Polio, Penyakit Berbahaya yang Kembali Ditemukan di Indonesia
Penyakit polio kembali ditemukan di Indonesia tepatnya di kabupaten Pidie, Aceh. Padahal pada tahun 2014 Indonesia sudah menerima sertifikat resmi bebas polio dari WHO.
Aspirasionline.com – Setelah bertahun-tahun hilang di Indonesia, Poliomyelitis (polio) kembali menjangkit seorang anak berumur tujuh tahun di Pidie, Aceh pada November lalu. Padahal pada tahun 2014 World Helath Organization (WHO) sudah memberikan sertifikat bebas polio pada Indonesia.
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan menyerang sistem saraf pusat ini menjangkit anak tersebut dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri. Kasus polio tersebut dapat dikatakan termasuk dalam virus polio liar.
Menanggapi penemuan penyakit polio di Aceh, Ketua Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Ede Surya Darmawan saat diwawancarai ASPIRASI mengatakan bahwa kasus ini masuk ke dalam virus polio liar.
“Sebenernya ini dari virus polio liar, artinya posisinya itu ada orang-orang yang tidak tervaksin di tubuhnya ada carrier,” ujar Ede, dosen Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia pada Senin, (28/11).
Proses penularan polio sendiri bisa terjadi saat tangan seseorang bersentuhan langsung dengan objek yang sudah tercemar oleh virus. Setelahnya tangan tersebut masuk ke dalam mulut dan infeksi disalurkan lewat ludah yang selanjutnya berkembang di usus.
“Penularan utamanya karena ini entero virus kan ya, sebenarnya penularannya melalui saluran makanan,” lanjut Ede.
Virus yang masuk ke dalam genus Enterovirus dan famili Picornaviridae tersebut masuk lewat mulut dan berkembang di usus. Umumnya virus polio menyerang anak-anak berusia dibawah lima tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa anak-anak berusia belasan tahun juga bisa terjangkit.
“Tetapi secara umum pada balita gampang terkena, karena barangkali daya tahan tubuhnya yang kurang kuat,” jelasnya.
Hal yang dikhawatirkan dari virus polio ini sendiri adalah adanya kemungkinan anak yang menderita mengalami lumpuh layu atau kelumpuhan pada tungkai kakinya. Hal ini yang membuat vaksinasi polio menjadi hal penting untuk menghindari terjangkitnya virus tersebut.
Virus polio dapat menyebar secara cepat di lingkungan yang kurang bersih. Apalagi jika suatu wilayah tersebut penduduknya belum divaksinasi secara lengkap, Yang dalam kasus penemuan polio di Aceh, Ede berpendapat bahwa masih banyak masyarakat sekitar yang belum memiliki kesadaran pentingnya vaksinasi polio.
Hal ini bisa saja terjadi karena kurangnya literasi masyarakat akan pentingnya vaksinasi serta pemahaman yang kurang akan vaksinasi polio, sehingga menyebabkan kesalahpahaman yang membuat masyarakat enggan menerima vaksinasi.
“Sebenarnya sudah disiapkan semua imunisasi polio, barangkali yang dipersoalkan adalah masih ada daerah-daerah yang tidak melakukan vaksin. Padahal vaksin nya kan sebenarnya oral, tidak ribet vaksin polio itu karena hanya oral saja,” tutup Ede.
Foto: Google
Reporter: Nasywa, Mg. | Editor: Agnes Felicia