Memfasilitasi Semangat Membaca di Pelosok Negeri Melalui ‘Sedekah Buku Indonesia’
“Ternyata kata orang atau kata penelitian Indonesia anak-anak yang enggak suka baca tuh tidak sepenuhnya benar. Karena saya lihat sendiri ketika saya datang ke daerah-daerah, mereka tuh excited. Ketika menerima buku tuh seneng banget langsung pada pengen baca di tempat atau dipinjem bukunya ke rumahnya,” ungkap Ugha.
Aspirasionline.com − Bermula dari keinginannya membuat kegiatan sosial, perempuan bernama Nur Anugerah mulai mendirikan sebuah komunitas buku yang ia namakan Komunitas Sedekah Buku Indonesia. Ugha yang pada saat itu lulus dari jurusan Psikologi Industri, mengawali komunitas tersebut dengan membuka donasi buku melalui sosial media.
Perjalanannya dalam mendirikan komunitas Sedekah Buku Indonesia yang merupakan program unggulan dari Yayasan Generasi Cahaya Kebaikan bukan tanpa hambatan. Dengan bantuan tiga orang temannya dari komunitas lain, Ugha berhasil mengawali pengumpulan sejumlah dua ratus buku dalam kurun waktu sebulan dan membawanya langsung ke SDN Bembeng 92, Kabupaten Enkareng Sulawesi Selatan.
“Jadi temen-temenku bantu funding di Bandung, aku yang bawa pergi langsung dua ratus buku itu ke Sulawesi Selatan,” jelas perempuan kelahiran Parepare tersebut kepada ASPIRASI, Jumat, (9/4).
Melalui tagline ‘Berbagi Jendela Mimpi’, Sedekah Buku Indonesia mulai mewujudkan mimpinya untuk membagikan buku ke anak-anak di berbagai daerah pelosok negeri. “Berbagi jendela mimpi tuh jendela mimpinya adalah si buku itu. Kita bagi-bagi buku atau jendela mimpi,” ungkap Ugha.
Tak hanya berbagi buku, Sedekah Buku Indonesia juga memiliki misi untuk mengajak orang lain bekerjasama untuk pendidikan. “Enggak cuma dari komunitas, tapi kita mengajak orang lain untuk bisa ikutan berbagi buku atau berbagi jendela mimpi,” tutur Ugha.
Komunitas yang telah berdiri sejak Desember 2014 tersebut kini telah banyak menorehkan prestasi. Hingga kini, Sedekah Buku Indonesia telah membagikan puluhan ribu buku ke berbagai penjuru negeri Indonesia.
Tiga penghargaan dari beberapa instansi juga telah diraih Sedekah Buku hingga saat ini. Dua di antaranya diperoleh dari bank dan satu lagi diperoleh dari perkumpulan kolaborasi pendidikan. Menurut Ugha, kini Sedekah Buku Indonesia memiliki kegiatan berupa memberikan pembelajaran blended learning kepada petugas-petugas perpustakaan di Kabupaten Pamekasan.
Pahit Manisnya Merintis Sedekah Buku Indonesia
Perempuan berusia 34 tahun itu pun menceritakan suka dan duka yang dialaminya ketika merintis Sedekah Buku Indonesia. Ia menceritakan, banyak buku yang diberikan para donatur, tetapi tidak sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
“Sering kali orang yang donasi buku itu adalah orang yang buang buku. Jadi bukan disesuaikan dengan syarat-syarat buku yang sudah sempat kita share. Jadi sortir akan menjadi semakin berat karena banyak buku yang harus kita buang,” kisah Ugha.
Tantangan lainnya yang Ugha rasakan, terkait biaya pengiriman dan kurangnya jumlah volunteer yang konsisten. “Terakhir, kita sempat ongkos kirimnya aja dua juta padahal hanya dalam bentuk kurang lebih satu box buku yang hanya sekitar dua puluh kilo itu dua juta saking jauhnya ke Maluku Utara.”
Meski begitu, Ugha mengaku merasa bahagia ketika mendapat kiriman foto, video, atau surat ucapan terima kasih ketika buku yang disumbangkan dapat diterima dengan baik. “Oh alhamdulillah ya, perjuangan kita kirim, ngumpulin gitu kan ternyata membuat mereka itu sama senengnya kayak kita,” ucap Ugha.
Ugha pun tidak menutup harapannya, agar Sedekah Buku Indonesia bisa konsisten mendistribusikan buku serta mendapat kepercayaan lebih banyak dengan jejaring yang lebih terbuka.
“Kalau bisa nanti bekerja sama dengan pemerintah atau kementerian itu salah satu yang ingin kita miliki gitu. Punya partner yang di birokrasi pendidikan khususnya,” jelas alumni Universitas Padjadjaran tersebut.
Harapan lain yang perempuan itu tuturkan ialah, agar pembaca Indonesia tetap aktif membaca buku, baik fisik maupun non fisik. Ugha juga mengatakan, bahwa orang-orang yang memiliki keinginnan belajar memiliki kesempatan untuk memperbanyak sumber informasi yang kini tidak hanya dari buku namun juga dapat melalui webinar atau podcast.
“Kita punya kesempatan sebagai pembaca atau pun sebagai orang-orang yang terus ingin belajar untuk memperbanyak sumber informasi meskipun buku tetap menjadi salah satu yang kita usung,” tambahnya.
Dalam melakukan kegiatannya, Sedekah Buku Indonesia melakukan funding buku sepanjang tahun melalui website www.sedekahbuku.id dengan lokasi pengumpulan buku di beberapa kota yaitu Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, dan Makassar.
Selagi buku dikumpulkan, Sedekah Buku Indonesia pun membuka pengajuan proposal untuk sekolah, rumah baca, atau pun panti asuhan melalui website. Ugha mengatakan, buku akan dipilah dan dikirim melalui ekspedisi secara langsung atau dititipkan melalui volunteer yang akan bepergian ke daerah sekitar.
Reporter: Verena Nisa | Editor: Adhiva Windra.