Pembelajaran Tatap Muka Terbatas Masih Mengalami Kendala

Berita UPN

UPNVJ mulai menerapkan pembelajaran hybrid. Berbagai kendala pun masih dirasakan mahasiswa

Aspirasionline.com – Hampir dua tahun sudah, dunia Pendidikan di Indonesia melakukan kegiatan belajar mengajar secara daring akibat adanya pandemi Covid-19. Namun, sejak terbitnya Keputusan Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, serta Menteri Dalam Negeri, mulai diberlakukan Perkuliahan Tatap Muka secara terbatas dengan tetap menerapkan protokol kesehatan atau pembelajaran jarak jauh.

Menanggapi keputusan tersebut, UPNVJ mulai menerapkan pembelajaran tatap muka terbatas dengan pembentukan smart classroom, di mana 50% jumlah mahasiswa setiap mata kuliah hadir secara luring dan sebagian lainnya tetap melaksanakan kelas secara daring. Namun, penerapan hybrid learning yang baru saja dilakukan, masih banyak mengalami kendala, terlebih terkait sarana dan prasana yang disiapkan.

Mahasiswa FH, Putriana Oktanadia atau yang akrab disapa Nadia, mengeluhkan mengenai kendala teknis yang kerap terjadi di kelas yang ia ikuti. “Seringkali jika ada diskusi, suara dari mahasiswa yang berada di zoom meeting tidak terdengar oleh kita, begitupun sebaliknya,” tutur mahasiswa semester lima tersebut pada ASPIRASI, Rabu, (20/10).

Senada dengan Nadia, mahasiswi FEB Angkatan 2020, Ayuni Rahmawati yang mengikuti hybrid learning secara daring melalui zoom meeting juga mengeluhkan kendala. “Terkadang microphone yang digunakan dosen tidak menyala, jadi suaranya tidak terdengar, lalu jika dosen menulis di papan tulis tidak begitu terlihat,” ungkap Ayuni pada, Kamis, (25/10).

Selain kendala teknis yang terjadi, penetapan jadwal luring juga dikeluhkan oleh mahasiswa. Allvira Arianti Amir Hamzah, mahasiswi Sistem Informasi Angkatan 2018 menyatakan, bahwa pendataan ulang setelah pengisian google form kesedian mengikuti kelas luring itu tidak ada. Menurutnya, informasi hanya sebatas kelas akan diisi oleh kapasitas 50% dari jumlah mahasiswa.

“Jadi bingung, berapa banyak mahasiswa yang telah bersedia mengikuti kelas luring, sedangkan kebijakannya jika lebih dari 50% tidak dapat masuk ke kelas,” terang Allvira pada, Jumat, (22/10).

Lebih lanjut Allvira mengungkapkan bahwa dirinya mempertanyakan protokol kesehatan (prokes) yang diterapkan di lingkungan UPNVJ. Menurutnya, prokes yang diterapkan belum optimal. Penjaga keamanan yang ada tidak memastikan suhu tubuh orang yang masuk ke lingkungan kampus.

“Ketika masuk hanya scan barcode Peduli Lindungi tanpa dicek suhu tubuh,” terangnya.

Penjaga Keamanan UPNVJ, Dwi Purnomo mengatakan, bahwa tim nya (Satgas Keamanan, red) kekurangan jumlah anggota, yang membuat pemantauan prokes terkesan belum optimal. “Penjaga keamanan di sini hanya lima orang saja, jadi hanya terfokus dibagian depan gerbang,” terangnya pada ASPIRASI, Jum’at, (22/10).

 

Tanggapan Pihak Kampus

Menanggapi banyaknya keluhan, Wakil Rektor (Warek) I Bidang Akademik, Anter Venus mengatakan, bahwa pihaknya telah memberikan surat edaran terkait jadwal, baik kepada mahasiswa maupun dosen yang menjalankan hybrid elearning. Namun, untuk pelaksanaannya diserahkan kembali kepada kebijakan masing-masing fakultas.

“Universitas telah membuka kesempatan untuk penerapkan hybrid, namun untuk teknisnya kamis serahkan kepada fakultas”, ungkap Venus pada Kamis, (25/10).

Lebih lanjut, Venus mengatakan, UPNVJ telah menetapkan kapasitas ruang kelas yang digunakan serta jumlah mahasiswa yang menjalankan kelas luring. Namun menurutnya, hal itu kembali lagi kepada kesanggupan dari fakultas untuk menjalankan selagi tidak melebihi kapasitas yang telah ditetapkan.

“Dari universitas memberikan maksimal tiga jadwal perhari dan kapasitas mahasiswa hanya 50% dari jumlahnya,” terangnya.

Venus menegaskan, dengan banyaknya evaluasi yang ada, UPNVJ akan terus meningkatkan sarana dan prasarana yang digunakan. Venus juga mengatakan, akan terus menambah mahasiswa yang melaksanakan kelas luring.

Senada dengan hal tersebut, Wakil Dekan (Wadek) II Bidang Umum dan Keuangan FEB, Munasiron Miftah mengatakan, bahwa FEB juga terus mengevaluasi laporan yang ada mengenai pelaksanaan hybrid learning. Lebih lanjut, Munasiron menuturkan, bahwa FEB telah menyiapkan smart class room dengan empat ruangan baru dalam mengoptimalkan pelaksanaan hybrid learning.

“FEB sudah mengajukan perbaikan teknis kepada Warek 2 atau biro umum universitas, dan saat ini sedang dalam proses peninjauan”, terang Munas pada ASPIRASI, Jum’at (26/10).

Munasiron memastikan bahwa akan mengoptimalkan pelaksanaan prokes serta menindaklanjuti laporan-laporan terkait prokes serta penjaga keamanan yang kurang anggota kepada pihak universitas untuk ditindak lanjuti.  “Akan kami sampaikan secara keseluruhan kepada pihak universitas”, tutupnya.

Reporter: Rahmi Anisah | Editor: M. Faisal Reza.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *