Beauty Privillege Dalam Bingkai Kasus Jefri Nichol

Forum Akademika

Baru-baru ini tweet Jefri Nichol tengah viral. Dari berbagai reaksi netizen terhadap tweet tersebut menimbulkan sebuah istilah baru beauty privillege. Lalu sebenarnya apa itu beauty privillage?

Aspirasionline.com — Standarisasi keindahan dalam penampilan seseorang kini tengah ramai dibicarakan di dunia maya. Standar tersebut dinilai dapat dimanfaatkan seseorang untuk memperoleh suatu keistimewaan tertentu. Seperti yang terjadi pada Jefri Nichol, seorang aktor yang tak asing lagi di telinga warganet Indonesia. Dalam tweet yang diunggahnya di twitter,  ia mengatakan bahwa mereka yang membandingkan antara orang jelek dan rupawan ialah orang jelek itu sendiri.

Beragam respon warganet membanjiri kicauan tersebut. Pengakuan mereka yang merasa menjadi orang jelek dan mendapatkan perlakuan berbeda dari orang yang ganteng, seolah-olah menjadikan Jefri yang mempunyai paras rupawan akan selalu didukung walaupun dia pernah terjerat kasus narkotika.

Selain itu, para warganet juga ada yang membalas dengan membanding-bandingkan Jefri dengan orang yang mereka rasa lebih rupawan darinya, para artis Korea misalnya. Hal ini dibalas kembali oleh Jefri melalui twitternya. Ia menilai kalau orang yang merespon cuitannya, justru mereka yang paling sering membanding-bandingkan rupa fisik orang lain. Dia bahkan tak ragu menyebut orang-orang itu dengan sebutan munafik.

Beauty Privilege Dalam Tinjauan Psikologi

Terkait fenomena yang sedang terjadi pada Jefri Nichol tersebut, warganet kemudian terbagi menjadi kubu, yang membela dan yang menyerang. Akhirnya, dari berbagai perdebatan kedua kubu tersebut, kini muncul istilah beauty privilege.

Menurut Ade Binarko pendiri Sehatmental,id, beauty privilege mempunyai arti yaitu suatu keistimewaan atau hak-hak yang diterima seseorang karena ia memiliki kelebihan dari segi penampilan.

“Singkatnya, keistimewaan tertentu yang dimiliki seseorang karena penampilannya,” ungkapnya ketika dihubungi ASPIRASI pada Jumat, (7/2).

Menurut Ade, Beauty Privilege ini terjadi karena visual atau penampilan yang dimiliki manusia itu berbeda satu dengan yang lainnya. Banyak kalangan memanfaatkan beauty privilege agar bisa lebih mudah mendapatkan berbagai macam akses dari semua orang.

“Kalau dari sisi psikis atau mental healthnya, beauty privilege ini dimanfaatkan sebagai sarana mencari status,” jelas Ade.

Ade mengatakan bahwa sebenarnya dirinya adalah seorang penyintas yang dapat bertahan dari kondisi beauty privilege. Menurutnya hal ini disikapinya dengan tidak merasa ganteng ataupun keren.

“Dampak untuk kesehariannya saya ada sih. Seperti bully-an, dibilang aneh, bahkan dari lingkungan sekitar. Malah menjadi penyintas itu beban,” terangnya.

Pada umumnya, menurut Ade gangguan beauty privilege timbul dikarenakan sifat terlalu percaya diri ataupun terlalu berlebihan dalam menyikapi suatu hal. Hal ini tentunya akan berpengaruh kepada tindakan kesehariannya.

“Terlalu percaya diri, over. Lalu dimanfaatkan untuk melakukan sesuatu, seperti mendapatkan akses atau yang lainnya. beauty privilege bisa memanfaatkan itu. Kalau menurut saya, beauty sesungguhnya itu semuanya, outer, brain, inner,” kata Ade yang juga aktivis kesehatan mental tersebut.

Menurut Oliver G Alvar, dilansir dari culturacolectiva.com, saat ini kita hidup dalam masyarakat yang mendorong kita untuk berpenampilan baik. Namun, dalam penampilan itu biasanya ada keistimewaan tersendiri bagi seseorang. Bisa dibilang, salah satu faktornya ialah keindahan fisik.

Lebih lanjut, artikel tersebut menyebutkan bahwa memiliki keistimewaan dalam penampilan membuat seseorang lebih mudah dalam melakukan sesuatu. Layaknya di media sosial, seseorang juga dapat menjadi lebih populer dalam kehidupan nyata.

Menurut Ade, seseorang yang memiliki keistimewaan dalam fisik, hidupnya akan lebih mudah dibandingkan dengan orang yang berpenampilan alakadarnya. Ade berkaca dari apa yang sering terjadi. Ia menyatakan bahwa pada umumnya, seseorang dengan keistimewaan penampilan lebih mudah dalam melakukan sesuatu.

Hal itu menurutnya disebabkan karena adanya daya tarik tersendiri yang mempengaruhi orang lain untuk bersikap kepada seseorang yang memiliki beauty privilege. Secara sederhana, Ade menilai bahwa penampilan yang menarik adalah sebuah keistimewaan tersendiri.

“Terlatih untuk biasa saja. Jangan terlena kepada penampilan, kenali dulu siapa dia, tetapi biasakan jangan langsung impulsive.” tutup Ade Binarko kepada ASPIRASI.

Reporter : Ilham Mg. | Editor : Syena Meuthia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *