Judul : Imperfect: Karir, Cinta, dan Timbangan
Penulis : Meira Anastasia
Sutradara : Ernest Prakasa
Genre : Komedi, Romansa, Drama
Tahun : 2019
Durasi : 113 Menit
Tak sekadar menghadirkan emosi seorang Rara karena memiliki tubuh gemuknya, film ini juga membuka mata ihwal mencintai diri sendiri.
Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar kata “cantik”? Banyak dari kita mungkin akan mudah menggambarkan kata “cantik” dalam perspektif fisik semata. Seperti kulit putih, hidung mancung, badan langsing, ataupun rambut lurus. Hal tersebut menjadi suatu hal yang lumrah di masyarakat ketika mendeskripsikan kecantikan bagi setiap wanita.
Standar kecantikan yang berorientasi pada fisik telah mengubah seseorang dalam melihat citra tubuhnya menjadi negatif. Akibatnya, banyak perempuan yang menganggap diri mereka buruk sehingga berpengaruh pada kepercayaan diri dan psikisnya. Beberapa permasalahan yang terjadi di kalangan perempuan akibat adanya standar kecantikan di antaranya, gangguan depresi, kehilangan kepercayaan diri, gangguan makan hingga gangguan ketidakpuasan diri terhadap penampilannya.
Begitupun sosok Rara dalam film ini yang kerap kali dibandingkan oleh ibunya dengan adiknya, Lulu. Lulu digambarkan memiliki kulit putih, rambut lurus, dan badan langsing yang dianggap memenuhi standar kecantikan yang berkembang di masyarakat. Sementara itu, Rara yang lahir dengan kulit sawo matang, badan gemuk dan rambut keriting mengikuti gen ayahnya ini harus menghadapi permasalahan ejekan terhadap penampilan tubuhnya ini.
Diskriminasi Tubuh
Vishmayaa Jeyamoorthy dalam jurnalnya yang berjudul “The Truth Behind Fat Shaming” (2015)mengatakan bahwa masalah pertama dari fenomena mencibir orang gemuk adalah menyamakan kegemukan dengan sesuatu yang buruk. Kegemukan dan keindahan tidak saling terpisah; tidak pula kegemukan dan kecerdasan, kegemukan dan etos kerja atau kegemukan dan rasa harga diri. Tentu saja, sulit untuk mengatasi rasa malu karena dianggap tidak ada.
Salah satu scene dalam film ini yang berhubungan dengan tokoh utama Rara gagal naik jabatan karena penampilannya dianggap oleh sang bos bahwa otak saja tidak cukup tanpa penampilan yang cantik. Anggapan ini lah yang menjadi salah satu bentuk diskriminasi terhadap orang gemuk, terlebih kepada perempuan.
Menurut jurnal “The Truth Behind Fat Shaming”, orang gemuk didiskriminasi atas beberapa alasan. Salah satunya mereka cenderung dipekerjakan, lebih kecil kemungkinannya untuk menerima upah yang sama untuk pekerjaan yang sama dan lebih cenderung dianggap malas dan tidak kompeten di tempat kerja. Ketika wanita sudah dibayar lebih rendah dari pria, wanita lebih besar dibayar lebih rendah dari wanita kurus.
Selain itu standar cantik ini kerap kali membuat orang-orang berlomba-lomba dalam penampilan, namun lupa akan kepribadian dan karakternya sendiri. Seperti lanjutan konflik dalam film ini, ketika Rara meminta waktu selama sebulan kepada sang bos untuk merubah penampilannya dan mendapatkan jabatan tersebut.
Namun dalam film ini juga memberikan gambaran bahwa tidak semua orang melihat orang lain dari penampilan. Ada orang yang menginginkan kita hidup menjadi sosok yang menghargai diri sendiri dan tetap mempertahankan karakter dasar tanpa memikirkan penampilan terutama fisik untuk menjadi orang yang baik.
Dalam film Imperfect, hal ini digambarkan saat Rara tengah sibuk ingin merubah penampilannya. Ternyata di sisi lain pacarnya Dika merasa takut jika Rara merubah penampilannya ia akan meninggalkan Dika dan beralih menjadi sosok yang tak Dika kenal.
Fenomena Body Shaming Pada Perempuan
Film yang tayang diakhir tahun 2019 ini membuka mata masyarakat bahwa body shaming sangat bisa menyakiti hati dan diharapkan bisa menyadarkan kita agar tidak mudah untuk mengomentari fisik seseorang. Imperfect juga menyadarkan kita bahwa banyak hal lain yang lebih penting dari penampilan fisik seseorang, seperti ketulusan hati, prestasi, kepribadian dan juga karakter.
Menurut Oxford Living Dictionaries, Body Shaming bisa didefinisikan sebagai bentuk tindakan mengejek/menghina dengan cara mengomentari bentuk atau ukuran tubuh dan penampilan seseorang.
Dalam artikel suaramerdeka.com (2/12/18) tentang efek psikologis dari body shaming, mengatakan bahwa untuk orang yang mempunyai kepribadian cuek tak akan berpengaruh terhadap fenomena body shaming, seperti pada tokoh Rara yang tidak memperdulikan komentar-komentar atau berbagai ejekan kepada dirinya.
Dalam artikel ini menyatakan bagi orang yang memiliki rasa kepercayaan diri rendah atau insecure, ujaran yang mengolok- olok fisiknya sangatlah berpengaruh. Mulai dari timbulnya rasa malu, sakit hati, merasa rendah atau tidak berharga, hingga depresi. Orang ini akan mempunyai pikiran-pikiran negatif, sehingga bisa mengurangi rasa percaya ke orang lain. Apalagi ejekan itu berasal dari orang terdekat. Meskipun sepele, ucapan itu bisa membekas sampai kapanpun.
Menghadapi Ejekan Dengan Mencintai Diri
Di lain sisi, film garapan Ernest Prakarsa ini sangat memperlihatkan bahwa bagaimanapun fisik kita, kita harus bersyukur karena bagaimanapun fisik kita masih banyak teman-teman, orang terdekat maupun keluarga yang akan selalu menerima dan mencintai kita apa adanya.
Sikap kita dalam menghadapi ejekan bisa dengan mengingat ungkapan populer “Avoid Toxic People.” Tujuannya untuk menghindari orang-orang yang memberika pengaruh negatif dan mencari lingkungan yang bisa menerima kita dengan apa adanya. Selain itu juga kita harus bisa untuk memulai menerima diri sendiri.
Artinya, cintai diri sendiri dengan kekurangan apa pun yang kita miliki. Mengetahui bahwa pada dasarnya tidak ada manusia yang sempurna dan mampu mengubah sudut pandang bahwa definisi cantik atau good looking tidak seperti stereotype yang telah ada di masyarakat selama ini.
Begitupun seperti yang Rara katakan dalam film ini,bahwa mencintai ketidaksempurnaan itu tidak apa-apa. Kutipan itulah yang sesuai dengan Rara dan mungkin kita, karena ia punya banyak sekali hal ketika dia tidak terlihat sebagai perempuan sempurna.
Dan sebagai penutup, “Kita enggak perlu sempurna untuk dapat bahagia.” Merupakan monolog manis Rara di kalimat terakhir film Imperfect.
Penulis: Shafa Mg.| Editor: Syena Meuthia.