Menikmati Pameran Berkelas Dunia di Jakarta

Wisata

Yayasan Jakarta Biennale kembali menggelar pameran seni rupa pada 4 November 2017 hingga 10 Desember 2017 nanti. Berbeda dari praktik kuratorial pendahulu, kini Direktur Artistik, Melati Suryodarmo mengangkat Jiwa sebagai konsep pameran seninya.

Aspirasionline.com – Jakarta Biennale merupakan pameran seni kontemporer dua tahunan. Pameran yang hadir dalam tiga lokasi berbeda, yaitu Gudang Sarinah Ekosistem, Museum Seni Rupa dan Keramik, dan Museum Sejarah Jakarta ini dibuka setiap hari dari pukul 11.00 hingga 19.00 Waktu Indonesia Barat (WIB) tanpa dikenakan biaya masuk.

Saat memasuki lingkungan pameran, tepatnya di depan ruang Gudang Sarinah Ekosistem, pengunjung langsung dimanjakan dengan kolam eceng gondok berbunga emas karya Siti Adiyati. Karya ini sebelumnya pernah ditampilkan pada Jakarta Biannale yang pertama. Setelah memasuki ruang pameran, indra penglihatan pengunjung semakin dimanjakan dengan keestetikaan berbagai karya, mulai dari lukisan, video, foto, dan lain-lain.

Tema yang ditetapkan kali ini berbeda dari tema-tema yang diangkat sebelumnya, yang biasanya lebih menojolkan masalah perkotaan dan perdebatan di luar tubuh. Indah Ariani selaku koordinator komunikasi Jakarta Biennale menjelaskan bahwa Melati Suryodarmo yang memilih “Jiwa” sebagai tema, karena dia melihat akhir-akhir ini manusia lebih sering berfokus pada apa yang ada di luar.

Sejak awal diadakan pada 1974, yang pada masa itu masih bernama Pameran Seni Lukis Indonesia, pameran ini bertujuan sebagai sarana edukasi serta perbincangan perkembangan wacana seni rupa. Indah mengatakan bahwa biennale berbeda dengan pasar seni yang menjadi wadah pemasaran karya. “Dalam biennale tidak akan ada penjualan karya, karena lebih memikirkan bagaimana sebuah pameran dapat memberikan sumabangan seni rupa terhadap perkembangan zaman pada saat itu,” ujar Indah.

Perempuan yang ditemui ASPIRASI di halaman Gedung Sarinah Ekosistem ini menuturkan kalau karya dalam pameran seperti ini tidak boleh disentuh. “Kalau pameran itu, pengunjung tidak boleh menyentuh karya. Kecuali dijelaskan itu karya interaktif, barulah pengunjung boleh menyentuhnya,” tegasnya. Ia menambahkan kalau pengunjung mau foto boleh, tapi harus jaga jarak dan tidak pakai lampu kilap.

Indah menuturkan bahwa Melati Suryodarmo bersama empat kurator terpilih, yaitu Annissa Gultom (Indonesia), Hendro Wiyanto (Indonesia), Philippe Pirotte (Belgia), dan Vít Havránek (Republik Ceko) yang memilih 51 seniman berserta karya-karya yang akan di tampilkan. Ia menjelaskan kalau biennale sebelumnya ada segmen yang dibuat untuk seniman muda menampilkan karyanya, namun untuk tahun ini seluruh karya dipilih langsung oleh Melati dan keempat kurator.

“Tahun ini benar-benar kelima orang ini yang pegang palu untuk milih siapa seniman-seniman yang dianggap cocok untuk tema Jiwa. Kriterianya dari konsep karya dan pemikiran dibalik karya itu,” jelas wanita yang mengenakan dress hitam saat ditemui ASPIRASI pada Rabu (6/12).

Indah mengatakan bahwa Jakarta Biennale ini cukup dibicarakan di peta seni rupa dunia. Khususnya Asia Tenggara sempet geger perihal Luc Tuymans, seniman ternama dunia kelahiran Belgia ini ikut serta dalam pameran. Dia dikenal pemilih dalam menampilkan karyanya, “Pokoknya kalo acaranya tidak bagus, dia tidak mau ikutan,” ungkap wanita kelahiran Tanggerang tersebut. Luc Tuymans menciptakan lukisan dinding, film animasi, dan beberapa gambar untuk Jakarta Biennale. Lukisan dinding tersebut berjudul Twenty Seventeen, menampilkan seraut wajah pucat dalam jarak dekat yang terlihat seperti topeng muncul dari kegelapan dengan mata terbuka lebar.

Selain karya Luc, masih banyak karya menarik yang disuguhkan ke pengunjung. Di antaranya ada sepuluh patung Soekarno karya Dolorosa Sinaga, instalasi besar berupa batu bertumpuk karya I Made Djirna, panel fotografi sebatang pohon karya Robert Zhou Renhui, landskap 3D fiktif di atas pasir karya Keisuke Takahashi, dan masih banyak lagi.

Salah satu pengunjung Jakarta Biennale, Nur Siti Mutia mengaku senang bisa datang ke pameran ini. “Bagus sih, sangat menarik. Anak muda harus coba main kesini,” ujar Siti yang menjadikan karya Keisuke sebagai favoritnya.

Reporter : Jovanka Mg. |Editor : Donal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *