Kesaksian Warga di Balik Kebakaran Pancoran Buntu II

Nasional

Ketika langit mendekap dalam keheningan, di saat semua warga terlelap di dalam tidurnya, sekitar pukul 02.50 WIB dini hari, sebuah insiden kebakaran mengguncang ketenangan malam warga di Jalan Pancoran Buntu II, Jakarta Selatan. 

Aspirasionline.com — Malam itu, salah seorang warga yang bermukim di Jalan Pancoran Buntu II, Vebrina Monicha (25), sedang berkutik dengan pekerjaannya di depan laptop bersama ibunya di teras rumah. Perhatian mereka teralihkan dengan munculnya bau gosong secara tiba-tiba.

Ibunya lantas bergegas ke dapur untuk mencari asal bau menyengat tersebut. Suasana menjadi mencekam saat ibunya tak menemukan setitik api di dapurnya, tetapi langit-langit dapur sudah dipenuhi oleh asap hitam. 

“Bunda langsung histeris, ‘Veb kebakaran, Veb kebakaran! Cek ke belakang!’,” cerita Vebri mengingat-ingat kejadian malam itu kepada ASPIRASI pada Selasa, (19/12).

Mendengar teriakan tersebut, Vebrina sigap menuju ke belakang rumah untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Menurut kesaksiannya, saat sedang melakukan pengecekan, warga mencoba membuka salah satu pintu kontrakan yang diduga merupakan penyebab insiden mengerikan ini. Api dan asap seakan-akan meledak setelah pintu tersebut dibuka dan membuat suasana semakin gempar. 

Salah satu warga lainnya, Santi (48), juga menghampiri sumber api tersebut. Melihat motornya yang tersambar api, wanita yang dikenal dengan sapaan Mami Santi itu, segera berusaha menyelamatkan harta bendanya. Tak terduga, ia malah menjadi korban kobaran api yang sedang mengamuk. 

“Saya mau keluarin motor dari samping rumah, akhirnya saya tersambar api. Kejadiannya sangat cepat, enggak sampai lima menit api sudah besar banget,” ujar Mami Santi kepada ASPIRASI pada Selasa, (19/12).

Kebakaran itu melahap 34 rumah dan 1 pabrik tempe yang berlokasi di Jalan Pancoran Buntu II hanya dalam waktu singkat. Pemadam kebakaran tiba sekitar pukul 02.00 WIB, kemudian api mereda setelah enam belas mobil pemadam kebakaran bertindak. Kerugian materil yang dialami warga cukup signifikan, mulai dari kehilangan pabrik, tempat tinggal, barang berharga, hingga kesehatan yang memburuk.

Empat hari berlalu dari kejadian, tubuh Vebrina mengalami demam dan kehilangan suara. Dengan adanya gejala tersebut, wanita berumur 25 tahun ini memutuskan untuk pergi ke Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). 

“Pas di bawa ke Puskesmas ternyata ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut, red.), rata-rata kebanyakan (warga sekitar lokasi kebakaran) juga ISPA,” terang Vebrina.

Selain itu, Vebrina juga menceritakan bahwa dampak berkelanjutan juga dirasakan oleh psikis anak dari korban kebakaran itu.

“Ada salah satu anak yang sudah tidak berani lewat sini, selalu histeris. Jadi dia memilih untuk pindah keluar dari Pancoran Buntu II ini,” sambung Vebrina di lokasi kejadian.

Simpang Siur Penyebab Kebakaran

Peristiwa ini masih memunculkan banyak berita simpang siur mengenai penyebab pasti dari kebakaran ini. Beberapa berita yang beredar menyatakan bahwa penyebab kebakaran ini berasal dari pabrik tempe. Berita tersebut diklarifikasi oleh warga, bahwa itu tidak benar, kebakaran itu muncul dari salah satu kontrakan di Jalan Pancoran Buntu II. 

“Penyebab utamanya bukan pabrik tempe, tetapi pabrik tempe itu adalah salah satu korban dari api yang menjalar, api itu berasal dari salah satu kontrakan di Lapak Cae,” bantah Vebrina dengan nada tegas.

Mengenai penyebab dari kebakaran ini juga kerap dikaitkan oleh pemerintah. Mengingat Pancoran Buntu II sedang mengalami masalah sengketa tanah dengan pemerintah. Mami Santi dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta juga menyatakan bahwa di bulan November, warga sempat melakukan aksi untuk informasi lebih lanjut mengenai tanah Pancoran Buntu II. 

“Terakhir itu kita coba beberapa kali melakukan aksi di Kementerian atau pun lembaga yang membidangi urusan pertanahan, sekaligus memohonkan informasi publik. Makanya di 14 November kemarin, kita mendapatkan informasi bahwa Sertifikat Hak Guna Bangun (SHGB) dari Pertamina itu sudah habis,” keterangan Alif selaku pengacara publik Selasa, (19/12).

Waktu saat warga mengetahui habisnya SHGB dan kejadian kebakaran memiliki kurun waktu yang cukup dekat. Hal tersebut membuat warga mempunyai dugaan hubungan antara kebakaran yang terjadi dengan pemerintah, warga juga merasa adanya kejanggalan dari penyebab kebakaran ini. 

Namun, hal ini juga belum dapat dipastikan penyebabnya karena belum mengantongi bukti yang cukup jelas. 

Kilas Balik Kepemilikan Tanah dan Kependudukan oleh Warga Pancoran Buntu II

Berdasarkan rilis yang ASPIRASI dapatkan dari Forum Pancoran Bersatu, warga telah berjuang mempertahankan lahannya sejak 1981, tetapi penggusuran ruang hidup berkali-kali dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) maupun PT Pertamina Training & Consulting (PTC).

Warga rata-rata telah tinggal selama dua puluh tahun lebih, bahkan di antara warga yang masih bertahan sudah tinggal selama empat puluh tahun, sebagian besar warga memang sudah lahir dan besar di tanah ini.

Klaim Pertamina selama ini berdasarkan 25 SHGB yang diterbitkan pada 14 November 2003 yang sejak diterbitkan sudah ditelantarkan. Sehingga terbentuk wilayah perkampungan yang syarat akan budaya dan kesejarahan penguasaan tanah. 

Barulah di tanggal 14 November 2023, warga dihadapkan pada babak baru dalam memperjuangkan ruang hidupnya setelah beberapa upaya advokasi dilakukan, ke-25 SHGB Pertamina habis tanpa adanya permohonan perpanjangan dan pemanfaatan sesuai peruntukan.

 

Foto : ASPIRASI/Safira Mg.

Reporter : Safira Mg. | Editor: Miska Ithra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *