Capres BEM-U Reynaldi: “Menghapuskan Uang Pangkal Itu Utopis”
Aspirasionline.com – Pemilihan Raya (Pemira) kini tengah berlangsung di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ). Kampanye telah dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk memperkenalkan visi dan misi masing-masing pasangan calon (paslon).
Berbagai program kerja yang direncanakan berdasar pada kasus-kasus yang terjadi di UPNVJ oleh paslon nomor 1 Presiden dan Wakil Presiden, Reynaldi Ramadhani dan Muhammad Farhan. Tentu saja, program kerja yang dibuat tak ingin semata-mata tertulis di atas kertas. Untuk itu, paslon nomor 1 ini juga melakukan kajian dalam merencanakan programnya.
Dalam wawancara oleh reporter ASPIRASI, Maharani Putri Yunita, bersama calon presiden dari paslon 1, Reynaldi Ramadhani di lobi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) dan dilanjutkan melalui telepon. Pria yang akrab disapa Rey tersebut menjelaskan apa saja yang menjadi rencana program kerjanya.
Alasan apa yang membikin Anda mendaftar diri sebagai calon Presiden BEM-U?
Karena saya gerah melihat pergerakan kemahasiswaan UPNVJ yang stagnan. Dalam artian, kita tahu tahun lalu kita gak ada BEM-U, kita tahu selama ini juga tidak ada kegiatan yang menempuh skala nasional. Event, seminar nasional, atau kerjasama dengan kementerian. Dimana menurut gue potensi BEM-U itu sangat besar untuk itu, dan menurut gue BEM-U berfungsi untuk itu. Bukan hanya sebagai penyalur aspirasi mahasiswa, tetapi juga punya fungsi untuk mengharumkan nama kampus di luar.
Bagaimana tanggapan Anda mengenai krisis kepemimpinan pada periode sebelumnya?
Ya, kalau menurut saya sih lebih baik tidak ada sama sekali daripada ada tapi tidak memuaskan. Karena takutnya mereka tidak siap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, dan seharusnya mereka adalah orang yang mempunyai pengalaman, orang yang siap, orang yang capable. Kalau nggak capable, lebih baik gak usah. Karena kasihan mahasiswa.
Bagaimana tanggapan Anda mengenai komentar mahasiswa yang tidak mengetahui Pemira tahun ini?
Kalo menurut saya, itu yang pertama, disebabkan karena dari MPM tidak memberikan jadwal untuk public hearing ke setiap fakultas, sehingga jadwal harus dibuat oleh tiap paslon sendiri dan tiap paslon akhirnya kesuliatan untuk membuat jadwal sendiri. Itu yang paling utama, sih. Cuman untuk setiap paslon pasti sudah berjuang untuk sebisa mungkin blusukan ke setiap fakultas. Tapi, tetap saja karena nggak ada sarana public hearing dari MPM seperti biasanya, sehingga dari pihak paslon harus mencari jadwal sendiri. Sehingga kami merasa kesulitan gitu, loh, karena harus mencocokan jadwal lagi, harus menarik orang yang kenal sama kita juga. Mungkin itu kenapa dirasa pergerakannya nggak terasa.
Kapan jadwal kampanye untuk paslon 1?
Sudah, dari paslon 1 sudah kampanye. Hanya dari kita, bedanya kita selama ini nggak mengumpulkan orang atau massa pada satu titik. Tapi kita datang ke kelas-kelas, istilahnya door-to-door.
Selain secara langsung, adakah cara lainnya?
Ada banget. Jadi gini, kalau dilihat-lihat juga yang jadi pioneer duluan itu paslon 1. Yang pertama membuat akun Instagram, cuman memang kita nggak membuat Official Account di LINE karena jadwal kampanye yang terlalu sempit, sehingga menurut kami yang paling gampang itu Instagram. Mungkin cukup mainkan di-snapgram (salah satu fitur di Instagram—red), dan menurut paslon 1 media terbaik selama ini ya memang Instagram, karena kita bisa posting program kerja, bisa posting latar belakang kita, lebih mudah untuk diliat. Jadi itu cara kita narik massanya.
Apa yang membikin kalian unggul dari paslon lain?
Kita dari paslon 1, pertama kita punya pengalaman. Apa pengalaman kita? Saya sendiri menjabat satu tahun menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Hubungan Internasional. Terus tahun sebelumnya, saya juga sempat diamanahkan menjadi Ketua dari Paguyuban Mahasiswa Bogor UPNVJ. Terus yang calon Wakil Presiden saya, Farhan, itu dia sekarang menjabat sebagai Wakil Ketua Himpunan Mahasiswa Menejemen dan sebagai CEO di organisasi ekstra kampus, namanya Youth Finance Indonesia. Nah, sehingga semua pengalaman tersebut kami kombinasikan menjadi sebuah rancangan program yang punya sistematika yang jelas, program kerjanya apa, struktunya gimana, dan itu namanya Kabinet Abimata.
Apa arti dari Kabinet Abimata?
Abimata itu berasal dari bahasa sansekerta artinya “bijaksana”. Kenapa? Kita ingin segala pergerakan yang dibuat oleh BEM-U itu rasional dan bijaksana. Jadi bukan berdasarkan kepentingan, bukan berdasarkan kemauan beberapa orang, tapi atas kemaslahatan mahasiswa.
