Seperti Hari Kemarin
Mengingatnya seperti hari kemarin
Tubuhnya kaku gemetaran
Jeritannya terhenti meminta ampunan
Jiwa yang terlalu rapuh untuk melawan
Mengingatnya seperti hari kemarin
Disakiti untuk memuaskan nafsu
Hanya bisa terisak lesu
Suaranya menjadi bisu
Mengingatnya seperti hari kemarin
Trauma yang selalu membekas
Bergegas mencari jalan pintas
Apa mati saja hingga menjadi ampas?
Lalu apa? Bagaimana caranya beranjak?
Mereka berkata, “Keadilan melonjak!”
Nyatanya, harga dirinya yang diinjak
Lalu, harus di mana dia berpijak?
Rintihannya pun tidak didengar
Lukanya semakin ditampar
Dengan kedustaan yang hingar-bingar
Mengingatnya seperti hari kemarin
Mengais sisa-sisa keadilan
Demi memberontak si bajingan
Namun, justru dipertanyakan
Dibungkam tanpa belas kasihan
Hingga jiwanya mati perlahan
Penulis: Nayla Shabrina