Zoonosis : Penularan Penyakit dari Hewan ke Manusia
Zoonosis adalah penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Zoonosis disebabkan oleh mikroorganisme parasit yang berpindah melalui interaksi manusia dan hewan.
Aspirasionline.com – Manusia dan hewan biasanya hidup berdampingan, seperti halnya hewan peliharaan atau ternak, bahkan hewan liar yang ada yang hidup di sekitar pemukiman manusia. Oleh karena itu, interaksi antara manusia dan hewan akan senantiasa terjadi setiap harinya.
Atas dasar interaksi tersebut salah satu dampak negatif dari interaksi tersebut adalah zoonosis. Zoonosis merupakan jenis penyakit yang dapat ditularkan hewan ke manusia, penyakit ini umumnya disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme, seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit.
Dosen Epidemiologi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, Chandrayani Simanjorang mengatakan, zoonosis itu salah satu pengelompokan penyakit jadi semua penyakit yang bersumber dari hewan lalu ditularkan manusia itu disebut sebagai zoonosis. Perpindahan penyakit tersebut sangat erat kaitannya dengan interaksi antara hewan dan manusia.
“Covid-19 dari penyelidikan epidemiologinya disebabkan adanya pasar di wuhan itu yang menjajakan beberapa atau menjual hewan mati ataupun yang masih hidup gitu, ternyata virus yang ada pada hewan itu bisa terjadi berpindah kepada manusia,” kata Yani saat di wawancara ASPIRASI pada, Senin (29/08) lalu.
Yani juga menjelaskan salah satu jembatan perpindahan penyakit dari hewan ke manusia adalah praktek mengkonsumsi daging hewan oleh manusia. “Melalui daging yang dikonsumsi. mungkin proses memasaknya yang tidak sempurna, proses masaknya tidak higienis itu bisa membuat virus atau bakteri pada hewan berpindah.” jelas Yani kepada ASPIRASI saat dihubungi pada Senin, (29/8)
Kemudian Yani juga menambahkan pada awal manusia terinfeksi sampai timbulnya gejala itu disebut masa inkubasi. Pada masa inkubasi ini dapat menimbulkan dampak yang berbeda tiap individu sesuai dengan daya tahan tubuh masing-masing, jika daya tahan tumbuh individu tersebut baik mungkin tidak timbul gejala tetapi jika kurang baik dapat menimbulkan gejala tertentu.
Perubahan Lingkungan dan Iklim sebagai Jembatan Penularan.
Tercatat bahwa enam puluh persen patogen manusia digolongkan sebagai zoonosis. Pada saat ini penyakit zoonosis yang menjadi perhatian adalah cacar monyet dan Covid-19. Namun pada fataknya terdapat penyakit banyak lain berupa rabies, middle East Respiratory Syndrome-coronavirus (MERS-CoV), Salmonellosis, Zoonotic avian influenza, Fasciolosis, Escherichia coli, Malaria, Anthrax, Leptospirosis, Dengue Fever, West Nile Fever, Scabies, Salmonellosis.
Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis Institut Pertanian Bogor, Sri Murtinim turut memberikan penjelasan terkait zoonosis ini. Dia menyatakan bahwa salah satu penyebab maraknya terjadi zoonosis adalah perubahan iklim.
“Climate change distribusi dan kejadian penyakit zoonosis sebagian berhubungan dengan tingkat sensitivitas iklim,” tutur Sri pada reporter ASPIRASI, Jumat (2/9)
Tak lupa pula Sri memaparkan langkah pencegahan dari zoonosis yang dapat dilakukan. Dia mengungkapkan menjaga imun saja tidak cukup untuk mencegah zoonosis, langkah awal dalam pencegahan berupa pembatasan interaksi antar hewan dan manusia.
“Misalnya kalau demam berdarah dengue diakibatkan oleh nyamuk berarti kita menghindari gigitan nyamuk, bagaimana kita menghindari gigitan nyamuk dengan menggunakan kelambu saat kita tidur itu salah satunya,” ungkap wanita tersebut melanjutkan penjelasan.
Selain itu Sri juga menambahkan dalam ilmu epidemiologi ada yang namanya pemutusan rantai penularan jadi apa yang menyebabkan kita berinteraksi dengan penyakit tersebut itu yang kita putus.
“Menghindari rabies kita memusnahkan anjing itu tidak mungkin dia bagian dari ekosistem tapi bagaimana cara nya kita tidak digigit anjing dan bagaimana kalau kita digigit anjing tidak terkena rabies artinya anjing yang kita pelihara harus sehat dengan cara divaksinasi,” jelas Sri sembari mengakhiri.
Ilustrasi: Tiara Ramadanti.
Reporter: Tiara Ramadanti. | Editor: Tegar Gempa.