Perubahan Rute KRL dan Penerapan SO5 di Stasiun Manggarai

Nasional

Terhitung memasuki tiga minggu sudah sejak berlakunya Switch Over 5 di Stasiun Manggarai. Perubahan pola operasi pada rute KRL menimbulkan berbagai tanggapan, khususnya bagi para pengguna KRL.

Aspirasionline.com – Sejak 28 Mei lalu, Kereta Rel Listrik (KRL) Jabodetabek mengalami perubahan rute terkait dengan penerapan Switch Over kelima (S05) di Stasiun Manggarai. Perubahan rute KRL ini sendiri berkaitan dengan program untuk menjadikan Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral.

Leza Arlan, Manager External Relations dan Corporate Image Care PT. Kereta Commuter Indonesia (KCI), mengungkapkan jika pemberlakuan Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral merupakan program yang dicetuskan oleh Kementerian Perhubungan (Kemenhub) karena menganggap Stasiun Manggarai sebagai tempat yang strategis.

“Jadi kita ikut dalam programnya pemerintah untuk menjadikan Stasiun Manggarai sebagai stasiun sentral. Sebenernya itu urgensinya (pemberlakuan SO5, red.). Makanya di SO5 terjadi pola perubahan operasi, karena stasiun (bagian, red.) atasnya sudah selesai dan tinggal bagian bawahnya sudah untuk khusus perjalanan KRL,” terang Leza kepada ASPIRASI pada Senin, (13/06).

Lebih lanjut, Leza menerangkan setelah SO5, selanjutnya akan ada penerapan SO6 dan SO7 karena pembangunan infrastruktur telah berjalan enam puluh persen. Namun, baik SO6 maupun SO7 tidak akan kembali mengubah pola operasi sebab perubahan ini hanya dilakukan pada SO5 saja.

Bagas Aulya Pratama, mahasiswa UPN Veteran Jakarta yang merupakan pengguna rutin KRL, mengungkapkan dampak yang ia rasakan semenjak perubahan rute KRL diterapkan. Meski baru satu kali turun di Stasiun Manggarai seusai perubahan rute dan penambahan SO5, Bagas mengaku jika Stasiun Manggarai menjadi lebih ramai dibandingkan sebelumnya.

“Semenjak switch over, nih, jadi semuanya langsung kumpul di peron enam, delapan, sampai tiga belas itu kalau gak salah. Jadinya agak membludak aja sih kemarin dan agak dempet-dempetan,” ujar Bagas ketika diwawancarai oleh ASPIRASI pada Rabu, (01/06).

Berbeda dengan Bagas, pengguna KRL lain, Sumardjo mengungkapkan bahwa kepadatan hanya terjadi di jam-jam tertentu, khususnya jam kerja.

“Pokoknya kalo jam kantor itu, pasti ada (keluhan, red.). Penumpang padat, gitu. Tapi kalo liat agak siang uda berkurang kepadatannya,” ungkap pria berusia 68 tahun tersebut saat ASPIRASI wawancarai di Stasiun Manggarai, Jumat, (03/06).

Sumardjo mengungkapkan bahwa kepadatan yang terjadi tidak menjadi gangguan baginya karena tidak diiringi dengan kendala berarti lainnya. Ia menilai bahwa SO5 yang diberlakukan menjadikan Stasiun Manggarai lebih baik dari sebelumnya.

Memasuki Minggu Ketiga, Evaluasi Terus Dilakukan

Memasuki minggu ketiga sejak pemberlakuan SO5, sejumlah evaluasi masih terus dilakukan oleh PT KCI secara bertahap.

Satu hari setelah pengoperasian SO5, PT KCI langsung menjalankan Kereta Luar Biasa (KLB). Optimalisasi peron sembilan untuk tujuan Stasiun Cikarang loop line dari Manggarai dilakukan pada hari berikutnya. Selanjutnya, PT KCI mengkhususkan peron delapan untuk tujuan Bekasi,  sementara peron enam dan peron tujuh untuk tujuan Duri, Tangerang.

PT KCI juga melakukan penambahan perjalanan KLB pada pagi dan sore hari serta pelebaran flow menuju peron delapan. Perbaikan fasilitas seperti eskalator dan lift juga tidak luput dari perhatian PT KCI.

Di sisi lain, Faisal yang sudah rutin menggunakan KRL sejak tahun 2010 merasakan bahwa fasilitas yang ada di stasiun masih belum digunakan secara maksimal. Ia bahkan menyoroti terkait eskalator ataupun lift yang seringkali tidak dinyalakan.

Kalau yang saya perhatiin, eskalator itu mati, gak dijalanin atau apa gitu kan. Itu berapa hari kan, jadi ketauan. Intinya memang ada kesengajaan,” ujar pria tersebut.

Hal lain turut menjadi permasalahan adalah terkait penyampaian informasi dari perubahan rute KRL. Terutama terkait dengan informasi yang disalurkan ke kalangan lanjut usia.

Mungkin kalau selain fasilitas, bisa ditambahin juga mengenai informasi, karena saya juga kemarin ngeliat dan mendengar banyak orang yang kebingungan. Karena mungkinkan itu ibu-ibu atau bapak-bapak kurang informasi dari sosial media , mereka gak ke-reached gitu,” ujar Bagas.

Keluhan lain juga datang dari Christy, seorang pengguna KRL. Ia mengungkapkan bahwa ia sempat merasa kebingungan mengenai rute-rute yang ada karena masih ada beberapa rute yang berbeda antara lapangan dengan aplikasi KRL access.

“Saya liat masih ada yang berbeda di aplikasi KRL-nya itu. Waktu itu saya dari Jatinegara ke Duri di rutenya (rute KRL access, red.) hanya sampai Kampung Bandan, tapi ternyata rute sebenarnya itu sampai Cikarang. Jadi, kayak, masih ada beberapa yang berbeda gitu dan saya jadi bingung sendiri,” keluh perempuan berusia 22 tahun itu pada ASPIRASI, Jumat (03/06).

Menanggapi hal tersebut, Leza berpandangan bahwa sejauh ini penumpang sudah beradaptasi dengan perubahan pola operasional dengan adanya SO5 di Stasiun Manggarai. Ia juga menegaskan bahwa info sudah tersedia dengan baik di website maupun di aplikasi KRL access.

“Sejauh ini para penumpang sudah mulai beradaptasi ya, khususnya untuk penumpang week day. Jadwal juga kami akan terus update di website untuk jadwal-jadwal baru. Sebetulnya para penumpang juga sudah tau ya, sudah terinfo bahwa di KRL access,” jelas Leza.

Di akhir, Leza menegaskan jika sudah saatnya Indonesia memiliki stasiun sentral, dimana seluruh transportasi dapat terintegrasi. Ia menambahkan bahwa sesuatu yang baik dan membuat kita maju harus terus didorong.

“Sejauh ini aman, walaupun semua berproses, gak ada yang instan. Mengubah sesuatu yang sudah nyaman itu memang sulit, kan. Tapi, kalau tidak dirubah bagaimana kita akan lebih baik?” tutup Leza.

Reporter : Novi Nur, Mahalia Taranrini. | Editor : Adhiva Windra.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *