Perayaan Natal 2019, Gereja Katedral Tekankan Tajuk Kebangsaan dan Persaudaraan
Sejak empat tahun terakhir, perayaan hari natal di Gereja Katedral Jakarta angkat nuansa pengamalan nilai Pancasila agar jemaat memiliki rasa persatuan dan nasionalisme.
Aspirasionline.com — Dalam konferensi pers pada Rabu, (25/12) di Gereja Katedral, Jakarta, Uskup Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) Ignatius Kardinal Suharyo mengatakan bahwa perayaan natal tahun ini berlandaskan nilai Pancasila. Tema tersebut diambil dari sila keempat dengan tema “Kita Berkhidmad Bangsa Bermartabat”.
Tema Natal di Gereja Katedral yang diambil dari sila ke sila Pancasila ini bermula sejak 2016. Pada 2016, diawali dengan makna sila pertama yang kemudian mengangkat tema “Kerahiman yang Memerdekakan”. Di tahun 2017, mengambil makna sila kedua dengan tema “Amalkan Pancasila Makin Adil Makin Beradab”.
Dilanjutkan pada tahun 2018, makna sila ketiga dengan tema “Amalkan Pancasila Kita Bhineka Kita Tunggal Ika”. Tahun ini diambil dari sila keempat dengan tema “Kita Berkhidmad Bangsa Bermartabat”. Ia juga mengatakan untuk tahun 2020 mendatang, tema yang diangkat yaitu “Amalkan Pancasila Kita Adil Bangsa Sejahtera”, sesuai dengan makna sila kelima Pancasila.
Sementara itu, untuk pesan natal bersama di tahun 2019, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) dan Konferensi Walinegara Indonesia (KWI) membuat judul “Hiduplah Sebagai Sahabat Bagi Semua Orang” yang diambil dari kitab Injil Yohanes 15:14-15.
Menurut Ignatius, judul tersebut dipilih untuk membuat perayaan natal bermakna kontekstual. Sebab, bagi umat kristiani natal bukan hanya sekadar peristiwa masa lampau yang diingat-ingat. Tetapi, suatu peristiwa yang selalu dikenang. “Mengingat dan Mengenang itu berbeda,” ucapnya.
Ia pun menjelaskan arti dari perbedaan kata mengingat dan mengenang. “Mengingat itu sekedar mengingat peristiwanya di masa lampau dan sudah selesai. Tetapi, mengenang itu peristiwa yang terjadi di masa lampau terus-menerus dicoba, diusahakan supaya diaktualkan,” ujarnya. Dalam hal ini, mengenang mempunyai arti yang sangat kaya.
Sedangkan dekorasi di Gereja Katedral mengangkat tema “Nusantara Merayakan Natal”. Dekorasi ini fokus kepada budaya Indonesia yang sangat beragam. Tema tersebut bertujuan agar jemaat memiliki rasa persatuan, persaudaraan, dan nasionalisme Bangsa Indonesia.
Ketika memimpin jemaat, Ignatius juga mengajak jemaat untuk menyanyikan lagu-lagu nasional setelah lagu natal. Lagu nasional yang dinyanyikan yaitu Rayuan Pulau Kelapa dan disusul dengan lagu Satu Nusa Satu Bangsa. Meskipun ajakan menyanyikan lagu-lagu nasional tidak ada di dalam teks panduan ibadah, Ignatius ingin menumbuhkan lebih besar rasa cinta tanah air.
“Karena natal ini kan bermakna bagi Gereja Khatolik. Saya merasa itulah arti natal yang sangat kontekstual, merawat, dan mengembangkan rasa cinta tanah air,” katanya.
Melihat Permasalahan Natal Dari Segi Positif
Tak hanya membahas mengenai tema-tema perayaan natal, Ignatius juga menanggapi mengenai permasalahan natal yang terjadi di tahun ini, seperti pelarangan ibadah natal dan gereja-gereja yang belum memiliki tempat ibadah. Menurutnya, perihal ibadah seharusnya tidak lagi menjadi persoalan. Sebab, negara menghormati hak warga negaranya untuk beribadah sesuai keyakinan masing-masing.
“Saya kira itu cita-cita standar ya. Cita-cita itu belum jadi kenyataan dalam arti tertentu bisa dimengerti. Pada umumnya semua berjalan dengan baik,” ujar Uskup KAJ.
Ia menambahkan, semua yang sudah berjalan dengan baik jangan pernah hilang hanya karena satu atau dua kasus. “Satu atau dua kasus yang mungkin kalau dihitung-hitung seluruh Indonesia hanya 0,00 sekian persen. Sehingga saya sendiri cenderung untuk melihat dari segi positif,” jelasnya.
Ia beranggapan hal tersebut merupakan tanggungjawab dari kepala daerah masing-masing untuk mencari jalan bersama, dengan membuka dialog yang saling mencerdaskan dan saling memberi cakrawala berpikir agar menemukan jalan keluar yang elegan.
Ignatius menilai mengenai kasus yang terjadi di satu sampai dua tempat memang memprihatinkan. Ia menegaskan sekali lagi agar hal seperti itu jangan pernah mengaburkan keadaan yang sudah bagus.
Lagi-lagi ia mengatakan, untuk kejadian kasus tersebut agar selalu membuka dialog tanpa harus menghilangkan hal-hal yang baik.
Reporter: Meiliana Mg. |Editor: Syifa Aulia.