Lima Tuntutan Dilayangkan Kepada Rektorat Dalam Aksi Bubarkan Menwa UPNVJ
“Kami, Aliansi UPNVJ Bergerak, totalitas menolak Menwa di lingkungan UPN Veteran Jakarta dan sepakat untuk menyegel sekretariat Menwa,“ teriak Befin dalam aksi Bubarkan Menwa UPNVJ.
Aspirasionline.com — Selasa, (30/11), bertepatan dengan UPNVJ merayakan Dies Natalis yang ke-44 tahun, mahasiswa UPNVJ yang tergabung dalam aliansi UPNVJ Bergerak menggelar aksi untuk menuntut kejelasan pihak rektorat terkait meninggalnya Fauziyah Nabilah atau yang akrab disapa Lala. Lala merupakan mahasiswa D3 Fisioterapi tahun 2020 yang meninggal saat melakukan kegiatan pembaretan yang diadakan oleh Menwa UPNVJ.
Aksi dimulai dengan mengumpulkan massa yang terdiri dari perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa UPNVJ (BEM-U), BEM Fakultas (BEM-F), Majelis Permusyawaratan Mahasiswa UPNVJ (MPM-U), MPM FEB UPNVJ, Senat Mahasiswa (SM) Fakultas, dan beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UPNVJ di lapangan basket. Lalu, dilanjutkan dengan pembacaan lima tuntutan Aliansi UPNVJ Bergerak oleh Koordinator Lapangan (Korlap), Befinka Figiel Yonas.
“Tuntutan pertama yaitu menuntut Rektorat dan Menwa untuk memberikan klarifikasi dan kronologi melalui audiensi terbuka, meminta pertanggungjawaban kelembagaan kepada rektorat dan Menwa, membubarkan Menwa, menuntut kesetaraan dan kemudahan dalam pemberian izin kegiatan organisasi mahasiswa (Ormawa) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), dan mengutuk keras kecacatan prosedur yang dilakukan Menwa,” jelas pria yang sering disapa Befin itu.
Dipimpin oleh Befin, massa mulai berjalan menuju Kesekretariatan (Sekret) Menwa UPNVJ. Di sana, Befin mulai melakukan orasi. Laki-laki itu melantangkan bahwa Menwa bukan satu-satunya jalan keluar untuk mewujudkan sikap bela Negara.
Befin juga mengatakan terdapat perwujudan sikap bela Negara lainnya yang bisa dilakukan, seperti bersikap aktif dalam partisipasi politik dan demokrasi. “Jangan sampai, negara menggunakan Menwa untuk membatasi gerak politik kita. Sepakat kawan?” tanya Befin dengan lantang.
“Sepakat!!” begitu jawab massa aksi dengan tegas, meskipun cuaca hari itu cukup terik.
Ia melanjutkan bahwa Menwa tetap bagian dari keluarga UPNVJ, tetapi massa tetap menuntut klarifikasi sejelas-jelasnya tanpa ada pemalsuan di dalamnya dari pihak rektorat dan Menwa. “Teman-teman Menwa juga paham kondisinya, kan? Kita hanya butuh pertanggungjawaban,” jelas Befin kepada pihak Menwa yang sedang berjaga di depan sekretariat Menwa UPNVJ.
Lalu tak lama kemudian, spanduk bertuliskan “MENWA KAMI SEGEL” disematkan oleh beberapa pendemo dengan maksud untuk melakukan penyegelan sekretariat Menwa.
Perwakilan Aliansi UPNVJ Bergerak, Ivanno Julius Reynaldi bersama perwakilan Ormawa lainnya mulai mengikat spanduk tersebut hingga menutupi bagian depan sekretariat Menwa. “Sekret ini akan disegel sampai waktu yang tidak ditentukan, sampai lima poin tuntutan terpenuhi,” teriak laki-laki berkacamata itu.
Lebih lanjut, Ivanno mempertanyakan hati nurani pihak rektorat yang bungkam terhadap kasus meninggalnya Lala selama dua bulan lamanya, hanya demi nama baik kampus.
Kemudian, sebagai ungkapan duka yang mendalam atas meninggalnya Lala, tak lupa massa aksi mendoakan almarhumah Lala. Doa yang dipimpin oleh M. Faisal Reza, perwakilan dari Aliansi UPNVJ Bergerak berlangsung khidmat. Seluruh peserta aksi menundukkan kepala dan mengucap doa sebagai bentuk duka yang mendalam.
Usai memanjatkan doa, massa aksi mulai bergerak kembali menuju depan gerbang UPNVJ. Perwakilan UPNVJ Bergerak, Rama Fathurachman mengatakan bahwa ia mendapat keluhan dari beberapa dosen yang tersiksa dengan pendidikan militer. Untuk itu, ia meminta kepada pihak rektorat untuk menghentikan segala bentuk militerisme di lingkungan UPNVJ.
“Karena pendidikan militer sudah tidak relevan dengan dunia akademis itu sendiri,” jelas Rama.
Saat massa berkumpul di depan gerbang UPNVJ, Befin menginformasikan bahwa ada beberapa negosiator yang akan melakukan negosiasi kepada pihak rektorat untuk melaksanakan audiensi terbuka bersama dengan seluruh mahasiswa yang turun aksi, bukan hanya dengan perwakilan mahasiswa.
“Kalau mereka (rektorat, red) gamau, kita panjangin kawan-kawan, ga masalah. Tapi kalau mereka mau, kita buka selapang-lapangnya selama 5 poin tuntutan kita terpenuhi karena itu semua juga berdasarkan kajian,” ujar Befin.
Penyegelan Sekret yang Dibuka Oleh Menwa
Belum kering keringat mengalir dari Mahasiswa yang bersuara, kesekretariatan Menwa yang sempat disegel pada siang itu pun, dibuka kembali oleh anggota Menwa itu sendiri. Komandan Satuan Menwa UPNVJ, Cheryln Eva Taryono mengaku, bahwa dirinyalah dan beberapa anggota Menwa lain yang membuka penyegelan tersebut.
Berdalih bahwa aksi dan penyegelan yang dilakukan bukan perintah dari Rektorat, melainkan mahasiswa. Lantas Cheryln beranggapan bahwa anggota Menwa memiliki hak yang sama untuk membuka kembali segel tersebut.
“Karena itu kan aksinya dari mahasiswa, kita juga mahasiswa,” ujar Cheryln kepada ASPIRASI di Sekret Menwa hari itu.
Bahkan diketahui, Cheryln bersama anggota yang lain pun, turut menyaksikan bagaimana jalannya aksi dan proses penyegelan Sekret Menwa dari dalam ruangan. Perempuan itu pun menambahkan, bahwa dari pihak Menwa telah menerima atas segala tuntutan dan aksi yang dilayangkan Mahasiswa pada Menwa.
“Kita terima semua. Itu hak kalian,” tuturnya.
Salisiyah Marduyantun J, salah satu Alumni Menwa yang turut hadir di ruang Sekret Menwa pun mengatakan hal serupa. Salisiyah sendiri menghargai tindakan aksi penyegelan Sekret Menwa. Namun ia menegaskan, bahwa Sekret tersebut merupakan inventaris Rektorat.
“Kalo kampus yang menyegel, dia punya hak. Kalau mahasiswa yang menyegel, hak dia apa?” ungkap Salisiyah kepada ASPIRASI.
Ia pun membenarkan, bahwa anggota Menwa sendiri yang membuka segel tersebut dari Sekret. “Dibukanya oleh Menwa, karena ini kantor (sekret, red) Menwa. Dari pihak adek-adek ini (Anggota Menwa, red) yang buka,” ujar Salisiyah.
Menanggapi hal tersebut, Befin mengatakan, bahwa penyegelan tersebut hanya menjadi simbol (banner, red) adanya penolakan dari Mahasiswa terkait keberlangsungan kegiatan Menwa. Menurutnya, apabila segel itu dilepas oleh anggota Menwa, maka sama sekali tidak mengurangi rasa penolakan Mahasiswa kepada Menwa.
“Jadi, sikap kita tetep sama, kalo bannernya cuma simbolik aja,” jelas Befin kepada ASPIRASI.
Laki-laki itu pun menuturkan, langkah yang akan ditempuh apabila lima tuntutan yang menjadi agenda Aksi hari itu tidak berhasil mendapat kata sepakat dengan pihak Rektorat. Bahwa akan ada penandatangan nota kesepakatan yang mengikat kedua belah pihak, baik UPNVJ Bergerak maupun pihak Rektorat.
Tak hanya itu, Befin menambahkan, apabila lima tuntutan tersebut tidak bisa dipenuhi secara total, tidak dipungkiri bahwa akan ada aksi lanjutan berikutnya. “Akan ada aksi lanjutan dengan massa yang lebih besar dan tuntutan yang lebih baru lagi dan banyak lagi,” pungkas Befin.
Reporter: Miska Ithra, Azzahra Dhea | Editor: Suci Amalia.