percaya bahwa mereka bisa mendapatkan akreditasi internasional. Hasil akreditasi ini pun nantinya akan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kategori unconditional dan conditional.
“Nanti hasil akreditasi itu ada dua kategori. Ada yang namanya unconditional, jadi murni lolos akreditasi, tanpa suatu syarat apapun. Ada juga nanti yang conditional, ada kondisi tertentu yang harus dipenuhi,” tutur Satria.
Pengumuman hasil akreditasi internasional ini direncanakan akan keluar pada bulan September. Dengan segala proses yang telah dilalui hingga visitasi, baik setiap Kaprodi maupun Satria selaku ketua LP3M, mereka sama-sama meyakini jika kesepuluh prodi yang diajukan bisa mendapatkan akreditasi internasional.
“Kita optimis bisa mendapatkan akreditasi internasional,” tutur Satria yakin.
Tertinggalnya UPNVJ Dalam Akreditasi Nasional
Sementara itu, hingga saat ini UPNVJ belum pernah memasuki peringkat sepuluh besar universitas tingkat nasional di Indonesia. Belum lagi, Satria memaparkan jika UPNVJ sempat mengalami penurunan peringkat, dari peringkat ke-77 pada tahun 2019 menjadi peringkat ke-93 pada tahun 2020.
Dikejarnya akreditasi internasional ketika akreditasi nasional UPNVJ masih dirasa belum cukup tinggi jelas menjadi tanda tanya sendiri. Namun, Satria menjelaskan jika sedang ada proses yang diupayakan agar UPNVJ tidak turut tertinggal akreditasi nasional.
“Kalau sepuluh besar sepertinya bukan tidak mungkin, tapi masih perlu proses. Kita di jajaran rektorat ini mengusahakan UPN masuk 50 besar,” ujar Satria saat diwawancarai oleh ASPIRASI.
Saat ini, pihak rektorat secara bersamaan sedang berusaha untuk menaikkan akreditasi UPNVJ baik di kancah nasional maupun internasional.
Hal tersebut sejalan dengan perkataan Indri yang mengatakan strategi untuk mendapatkan akreditasi internasional terlebih dahulu bisa mendongkrak akreditas UPNVJ di tingkat nasional.
“Ketika kita sudah memiliki akreditasi internasional ini bisa jadi nilai positif yang menambah skor untuk akreditasi nasionalnya, karena kita sudah diakui secara internasional,” ucap Kaprodi S1 Ekonomi Pembangunan itu.
Menyepakati ucapan Indri, Restu mengatakan bahwa akreditasi internasional yang tengah diraih ini nantinya bisa dikonversikan ke Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Dari proses konversi ini, program studi yang sebelumnya mendapat akreditasi nasional B dapat dikonversi menjadi A melalui akreditasi internasional yang didapat.
“Kalau kita sudah lolos di akreditasi internasional ini, maka kita bisa menjadi unggul, bisa dikonversi si nilai akreditasi ini,” tutur Restu.
Dengan mengikuti proses akreditasi internasional bersama FIBAA, tutur Restu, diharapkan akreditasi internasional yang nantinya didapatkan kesepuluh prodi yang terlibat dapat meningkatkan mutu mahasiswa dan dosen pengajar.
“Ingin mengembangkan, menjaga, dan mempertahankan mutu kita, sehingga prodi Ilmu Politik memiliki daya saing dan mutu prosedur manajemen di prodi ini dalam tingkat internasional,” tutup Restu.
Foto: bau.edu.lb
Reporter: Mahalia Taranrini, Fitrya Anugrah | Editor: Miska Ithra