Harapan yang dapat Anda sampaikan untuk BEM-U kedepannya?
Pastinya akan lebih baik, karena ada kemajuan tahun ini terdapat tiga paslon dan istilahnya ini sudah jauh lebih baik secara demokrasi. Nah, cuman harapannya siapapun yang terpilih nanti semoga mereka bisa menjalankan amanah dengan baik, karena mereka telah dipilih mahasiswa dan mereka akan menjadi suara mahasiswa, bukan suara kepentingan. Suara mahasiswa, bukan suara birokrat. Pokoknya harapannya BEM-U lebih maju dan lebih menunjukan taringnya di luar.
Di UPNVJ, uang pangkal juga menjadi masalah bagi mahasiswa. Lalu bagaimana cara Anda mengatasi hal tersebut?
Begini, kita harus tahu terlebih dahulu kalau UPNVJ itu belum menjadi PTN-BH (Perguruan Tinggi Negeri-Berbadan Hukum—red). Nah, kenapa UPNVJ masih banyak membutuhkan semisal uang pangkal dan segala macem? Karena UPNVJ sendiri itu nggak bisa menarik uang dan mengelola uangnya sendiri. Sehingga semua pemasukan itu harus dikomunikasikan semua ke Kemenristekdikti. Jadi gini loh, menurut saya yang gak dipahamin, orang-orang itu hanya bisa teriak uang pangkal mahal. Padahal mereka nggak tahu bahwa UPNVJ belum berbadan hukum. Kalau UI, UGM, segala macam itu mereka sudah bisa untuk mengelola uang sendiri. Itu yang harus dipahamin. Nah, yang kedua, untuk menghapuskan uang pangkal itu, paslon 1 nggak mau ngejanjiin karena itu utopis, apalagi melihat UPNVJ di kampus Jonggol akan ada pembangunan, di kampus Limo ada pembangunan. Tapi begini, yang akan paslon 1 usahakan adalah bagaimana cara supaya kita bisa menekan uang pangkal itu, jadi diminimalisir. Kami nggak ingin sok-sok membela hak mahasiswa, tapi mereka nggak paham gitu, loh. Nggak paham gimana politik kampus. Pokoknya kalau paslon 1, itu kami akan mencoba menekan seminim mungkin. Nggak mungkin kami memotong uang pangkal, karena dalam segala pengelolaan uang itu masih harus bertanggung jawab ke Kemenristekdikti.
Bagaimana cara paslon 1 meningkatkan budaya kritis dan antusias mahasiswa?
Mungkin, kalau menurut saya ya, paslon 1 itu pasangan calon yang concern banget ke promo atau kampanye via media sosial. Kenapa? Karena zaman sekarang itu rata-rata cara terbaik, itu bukan dari mulut ke mulut, tapi dengan media sosial. Itu yang pertama. Nah, yang kedua, paslon 1 tetap ada cara yang konvensional, seperti kita ke tiap kelas dan kampanye langsung, tapi menurut saya, paslon 1 lebih fokus kepermasalahan media sosial. Itu cara kita. Yang penting adalah bagaimana tingkat penyebaran informasi bisa viral. Oh iya, jadi kita bisa manfaatin media sosial dengan sebaik-baiknya. Selain itu kita juga ada bakal ada diskusi-diskusi nasional, bareng teman-teman mahasiswa.
Bagaimana cara paslon 1 mengatasi aturan rektorat mengenai jam malam?
Mungkin kalau dari saya, kalau saya terpilih nanti, saya dan Wapres saya nanti akan pergi ke Rektorat untuk menanyakan, kenapa ada jam malam. Itu yang pertama. Kedua, setelah saya mendapatkan kejelasan mengenai hal itu, saya akan bawa alasan tersebut ke dalam diskusi bersama teman-teman Ormawa dan UKM. Nah, kalau teman-teman Ormawa dan UKM juga menyampaikan itu, setelah itu kita mengatur jadwal dengan Rektorat bahwa ingin mengadakan audinesi untuk sharing bareng, berdiskusi. Jadi yang saya mau adalah biar setiap perwakilan UKM dan Ormawa saja, bersama BEM-U, nanti yang ngehubungin Rektorat, supaya kita bisa menyelesaikan masalah ini tanpa harus mengajak teman-teman mahasiswa awam yang memang nggak merasakan masalah ini. Yang pertama itu kan selalu soal mediasi dan diplomasikan, cuman begini kalau misalkan pada akhirnnya itu tidak bisa dikabulkan oleh Rektorat ini, yang saya pengen adalah biarkan BEM-U dan MPM yang maju lagi. Tapi kalau pada akhirnya pengen ada aksi massa, saya pengen seluruh teman-teman UKM dan Ormawa ikut. Kenapa? Karena memang mereka yang merasakan sendiri. Jadi kalau memang teman-teman mau, saya pengen semua teman-teman kompak, yang saya gak mau kita buang-buang waktu dengan melakukan aksi massa dan mengatasnamakan mahasiswa tapi sepi orangnya[.]
Mampir disini karena ada temen share postingan ini. Dan emang keren, memberi pencerahan min hehe.