Ujian Bela Negara: Obsesi UPNVJ Sebagai Kampus ‘Si Paling Bela Negara’
Selain perubahan sistem UTBK-SNBT yang diselenggarakan di tahun 2023, UPNVJ sebagai Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang menyelenggarakan ujian mandiri ikut mengalami perubahan dengan adanya ujian bela negara sebagai seleksi masuk jalur mandiri.
Peserta Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) yang belum lolos Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP) dan Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT), masih memiliki kesempatan untuk dapat mengikuti ujian seleksi mandiri yang diselenggarakan oleh masing-masing Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Indonesia.
Dalam menyelenggarakan ujian mandiri tersebut, setiap PTN memiliki kewenangan untuk menentukan jadwal dan alur seleksi, persyaratan peserta, serta penilaian calon mahasiswa yang akan diloloskan. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) pada tahun ini menyelenggarakan ujian mandiri yaitu Seleksi Mandiri (SEMA) UPNVJ.
SEMA UPNVJ tahun ini dilaksanakan hingga dua gelombang, gelombang pertama dibuka pada 2-23 Juni 2023 dan tes diselenggarakan pada 1 Juli 2023, sedangkan gelombang dua dibuka pada 11-18 Juli 2023 dan tes dilaksanakan pada 27 Juli 2023.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di tahun 2023 UPNVJ menyelenggarakan ujian bela negara.
Koordinator Penerimaan Mahasiswa Baru (Penmaru) UPNVJ 2023 Fajar Nugroho, menyatakan bahwa ujian bela negara ini dilaksanakan secara daring serta memerlukan waktu selama 120 menit.
“Ujian bela negara itu dilakukannya online. Ada materinya pancasila, wawasan kebangsaan, kewarganegaraan dan nilai-nilai bela negara, hanya 4 poin ini aja yang perlu dipelajari. Soalnya ada 100 soal, waktunya 120 menit. Pada saat ujian mereka memakai aplikasi ujian yang sudah kami tentukan, cara instalasinya pun kita bikin tutorialnya dan pada saat pelaksanaan semuanya diawasi,” ujarnya saat diwawancarai ASPIRASI pada Kamis, (13/7).
Urgensi Dipilihnya Ujian Bela Negara pada SEMA UPNVJ
Pada tahun ini, UPNVJ memiliki keputusan untuk menentukan peserta yang lolos lewat jalur SEMA dengan kriteria berupa 50 persen berdasarkan hasil UTBK-SNBT dan 50 persen dari hasil ujian bela negara. Berdasarkan penuturan Fajar, pada gelombang petama pendaftar SEMA UPNVJ mencapai 7.600 orang dan sekitar 400 orang tidak mengikuti ujian bela negara.
“Ya agak baguslah, kalau kita lihat dari UTBK aja, yang datang langsung gitu ya, persentase secara nasionalnya bisa di angka 15 persen yang tidak hadir. Kita kemarin (ujian bela negara) karena online bisa nyelenggarain dengan yang tidak hadir sekitar empat ratusan,” kata Fajar.
Dipilihnya ujian bela negara sebagai syarat masuknya calon mahasiswa baru UPNVJ 2023 lewat jalur SEMA, kata Fajar, merupakan buntut dari perubahan sistem UTBK secara nasional.
Pada sistem UTBK tahun-tahun sebelumnya, calon mahasiswa PTN masih diujikan dengan soal materi sains dan teknologi (saintek) beserta skolastik. Karena pada tahun ini UTBK hanya mengujikan tes skolastik, UPNVJ lewat jalur SEMA menambahkan tes lain untuk mengujikan wawasan kewarganegaraan lewat ujian bela negara.
“Nah di situ Pak Rektor ingin memberikan nilai tambah lagi ke mereka, apa sih yang kira-kira bisa adaptasi dari situ? Ya kita balik lagi ke universitas di UPN, bela negara kan,” ungkapnya.
Senada dengan Fajar, Wakil Rektor (Warek) I Bidang Akademik UPNVJ Dudy Heryadi juga menjelaskan bahwa ujian bela negara merupakan upaya lanjutan UPNVJ untuk mengokohkan nilai kewarganegaraan setelah membangun pusat kajian bela negara.
Selain itu, Dudy mengaku melihat adanya kebutuhan untuk memberikan tes bela negara kepada mahasiswa karena UPNVJ sendiri mengklaim sebagai kampus bela negara.
“Jadi sudah sewajarnya karena kan kita mengklaim, menyatakan sebagai kampus bela negara, kita coba rumuskan apa itu nilai-nilai bela negara. Kemudian wajar pula mahasiswa kita tes,” ujar Dudy kepada ASPIRASI pada Selasa, (25/7).
Dinilai Tak Relevan dan Butuh Pertimbangan Ulang
Salah satu mahasiswi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) angkatan 2022, Neneng, menilai bahwa ujian bela negara sebagai tes masuk perguruan tinggi kurang relevan untuk dilaksanakan.
“Meskipun kita kampus bela negara, tetapi untuk ujian seperti ini, sepertinya kurang (relevan),” ujar Neneng pada ASPIRASI pada Jumat, (7/7).
Neneng juga berpendapat bahwa sistem penilaian yang dilakukan tidak relevan untuk menilai tingkat sikap bela negara dari peserta ujian. Pasalnya, kesalahan yang tidak sengaja ketika menjawab soal-soal di ujian tersebut akan berpengaruh ke penilaian dan juga kelulusan calon mahasiswa baru.
“Kalau ada kesalahan dalam menjawabnya itu pasti kan nilainya juga akan berkurang. Nah mungkin itu juga gak bisa menjadi faktor pengukur buat jadi yang punya sikap bela negara atau enggak,” katanya.
Neneng juga menambahkan bahwa untuk mengedukasi, menanamkan dan mengaktualisasikan sikap bela negara itu dirasa sudah cukup dengan usaha UPNVJ yang memberikan pendidikan bela negara melalui mata kuliah wajib Bela Negara bagi setiap mahasiswanya.
“Mungkin bisa saja ditambahkan ujian pada saat mata kuliah, jadi ya udah sama-sama mengenai pendidikan bela negara gitu,” ujarnya.
Menurutnya, sikap bela negara tidak bisa diukur dengan tes tertulis karena para penilai tidak mengetahui sikap dan perbuatan apa saja yang pernah dilakukan oleh calon mahasiswa baru. Bisa saja, katanya, calon mahasiswa baru tersebut pernah melakukan hal yang mencoreng jargon bela negara.
“Bela negara tidak harus yang kayak dari satu tes tertulis gitu, karena kan bela negara juga bisa dari sikap kita, dan (para penilai dan penguji) gak tau (sikap) apa yang dilakukan sebelumnya,” tutur Neneng.
Tak hanya persoalan relevansi ujian bela negara, Neneng juga mengungkit perihal teknis ujian bela negara yang cukup menyulitkan calon mahasiswa baru. Pasalnya, berdasarkan yang ia lihat di kolom komentar Instagram @upnveteranjakarta, beberapa komentar menyebutkan kendala saat pelaksanaan ujian bela negara.
Untuk itu, menurutnya, perlu adanya pertimbangan kembali atas pelaksanaan ujian bela negara di tahun berikutnya.
“Kalau misalkan device-nya kurang mendukung, kekurangan device, kalau orang yang ingin daftar tapi harus mengikuti tes ini secara wajib, aneh gitu. Jadi menurut aku ujian bela negara ini sih dipertimbangkan lagi dalam penilaiannya gitu,” sebutnya.
Selaras dengan pengamatan Neneng terhadap kendala yang dihadapi calon mahasiswa baru pada pelaksanaan ujian bela negara, salah satu peserta ujian bela negara gelombang satu sesi pagi, Alveo Thandy, menyatakan bahwa ujian sempat terhambat selama 10 menit.
“Kemarin pas sesi aku sih ada yang bermasalah gitu, masalah waktu lagi ngerjain pas 3 atau 4 soal aku lupa terus tiba-tiba aplikasinya gak bisa gitu, tiba tiba kayak ada tulisan aja UPN, terus kata pengawasnya suruh tunggu aja, ditunggu dari sananya gitu,” ujarnya kepada ASPIRASI pada Senin, (10/7).
Alveo yang kala itu tidak memiliki sambungan WiFi saat pelaksanaan ujian bela negara di rumahnya mengaku panik. Kepanikannya bertambah karena perangkat yang dimilikinya mudah panas sehingga membuatnya gusar.
“Aku tuh gak punyai WIFI jadinya hotspot gitu kan, sedangkan HP aku gampang panas gitulah. Ditambah Zoom, ditambah hotspot, jadinya panaslah. Ditambah waktu itu hotspot–nya tiba-tiba mati dan ga bisa dikeluarin dari aplikasi UPN. Aku itu udah panik banget,” cerita Alveo sambil mengingat-ingat.
Imbas dari terhambatnya ujian bela negara tersebut, peserta diberikan tambahan waktu selama 30 menit untuk menyelesaikan tes.
Selain saat pelaksanaan, keluhan juga disampaikan oleh Alifio Kadafi yang merupakan peserta ujian bela negara yang mendapat sesi siang. Ia mengeluhkan mengenai kurang tepatnya pemberian informasi yang diberikan oleh UPNVJ.
“Kemarin tuh sempet nanya, untungnya ada help desk ya jadinya bisa nanya di sana, salahnya sih ga fatal ya cuma typo aja gitu di sosmed salah ketik gitu. Pas di sosmed kayak kata ‘unduh’ di tulisannya ‘unggah’. Itu udah dua kali saya lihat kayak gitu, jadi rancu gitu,” ujarnya saat diwawancarai ASPIRASI pada Senin, (17/7).
Di sisi lain, Kanahaya Maisa, mahasiswi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPNVJ angkatan 2023 menganggap sah-sah saja UPNVJ melaksanakan ujian bela negara.
Pasalnya, ia menganggap ujian bela negara cenderung lebih mudah dibanding ujian yang mengujikan akademik seperti yang diselenggarakan PTN lain.
“Aku khususnya udah breakout banget nih belajar UTBK yang emang akademik banget, terus jujur kemarin aku mikirnya agak berat buat ujian mandiri, apalagi kalau materinya sama,” ungkap Kanahaya saat diwawancarai ASPIRASI pada Selasa, (18/7).
Ilustrasi: ASPIRASI/Nabila Adifia.
Reporter: Anita Ambarwati. | Editor: Alfianti Putri.