Mengkritisi Pentingnya Pengawasan Orang Tua dalam Pergaulan Remaja melalui Film Bang Gang

Resensi

Film Bang Gang yang menceritakan kehidupan sekelompok remaja di Prancis yang sedang mencari jati diri dan terjebak dengan kehidupan yang tidak seharusnya mereka alami. 

Apirasionline.com — Bang Gang (A Modern Love Story) merupakan film Prancis yang dirilis pada tahun 2015. Film ini menceritakan bagaimana sekelompok remaja yang sedang mencari jati diri berkecimpung di dunia yang seharusnya tidak mereka alami.

Dikisahkan, terdapat empat remaja yang berteman, dua laki-laki dan dua perempuan. Keempat remaja tersebut bernama George, Laetitia, Alex, dan Nikita. Mereka memiliki latar belakang yang berbeda.

George merupakan anak dari seorang ibu single parent, Laetitia memiliki ayah yang cukup strict dengan aturan rumah, sedangkan orang tua Alex hanya seminggu sekali pulang ke rumah sehingga membuatnya sering menghabiskan waktunya sendiri.

Suatu ketika, terdapat pesta di rumah Alex. Ia mengundang teman-temannya termasuk George, Laetitia, dan Nikita. Di acara tersebut mereka semua melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan anak remaja, seperti hubungan seksual berganti-ganti pasangan dan narkoba. 

Keesokan harinya di sekolah, banyak siswa yang menatap George dengan tatapan jijik. Ia kemudian mengetahui bahwa temannya sendiri telah mengunggah video tidak senonohnya ke YouTube. George pun merasa sangat malu karena penyebaran video tersebut.

Selanjutnya, ketika George sedang menuju pulang ke rumah, ia merasakan sakit yang tidak biasa. Akhirnya ia pun pergi ke rumah sakit. Setelah diperiksa ternyata George mengidap penyakit sifilis. Penyakit sifilis merupakan penyakit seksual menular yang penularannya melalui kontak seksual.

Setelah mendapati hal tersebut, George langsung menghubungi teman-teman dekatnya, yaitu Laetitia, Alex, dan Nikita. Ketika mereka bertiga melakukan pemeriksaan, ternyata mereka bertiga juga positif mengidap penyakit menular seksual. 

Lemahnya Pengawasan Orang Tua Berakibat terhadap Perilaku Remaja

Penggambaran remaja pada film A Modern Love Story terbilang sangat bebas. George dan teman-temannya yang rata-rata berusia 17 tahun sudah memiliki pengalaman yang tidak seharusnya mereka rasakan, yaitu seks bebas dan obat-obatan.

Namun, apa yang mereka perbuat sebenarnya tidak dilakukan tanpa sebab. Di film ini, masing-masing pemeran memiliki latar belakang yang berbeda, tetapi memiliki satu hal yang sama, yaitu kurangnya pengawasan orang tua.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ramot Peter pada tahun 2015, banyak dari orang tua yang merespons perilaku anak remajanya menjurus kepada pengekangan. Hal ini tidak seharusnya dilakukan karena dapat menyebabkan anak tidak bertanggung jawab, frustasi, dan sulit untuk berkembang.

Pengawasan orang tua George dan Alex sangatlah kurang terhadap anak-anak mereka. Hal ini dapat dilihat dari penggambaran film tersebut yang mana sangat sedikit interaksi antara orang tua Alex dan George terhadap anak-anaknya. Padahal, peran orang tua sangat dibutuhkan, mengingat mereka sedang memasuki masa-masa di mana semua hal ingin dicoba.

Selain itu, Laetitia selaku teman dekat George pun hampir mengalami hal yang serupa. Orang tua Laetitia merupakan tipe orang tua yang sangat ketat terhadap aturan. Hal ini membuat ia tidak memiliki ruang gerak yang cukup untuk seusianya.

Pemahaman IMS pada Remaja dan Pencegahannya

Infeksi Menular Seksual (IMS) sangat rentan terjadi pada seseorang yang aktif secara seksual. IMS dapat terjadi apabila seseorang tidak memakai pengaman saat berhubungan seksual, melakukan hubungan seksual sejenis, dan sering berganti pasangan seksual.

George dan teman-temannya merupakan remaja yang aktif secara seksual. Mereka juga berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seksual. Hal ini menyebabkan George dan teman-temannya terkena sifilis yang merupakan salah satu IMS.

Dilansir dari data divisi IMS Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin, selama tiga tahun dari tahun 2010 hingga 2013, menyebutkan bahwa sebanyak 35,5 persen dari 90 remaja (10-19 tahun) menderita lebih dari satu IMS. Hasil survei mengenai kesehatan reproduksi remaja tahun 2017 menunjukkan sebanyak 68,8 persen remaja rentang usia 15 hingga 19 tahun tidak mengetahui tentang IMS. 

Survei tersebut menyatakan bahwa hampir sebagian remaja di Indonesia belum memiliki pemahaman mengenai IMS. Hal ini selaras dengan film tersebut, yaitu ketika mereka terdeteksi memiliki IMS, sebelumnya mereka tidak mengetahui apa itu IMS. Hingga akhirnya George dan teman-temannya harus mendapatkan penanganan medis untuk menyembuhkan penyakit tersebut.

Adapun untuk mencegah IMS, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan seperti tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, memakai pengaman saat berhubungan seksual, serta menjauhi obat-obatan terlarang.

 

Foto: timeout.com

Penulis: Nasywa Aliyya. | Editor: Daffa Almaas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *