Diam-diam, Rektor Kembali Hidupkan Menwa UPNVJ Tanpa Kejelasan

Berita UPN

Awal Februari 2023, para calon ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dikejutkan dengan pelantikan ketua Resimen Mahasiswa (Menwa) secara tiba-tiba. Padahal, saat itu tidak ada pemberitahuan status keaktifan Menwa karena yang mereka tahu, Menwa sedang dibekukan.

Aspirasionline.com — Akhir tahun 2021, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) dikejutkan dengan kabar duka. Salah satu anggota Resimen Mahasiswa (Menwa) UPNVJ meninggal saat kegiatan pembaretan.

Setelah kejadian itu terjadi, Erna Hernawati, Rektor UPNVJ terdahulu memutuskan untuk membekukan Menwa. Namun baru setahun pembekuan, Menwa sudah kembali diaktifkan. Hal tersebut diketahui saat Ketua Menwa UPNVJ 2023 yang baru dilantik turut hadir dalam acara pelantikan Ketua UKM oleh Rektor UPNVJ Antar Venus pada Kamis, (26/1) lalu.

Ketua UPN Band Veteran (UBV) Dhafirhumam Rakyantosa Baresi Rossi mengonfirmasi hal tersebut. Pria yang akrab disapa Raky itu mengaku telah mengetahui Menwa sudah aktif kembali saat melihat proses pelantikan Ketua Menwa UPNVJ di aula Bhinneka Tunggal Ika, Gedung Jendral Sudirman, Kampus UPNVJ Pondok Labu, Jakarta.

“Iya udah tau (Menwa kembali aktif) karena pas pelantikan ketua baru itu kan ada Menwa tiba-tiba, jadi taunya dari situ,” ujar Raky saat ditemui secara langsung oleh ASPIRASI pada Senin, (13/2).

Kabar kembalinya Menwa juga didengar oleh kawan satu fakultas korban. Dimas Heryonanto, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) mengaku juga telah mendengar kabar Menwa UPNVJ sudah kembali aktif.

“Baru-baru ini dapat info bahwa Menwa sudah pemaparan proker (program kerja) ke rektorat. Jadi, kayaknya kabarnya emang udah valid ya,” ujar Dimas saat diwawancara ASPIRASI pada Minggu, (12/2).

Dimas lantas menyayangkan tidak adanya pemberitahuan terlebih dahulu oleh pihak rektor tentang kembalinya Menwa ke Keluarga Mahasiswa (Kema), khususnya Kema FIKES. Ia mengaku, kabar kembali diaktifkannya Menwa UPNVJ didapatkan dari rekan organisasinya saja, bukan dari pihak kampus.

“Saya sendiri lumayan kaget dan bingung kenapa Menwa ini bisa diaktifkan lagi karena saya sendiri taunya bukan dari kampus, bukan dari press release atau surat edaran yang disebar dari pihak kampus,” terangnya.

Perlu diketahui, Fauziyah Nabilah Luthfi, mahasiswi D3 Fisioterapi FIKES 2020 meninggal saat mengikuti kegiatan pembaretan Menwa pada Sabtu, (25/9/2021). Lala mengalami kelelahan saat mengikuti rangkaian pembaretan. Almarhumah sempat mengalami keram kaki terkhusus usai melakukan longmarch sekitar 10-15 kilometer.

Sayangnya, Lala yang berangkat dalam keadaan sehat tersebut baru diantar ke rumah sakit usai terlihat kejang-kejang. Hal itu diungkap oleh pamannya Lala, Delvinalis Setiawan.

“Jadi sempat dibawa ke masjid untuk diobati. Sampai di sana, ada jeda waktu. Setelah itu almarhum kejang-kejang. Mungkin mereka panik, akhirnya dibawa ke rumah sakit, dan sampai sekitar pukul lima atau enam,” kata Delvinalis kepada ASPIRASI, Minggu, (28/11/2021).

Berdasarkan penuturan pria itu, almarhumah meninggal saat di perjalanan menuju RSUD Ciawi. Delvinalis menjelaskan, saat Lala sampai di rumah sakit, ia sudah meninggal dunia. 

ASPIRASI juga sempat bertanya kepada ibunya Lala, Suswati, apakah sebelum dilakukan pembaretan pihak Menwa melakukan skrining atau Medical Check-Up (MCU) terlebih dahulu, keluarga menjawab tidak ada.

“Tidak ada skrining yang dilakukan pihak Menwa. Hanya penandatanganan surat izin kegiatan,” kata Suswati, Sabtu, (27/11/2021).

Meskipun Lala tidak memiliki riwayat penyakit berat, prosedur pengecekan kesehatan seharusnya memang dilakukan. Hal tersebut diungkap oleh sumber ASPIRASI yang mengatakan terdapat petunjuk pelaksanaan (juklak) pembaretan Menwa yang mengharuskan pengecekan kesehatan setiap anggotanya.

“Setahu saya Menwa (tahun ini) tidak meminta screening MCU untuk kegiatan. Seharusnya kan seniornya tanya soal keadaan mereka dan tahu soal riwayat penyakit anak. Tapi yang saya tahu nggak ada,” ungkap sumber ASPIRASI tersebut.

Bangkitnya Menwa Tanpa Adanya Kejelasan dari Pihak Rektorat

Perlu diketahui, dalam audiensi selepas aksi mahasiswa untuk merespon kasus Menwa. Erna Hernawati selain menyatakan akan melakukan pembekuan terhadap Menwa, ia juga akan membentuk Komite Disiplin (Komdis) untuk melakukan tindakan terhadap kasus tersebut.

“Jadi sembari kita menunggu hasil dari komite disiplin pertengahan Desember ini, semua kegiatan menwa tentunya kita hentikan dulu,” kata Erna kala itu di hadapan para mahasiswa, Selasa, (30/11/2021).

Namun hingga pembekuan Menwa dicabut, hasil dari Komdis tersebut masih belum juga jelas. Mendengar kabar kembalinya Menwa yang tak kunjung mendapat penjelasan dari pihak kampus, ASPIRASI lantas mencoba memintai keterangan langsung dari pihak Pelaksana Tugas (Plt.) Wakil Rektor III UPNVJ, Ria Maria Teresa.

Namun, setelah dicoba dihubungi beberapa kali lewat sekretarisnya hingga didatangi langsung ke ruangannya, Ria tetap tidak memberikan keterangan. Bahkan, Ria seperti yang disampaikan oleh sekretarisnya menolak untuk diwawancara. Ia berdalih telah menjawab persoalan tersebut di wawancara sebelumnya.

Wawancara yang dimaksud kemungkinan adalah wawancara saat proses liputan untuk tulisan yang berjudul “Tanda Tanya Kejelasan Status Resimen Mahasiswa UPNVJ” yang dipublikasi di laman online ASPIRASI pada 18 Agustus 2022 lalu. Dalam wawancara kali itu, Ria mengaku ia tidak mengetahui bagaimana nasib Menwa ke depannya.

Untuk itu kami (jajaran rektor) juga bingung pembinaannya gimana,” kata Ria kala itu kepada reporter ASPIRASI, Kamis, (4/8/2021).

ASPIRASI juga sempat mencoba untuk meminta konfirmasi terkait kembalinya Menwa ke Rektor UPNVJ Antar Venus. Saat ditemui di Gedung Jenderal Sudirman, Kampus UPNVJ Pondok Labu dan ditanya mengenai status keaktifan Menwa, ia tidak menjawab dan langsung melangkah pergi.

“Kelihatannya… bapak ininya, nanti jawabnya. Mungkin besok atau nanti ya pas bapak ada waktu, kita diskusi agak panjang, gitu ya,” kata Venus pada Kamis, (2/3).

Venus yang sebelumnya terlihat sedang santai memandangi beberapa foto di gedung tersebut, tiba-tiba malah berjalan dengan cepat ke arah tangga menuju lantai dua menuju ruangannya. Saat tiba di depan ruangan, salah satu asistennya menahan usaha reporter untuk mencoba mengejar Venus.

Hingga berita ini diterbitkan, masih tidak ada kejelasan dari pihak universitas terkait kembali aktifnya status Menwa.

Menwa Nyatanya Sudah Diaktifkan Rektorat Sejak Desember 2022 

Pengaktifan kembali Menwa sendiri telah dikonfirmasi oleh Nur Alfiyyah Fakhirah, selaku Ketua Menwa UPNVJ 2023 terpilih yang telah dilantik oleh pihak kampus. Menurut keterangannya, sejak Desember 2022 lalu Ria selaku Plt. Wakil Rektor III telah secara langsung mengundang internal Menwa untuk mendiskusikan susunan kepengurusan baru yang nantinya akan dilantik.

“Nah itu dari Desember sudah ada kepengurusannya, kita juga sudah bertemu dengan pihak Warek III yang sudah berdiskusi mengenai Menwa ini yang akan diaktifkan kembali,” ucap Alfi saat diwawancarai ASPIRASI pada Senin, (27/2). 

Diketahui selanjutnya, tidak ada Surat Keputusan (SKEP) Pencabutan Pembekuan Menwa yang secara resmi dikeluarkan oleh pihak kampus. Yang ada hanyalah SKEP pengangkatan kepengurusan yang baru.

“Jadi, kampus itu tidak mengeluarkan secara resmi suratnya namun secara tidak langsung dengan pengangkatan pengurus yang baru ini status pembekuan Menwa itu sudah dicabut,” jelas mahasiswi dari Fakultas Hukum itu. 

Lebih lanjut, Sayyid Jildan sebagai sekretaris yang juga menjabat di kepengurusan baru Menwa sempat menyinggung adanya paksaan secara halus dari pihak rektor yang menghendaki kebangkitan kembali Menwa. 

“Jadi dipaksa secara halus sih, tapi intinya rektorat ini pengen Menwa tetap ada karena ini salah satu bentuk bela negara secara fisik,” katanya kepada ASPIRASI pada Rabu, (26/4). 

Sebelum dibekukan, Alfi dan Sayyid memang tercatat sebagai anggota aktif Menwa. Demi mengisi kekosongan dari struktur jabatan yang ada, mau tidak mau tujuh anggota aktif yang tersisa termasuk Alfi dan Sayyid harus menjabat sebagai Badan Pengurus Harian (BPH) Menwa.

“Saya awalnya mau dijadikan ketua, karena saya banyak pertimbangan, akhirnya ga jadi, jadinya Alfi-lah yang dijadikan komandan,” ujar Sayyid seraya melanjutkan.

Lebih lanjut, Sayyid juga merasa sedikit terpaksa dalam menjabat sekaligus menjalankan Menwa yang telah diaktifkan kembali, mengingat banyaknya kesibukan lain yang harus ia jalankan.

“Sebenarnya saya agak kepaksa, karena Menwa dihidupkannya agak tidak tepat waktunya karena saya sudah ada job desk di organisasi lain dan tahun saya juga sudah tahun akhir untuk berorganisasi,” jawabnya. 

Hingga saat ini sendiri belum ada kegiatan maupun agenda resmi yang dilaksanakan oleh Menwa. Namun, open recruitment atau pendaftaran anggota baru Menwa rencananya akan diselenggarakan setelah lebaran kemarin, yang nyatanya juga belum terlaksana sampai saat ini. Dorongan untuk segera melakukan open recruitment itu sendiri datang dari jajaran rektor. Mereka ingin Menwa sesegera mungkin mendapatkan anggota baru.

“Salah satu amanah dari Warek III dan Rektor sendiri yang menyampaikan kepada saya untuk sekiranya Menwa bisa open recruitment lebih dahulu gitu,” terang Alfi.

Pertanyakan Urgensi dan Relevansi, Mahasiswa Tuntut Kejelasan Kembalinya Menwa 

Mengetahui bangkitnya kembali Menwa secara mendadak tanpa adanya pemberitahuan apapun, Divisi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) ASPIRASI mengadakan survei berupa kuesioner yang telah disebarluaskan kepada seluruh keluarga mahasiswa. 

Dalam jangka waktu kurang lebih 2 bulan kuesioner yang berjudul “Relevansi Menwa UPNVJ dalam Dunia Pendidikan” itu dibuka, terdapat 326 responden dari 7 fakultas berbeda yang telah mengisi survei tersebut.

Diagram hasil jawaban responden pada survei Divisi Litbang ASPIRASI.

Mengacu pada diagram di atas, 69 persen (225 responden) dari keseluruhan pengisi kuesioner beranggapan bahwa saat ini Menwa sudah tidak lagi relevan. Sebaliknya, sebanyak 31 persen (101 responden) dari total jumlah pengisi kuesioner merasa Menwa masih relevan sampai saat ini.

Tidak berhenti disitu, terdapat 67,8 persen (221 responden) yang menyatakan penolakan untuk menerima Menwa diaktifkan kembali. Namun, di samping itu juga ada sejumlah 32,2 persen (105 responden) dari 326 pengisi kuesioner yang masih menerima kebangkitan kembali Menwa di UPNVJ. 

Survei tersebut mengungkapkan bahwasanya mahasiswa UPNVJ yang menganggap Menwa sudah tidak relevan dalam dunia pendidikan dan menyuarakan penolakan secara tegas terhadap pengaktifan kembali Menwa lebih mendominasi jika dibandingkan dengan mahasiswa yang setuju dengan Menwa yang bangkit kembali. 

Sama halnya seperti Raky yang juga menyoroti pengaktifan kembali Menwa dengan sikap kontra. Bagaimana tidak, dirinya merasa bahwa kasus Menwa yang pernah memakan korban jiwa belum benar-benar selesai. 

“Sejujurnya agak kontra sih karena masalah yang kemarin itu  kan yang ada meninggalnya mahasiswa itu kan belum selesai dan kembalinya lagi itu agak mendadak gitu tidak ada omongan ke ormawa atau UKM lain,” tuturnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Dimas juga merasa masih belum mengetahui manfaat yang signifikan dengan dibangkitkan kembalinya Menwa. Menurutnya, didirikannya Menwa tidak memiliki urgensi maupun relevansi yang konkrit di lingkungan perguruan tinggi.

“Cukup bingung dan cukup heran sebenarnya kenapa ada Menwa di perguruan tinggi, karena balik lagi ke latar belakangnya yang militeristik dan sampai sekarang saya masih gatau apa sih benefit-nya Menwa untuk kampus dan civitas akademika UPNVJ,” sahutnya.

Mahasiswa dari program studi Kesehatan Masyarakat itu juga mengharapkan pihak kampus untuk tidak menutup mata terhadap kasus Menwa yang telah terjadi di masa lampau, terlebih lagi kasus tersebut sampai menghilangkan nyawa dan kesempatan hidup seseorang.

“Apabila Menwa ini dilanjutkan, ini akan menjadi catatan buruk untuk ketegasan dan kejelasan dari pihak UPN,” kata Dimas.

Mengingat masalah Menwa diaktifkan kembali ini cukup sensitif terhadap lingkungan kampus UPNVJ, Dimas juga menegaskan seluruh keluarga mahasiswa untuk menentukan sikap secara jelas, baik itu menolak atau mendukung kebangkitan kembali Menwa. 

“Saya harap kita semua bisa menyatukan suara untuk menolak secara tegas dan jelas adanya aktivasi kembali Menwa,” tegasnya seraya melanjutkan, “Karena sangat tidak manusiawi dan tidak beretika jika kita seakan-akan hanya membayar satu nyawa manusia dengan satu periode Menwa. Apakah itu adil dan logis?”

 

Foto : Teuku Farrel.

Reporter : Miska Ithra, Nayla Shabrina. | Editor : Vedro Imanuel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *