Why Nations Fail: Akar dari Gagalnya Suatu Negara
Judul Buku : Why Nations Fail: The Origins Of Power, Prosperity, and Poverty
Penulis : Daron Acemoglu dan James A. Robinson
Penerbit : Crown Publishers
Tahun Terbit : 2012
Halaman : 546
Suatu negara dapat terus berjalan dan mencapai titik kemakmuran karena dikelola dengan cara yang tepat sasaran. Kunci dari ketepatan pengelolaan ada pada mekanisme institusi politik dan ekonomi negaranya.
Aspirasionline.com – Buku Why Nations Fail merupakan karya nonfiksi dengan fokus pembahasan mengenai kesenjangan negara-negara di dunia yang menjadikan kesejahteraan sebagai indikatornya. Melalui buku ini, Daron Acemoglu dan James A. Robinson membagikan sudut pandang mereka dan menjelaskan mengapa ada negara yang makmur sedangkan sebagian lainnya justru tidak bisa bangkit dari kesengsaraan.
Acemoglu dan Robinson memiliki pendapat yang berbeda dengan para ahli ilmu sosial lainnya, berkaitan tentang faktor kegagalan suatu negara dalam membangun kesejahteraannya. Mereka meyakini bahwa kondisi geografis yang buruk, pola budaya yang pincang, dan pemimpin yang kurang piawai, bukanlah akar dari kegagalan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dalam buku ini, mereka membantah setiap hipotesis yang diberikan oleh para ahli sosial, dengan memberikan contoh kasus nyata dari negara-negara yang memiliki kesenjangan. Penulis juga menambahkan argumennya untuk membuktikan adanya kekeliruan hipotesis dari para ahli sosial, yang kenyataannya belum cukup untuk menjawab tentang isu tidak meratanya kemakmuran di dunia.
Salah satu contoh kasus yang diberikan yaitu, kesenjangan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Dua negara tersebut memiliki letak geografis serta corak budaya yang sama, namun terdapat kesenjangan yang sangat terlihat di antara kedua negara tersebut.
Dari setiap analisis kasus, ditemukan bahwa akar kesenjangan antar negara merujuk pada satu hal. Dalam teori yang telah mereka buat dan yakini, dijelaskan bahwa perbedaan kesejahteraan dapat terjadi karena perbedaan kinerja institusi yang ada pada tiap-tiap negara.
Secara sederhana, buku ini membagi institusi politik dan ekonomi ke dalam dua bentuk, yaitu institusi inklusif dan ekstraktif. Mereka berpendapat bahwa negara hanya dapat mencapai kemakmuran jika memiliki sistem politik yang inklusif. Sedangkan, negara dengan institusi ekstraktif cenderung miskin dan sulit untuk berkembang.
Institusi politik yang inklusif didefinisikan sebagai sebuah institusi yang tidak hanya menguntungkan pihak penguasa, namun masyarakat biasa pun dapat berpartisipasi aktif dalam proses politik. Sedangkan, dalam institusi politik ekstraktif tidak ada checks and balances. Kedua penulis juga menambahkan bahwa bentuk suatu institusi politik akan mempengaruhi bentuk dari institusi ekonomi.
Inti dari teori yang dikemukakan oleh Acemoglu dan Robinson adalah keberhasilan suatu negara dipengaruhi oleh interaksi antara institusi politik dan ekonomi negara tersebut. Kedua tokoh ini juga menyebutkan bahwa aturan main dalam institusi ditentukan oleh siapa yang berkuasa dan bagaimana ia menjalankan kekuasaannya.
Menurut Acemoglu dan Robinson, perubahan dari institusi yang bersifat ekstraktif menuju inklusif merupakan sebuah proses perubahan kecil yang terus menerus dan bersifat endegenous. Maka, tentunya hal ini akan terjadi jika ada keinginan bersama untuk mengubah hal tersebut.
Keterkaitan Teori Acemoglu-Robinson dengan Institusi Ekonomi dan Politik Indonesia
Kondisi institusi politik dan ekonomi Indonesia saat ini sedang menuju inklusif. Dapat dikatakan demikian, karena kondisi institusi di Indonesia belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria yang ada.
Meskipun saat ini perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan, namun jika dikaitkan dengan teori dari Acemoglu dan Robinson, Negara Indonesia masih belum bisa dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan budaya seperti korupsi, kolusi, nepotisme, dan manipulatif masih melekat kuat pada birokrat di Indonesia.
Apabila kehidupan politik seperti itu terus dipelihara, tidak menutup kemungkinan hal tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung. Ketidakstabilan pun akan terjadi dan masyarakat akan terkena dampaknya. Jika merujuk pada teori Acemoglu dan Robinson, negara dengan kondisi yang terus-menerus tidak stabil secara perlahan akan menuju pada kegagalan.
Maka, yang menjadi perhatian utama saat ini adalah bagaimana cara merancang perubahan tiap-tiap institusi politik dan ekonomi agar sepenuhnya memasuki kriteria inklusif. Salah satu caranya, yaitu dengan membenahi kehidupan politik yang dapat dimulai dari perombakan proses rekrutmen politik. Diperlukan juga, untuk mempertimbangkan penerapan doktrin pancasila dan anti praktik oligarki.
Penguasa yang ditempatkan dalam ranah legislatif dan eksekutif tentunya harus dapat berkomitmen pada ideologi negara, serta memiliki mental pemimpin yang amanah. Hal ini dapat berpengaruh terhadap arah kebijakan politik yang dibawanya dan tentunya juga berdampak pada kelanjutan perekonomian.
“As we will show, poor countries are poor because those who have power make choices that create poverty.” – Daron Acemoglu
Hal tersebut dapat menjadi pengingat betapa pentingnya memaksimalkan peran institusi sekaligus sosok yang menggerakkannya dalam menentukan arah suatu negara menuju keberhasilan.
Penulis : Rara, Mg. | Editor : Nabila Adi.