Mengenal Gejala Burnout Syndrome di Masa Pandemi

Forum Akademika

Pandemi Covid-19 memaksa orang-orang menerapkan social distancing. Akibatnya, tak sedikit orang yang mengalami Burnout Syndrome.

Aspirasionline.com — Merebaknya wabah Covid-19 membuat pemerintah menerapkan kebijakan guna memutus rangkai penyebaran virus, seperti menggalakkan kebijakan social distancing atau membatasi aktivitas sosial yang menimbulkan kontak fisik. Namun, bagi mereka yang sulit beradaptasi dengan kondisi ini akan rawan mengalami permasalahan psikis.

Social distancing menjadi tuntutan masyarakat untuk berada dirumah saja. Tentu membentuk kebiasaan baru bukan hal mudah. Tak jarang rupanya social distancing ini menyebabkan gangguan kecemasan hingga stress.

Psikolog Umum Rosnalinalisa mengatakan bahwa penerapan social distancing ini memaksa seorang individu untuk berhadapan dengan perubahan pola kehidupan.

“Kehidupan kita akan berubah, seperti pola kerja berubah, pola belajar berubah, tatanan sosial kita juga berubah. Kalau ini semua berubah, otomatis akan berdampak pada psikologis individu” jelas Rosnalinalisa kepada ASPIRASI pada Jumat (19/6).

Rosnalinalisa menegaskan kemampuan dalam beradaptasi menjadi syarat penting terciptanya kesehatan jiwa dan mental seorang individu. Namun, yang menjadi perhatian kini tidak setiap individu memiliki kemampuan beradaptasi dengan cepat. Hal ini dikarenakan proses belajar setiap individu berbeda-beda.

“Proses belajar ini beragam, ada yang cepat beradaptasi, dan ada yang lambat. Semua itu bergantung pada masing-masing Individu,” jelas Dosen Kesehatan Masyarakat Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) itu.

Fase seseorang dalam beradaptasi berbeda-beda. Fase pertama merupakan zona ketakutan, yaitu seseorang selalu menolak keadaan yang sedang dihadapinya. Zona ini harus segera diakhiri karena akan menyebabkan ketakutan dan kecemasan berlebih.

“Jangan berlama-lama berada dalam fase ini, karena kita akan terus berada dalam ketakutan,” terangnya.

Menurutnya, seseorang harus beranjak ke zona belajar, yaitu mulai mencari cara bagaimana untuk menyesuaikan diri dan beradaptasi. Setelah itu, seorang individu akan berlanjut ke zona bertumbuh. Ketika ia sudah masuk ke dalam zona bertumbuh, artinya dia sudah bisa bertahan dengan keadaan dan beradaptasi.

“Segera keluar cari cara adaptasi sesuai dengan diri. Mulai merubah cara pandang Anda bahwa ‘memang saat ini saya harus ada dalam kondisi seperti ini,” tuturnya.

Burnout Syndrome

Berlama-lama di dalam fase ketakutan tentunya akan berdampak pada kesehatan mental. Keadaan ini berpotensi membawa seseorang ke dalam kondisi Burn Out SyndromeBurnout adalah suatu sindrom kelelahan emosional, fisik, dan mental yang ditunjang oleh perasaan rendahnya kepercayaan diri dan efikasi diri. Efikasi sendiri adalah kemampuan untuk mencapai tujuan atau hasil yang diinginkan. Lebih lanjut, menurut Rosnalina, burnout ini disebabkan oleh penderitaan stress yang berkepanjangan.

“Ini yang saya sebut ‘dia’ berada dalam zona ketakutan tadi, merasa lelah dan stress sendiri. Mungkin terhadap pekerjaannya, atau terkait dengan belajar dan bekerja dari rumah,” ungkap Rosnalina pada saat ditanyakan perihal burnout syndrome.

Cara seseorang melewati fase dalam beradaptasi berbeda-beda, ada yang cepat dan ada yang lambat. Untuk menghindari diri dalam zona ketakutan, cara yang dilakukan bisa dengan merubah mindset. Bagaimana seseorang merubah pola pikir merupakan hal penting yang perlu dilakukan dalam beradaptasi.

“Kalau mindset kita terus-menerus negative, tidak akan memberikan dampak penyesuaian yang lebih positif di masa berikutnya,” jelasnya.

Fase ini melibatkan psikosomatik, yaitu berhubungan dengan gangguan emosi atau mental.  Jika seseorang sudah sehat secara mental, fisiknya pun akan sehat juga. Gejala inilah yang harus diatasi, bisa dengan mencari teman yang nyaman untuk diajak berbicara, serta menjaga kesehatan fisik dengan olahraga.

Reporter: Dilla Mg. | Editor: Yurri Nurnazila.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *