Aksi Mahasiswa 11 April: Wujud Kebangkitan Perlawanan Rakyat

Nasional

Senin, (11/04), telah berlangsung aksi oleh aliansi mahasiswa Indonesia yang dikomandoi oleh BEM SI di depan gedung DPR/MPR RI. Dalam aksi tersebut mahasiswa kembali menyampaikan tuntutan-tuntutan kepada legislatif dan eksekutif pemerintah.

Aspirasionline.com – Senin, (11/04), mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Bem Seluruh Indonesia (BEM SI) kembali menggelar aksi di depan gedung DPR MPR RI. Aksi tersebut merupakan aksi lanjutan dari aksi tanggal 28 Maret tempo hari. 

Aksi yang semula direncanakan dimulai pada pukul sepuluh pagi hari, nyatanya baru dimulai kurang lebih pukul setengah dua siang. Barisan massa aksi pun mulai terlihat berjalan mendekati gedung DPR MPR RI.  Barisan dikomandoi oleh empat mahasiswa di mobil komando sembari melayangkan orasi membakar semangat mahasiswa.

Menginjak pukul dua siang, barisan mahasiswa yang terdiri dari beragam perguruan tinggi mulai dari Universitas Negeri Jakarta, Universitas Sebelas Maret, Universitas Hasanuddin, Institut Pertanian Bogor, Universitas Lampung, Universitas Andalas, Universitas Brawijaya, Universitas Singaperbangsa Karawang dan masih banyak lainnya, telah membentuk barisan barikade di depan gerbang sisi kiri gedung DPR MPR RI. Sedangkan di sisi dalam gerbang, terlihat barisan polri membentuk blokade.

Aksi pun dibuka dengan orasi dari perwakilan mahasiswa dari atas mobil komando. Orasi disampaikan oleh Presiden Mahasiswa (Presma) dari Universitas Hasanuddin, Imam Mobilingo. 

“Hari ini kita datang ke tempat ini untuk menyampaikan dan kembali menodong mereka bahwa kebenaran akan selalu menjadi kebenaran! Hari ini kita meminta janji mereka!” teriak Imam dengan lantang dan penuh semangat.

Di tengah teriknya siang dan rintik gerimis saat itu tidak mengurangi semangat para mahasiswa selama aksi tersebut. Mereka terus membakar semangat dengan melantangkan janji mahasiswa, menyanyikan lagu-lagu khas pergerakan mahasiswa, serta menyuarakan yel-yel hingga jargon-jargon yang terdengar cukup menyentil.

Indonesia Menuju Krisis, Mahasiswa Layangkan Empat Tuntutan

Pada aksi tersebut, setidaknya terdapat empat poin tuntutan utama pada aksi mahasiswa di depan yang disuarakan oleh para mahasiswa. Poin tuntutan pertama adalah menolak dan mengecam segala upaya rezim dalam penundaan pemilu.

Untuk poin tuntutan kedua terkait penambahan masa jabatan Presiden Jokowi, mengubahnya berarti harus berhadapan dengan rakyat Indonesia. Robinson Matius, koordinator lapangan Front Aksi Mahasiswa (FAM) Universitas Singaperbangsa Karawang (UNSIKA) menganggap kedua tuntutan tersebut muncul karena keterlambatan memberikan statement resmi mengenai bahwasannya pemilu itu akan diselenggarakan.

“Jokowi itu belum ada statement resminya selama ini dari isu itu digaungkan,” ujarnya saat diwawancarai oleh Aspirasi.

Poin tuntutan ketiga yang dibawa oleh mahasiswa adalah menuntaskan ketimpangan akses ekonomi, termasuk naiknya PPN, BBM, hingga minyak goreng. Sedangkan poin tuntutan keempat, mahasiswa menuntut untuk menghentikan pembungkaman suara masyarakat sipil. 

Poin-poin tuntutan yang dibawa pada hari itu menurut para mahasiswa  memiliki urgensi yang cukup besar. “Hari ini masyarakat membutuhkan suatu hal yang kita kawal bersama, kita mau krisis loh,” tegas Robinson. 

Terlebih lagi, terkait isu penundaan pemilu maupun penambahan masa jabatan yang bergulir belakangan ini.  “Untuk urgensinya sih kek gini, di dalam beberapa hari belakangan ini, Jokowi kurang tegas menetapkan gimana kelanjutannya, tiga periode atau engga. Dia seakan-akan menolak dan seakan-akan tidak menolak,” terang Hafidz Maulana, mahasiswa Universitas Brawijaya Malang yang ikut pada aksi hari itu.

Sekitar pukul 15.00, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo bersama Wakil Ketua DPR RI Lodewijk F. Paulus, Rachmat Gobel, dan Sufmi Dasco datang ke tempat aksi untuk menanggapi orasi tuntutan dari para mahasiswa. Mereka berjanji akan menyampaikannya kepada presiden, terutama pengadaan pemilu untuk tetap berjalan semestinya.

“Jangan sampai ada yang menunggangi aspirasi mahasiswa, harus dijaga,” tegas Listyo Sigit dari atas mobil komando di depan ribuan massa sore itu.

Tak lama setelah perginya para perwakilan DPR beserta Kapolri dari tempat aksi, massa yang terdiri dari para mahasiswa pun mulai membubarkan dirinya. Mereka mulai bergerak mundur menjauhi titik aksi, terutama setelah munculnya kericuhan dan tembakan gas air mata.

Reporter : Novi Mg., Rina Mg. | Editor: Vedro Imanuel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *