PJM

PENDIDIKAN JURNALISTIK MAHASISWA KE-34

Menurut Kementerian Sosial, pada 2010 setidaknya ada 11 juta masyarakat Indonesia yang memiliki disabilitas. Perkiraan World Health Organization malah lebih tinggi lagi: 24 juta orang. Sekitar 10 persen dari populasi Indonesia. Namun, mereka begitu tidak terlihat di kehidupan sehari-hari maupun di media kita. Mereka begitu terpinggirkan dalam keseharian dan perbincangan kita.

Media memiliki andil besar dalam menciptakan persepsi disabilitas dan dalam mengubah paradigma masyarakat mengenai disabilitas. Ketika para penyandang disabilitas hadir dalam media, apa yang ditampilkan dan bagaimana mereka ditampilkan oleh media akan sangat mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap mereka.

Kehadiran para penyandang disabilitas di media sering diiringi dengan stigma atau stereotype. Seringkali mereka hadir sebagai objek yang dikasihani atau sebagai seseorang yang hebat  dan menginspirasi. Mereka sangat jarang ditampilkan sebagai manusia yang utuh; sebagai karakter yang memiliki kedalaman.

Representasi yang keliru atau yang merendahkan para penyandang disabilitas di media menimbulkan berbagai masalah bagi penyandang disabilitas. Kuatnya peran media dalam membentuk pola pikir masyarakat membuat apa yang disajikan oleh media akan dijadikan acuan oleh masyarakat.

Karena itu, kegagalan media dalam menampilkan disabilitas secara tepat, “mengonstruksi” penyandang disabilitas sebagai individu yang berbeda dan tidak masuk dalam konstruksi “normal”. Citra-citra ini bukan hanya mempengaruhi pandangan masyarakat, namun juga konsep diri setiap penyandang disabilitas.

Karena itulah Pendidikan Jurnalistik Mahasiswa (PJM) ke-34 hadir, meramu mahasiswa yang khususnya memiliki niatan menjadi wartawan yang handal dan professional sesuai dengan kode etik jurnalistik. PJM kali ini menghadirkan materi-materi yang memang dimaksud untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana sejatinya peran media dalam memberitakan isu disabilitas.