Robi-Danang: Kita yang Jemput Bola Menyelesaikan Masalah
Pemilihan raya (pemira) di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) kini tengah berlangsung. Debat terbuka antar pasangan calon (paslon), kampanye, dan sosialisasi telah mereka lakukan guna memperkenalkan visi, misi, dan program kerja selama satu tahun kedepan.
Tak hanya sekadar memaparkan visi, misi dan program kerja semata yang terjadi di UPNVJ, paslon nomor urut 2, Robi Warihon Pasaribu dan Danang Wiryawan juga menjawab berbagai persoalan yang terjadi di UPNVJ.
Reporter ASPIRASI, Muhammad Hibbanduta, berkesempatan mewawancarai Robi Warihon Pasaribu dan Danang Wiryawan di Lobby Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik (FISIP) pada Selasa, (26/11) lalu. Wawancara siang itu membahas program kerja unggulan serta menjawab berbagai persoalan jika nantinya mereka terpilih menjadi Ketua dan Wakil Ketua BEM UPNVJ 2020. Berikut hasil wawancara eksklusif Reporter ASPIRASI kepada paslon nomor urut 2.
Apakah ada kesulitan dalam membuat visi, misi, dan program kerja dalam waktu pelaksanaan Pemira yang singkat?
Visi misi sudah ada tapi untuk persiapan teknis seperti pencetakan poster dan banner itu terburu-buru jadinya kerena jujur untuk persiapan poster itu kurang. Kita harus desain jadi harus tiba-tiba gitu kan. Untuk batas waktu batas kampanye lima hari dan itu cuma tiga hari yang bisa dimanfaatkan, itu kan Kamis, Jum’at, Senin. Sabtu-Minggu kan nggak bisa, mangkanya kurang efisien lah kalau pembagian jadwal dari Pantia Pelaksanan (Panpel) yang sekarang. Tapi, it’s okay untuk keberlangsungan itu diharuskan, kita terima aja.
Mengapa mengangkat keempat poin (sinergis, berintegritas, kreatif dan inovatif) untuk dijadikan visi?
Kalau untuk sinergis itu bisa dilihat di poin proker kita, terutama poin proker BERTAMU. Karena dari sinergis kita menanamkan bahwa kita dari BEM nantinya apabila terpilih, kita yang jemput bola menyelesaikan masalah, itu kita ingin meningkatkan kesadaran kita sesama Organisasi Mahasiswa (Ormawa) bahwa kita itu saling membutuhkan.
Untuk kreatif dan inovatif, ini dibutuhkan oleh mahasiswa zaman sekarang untuk menunjang terwujudnya Agent of Change. Makanya ketika sudah ada Agent of Change kita harus kreatif dan inovatif demi meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi kreatif kita juga.
Kemudian untuk integritas itu di poin dimana tim advokasi itu benar-benar cepat tanggap. Nah integritas itu adalah ketika mereka mendapatkan keluhan bukan hanya sekadar menerima terus lepas kontak.
Untuk proker BERTAMU itu dilakukan berapa kali selama masa jabatan, apakah ada jadwal tertentu atau seperti apa?
Kalau untuk itu terjadwal, terutama himpunan. Kalau himpunan itu kita sudah pasti jadwalin sekali sebulan karena pembagian jadwalnya himpunan sendiri di UPN itu kan terdiri dari hampir 20 dan yang terjadi di sebulan itu masa yang benar-benar bisa berkunjung ke sekret itu kan cuma beberapa hari karena Sabtu Minggu itu bukan hari kuliah lagi. Maksimal itu sekali sebulan setiap himpunannya. Makanya apa yang bisa kita janjikan itu mungkin sekarang itu kita bisa janji, bakalan main terjadwal yang jadwalnya nanti kita rembukkin bersama himpunannya. Kalau untuk UKM nanti kita coba untuk main langsung tapi pasti nanti akan dibuat jadwal.
Bagaimana kalian membantu mahasiswa tingkat akhir dalam permasalahan kesulitan pembayaran UKT?
Sebenarnya kenapa uang kuliah ini kita bayar penuh kan karena kita mengikuti perkuliahan di dalam kelas, setidaknya hitungan kasarnya itu untuk dosen datang dan kita bayar dosen. Nah disini kan mereka tidak mengikuti kelas, mereka hanya skripsi-an saja. Jadi mereka paling bertemu dengan dosen pembimbing. Nah disitu saya rasa mereka itu nggak perlu membayar penuh karena itu cuma kepentingan yang sedikit dan mereka gak dipenuhi haknya secara penuh. Hak secara penuh yang saya maksud itu tadi mendapat pengajaran di dalam kelas.
Bagaimana menyelesaikan permasalahan antar ormawa atau UKM sehingga mengembalikan kesinergisan yang termasuk ke dalam visi kalian?
Nah dari sini kita akan mewadahi yang namanya mediasi. Tapi sebisa mungkin nanti saya akan berkoordinasi dan bersinergi dengan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) terkait dengan permasalahan antar ormawa. Karena kami juga kurang tahu tugas, pokok dan fungsinya untuk menyelesaikan masalah yang terkait. Jadi setidaknya kita memposisikan diri sebagai netral. Jadi walaupun ada yang berseteru kita netral aja, kita menjadi penengah, dan juga mencari jalan keluar untuk permasalahan yang ada.
Bagaimana kalau pihak rektorat menolak untuk mengadakan audiensi dan advokasi?
Kalau untuk saya, saya memberikan gambaran kasar saja biar nanti mahasiswa saja yang mengartikan, saya tersirat aja. Ketika kita mengajukan surat audiensi dan ketika mereka menolak tiga kali untuk surat audiensi. Cara satu-satunya adalah lawan.
Masing-masing paslon tidak merepresentasikan mahasiswa Limo. Bagaimana meyakinkan mahasiswa Limo apalagi pelaksanaan sesi debat hanya terjadi di Kampus Pondok Labu?
Di hari Senin, kita baru dari Limo, kita baru sosialisasi hampir ke semua. Ke FIKES kita sudah sosialisasi dan berbincang dengan beberapa anak himpunannya. Ke Maritim (Teknik Perkapalan) juga kemarin, ke Mesin juga udah, ke Industri udah beberapa orangnya. Jadi untuk sosialisasi itu mungkin ya kalau saya mengakui sih, saya tidak punya hak besar untuk bagaimana cara menentukan mereka bisa tahu dan memilih di hari pemilihan. Cuma yang menjadi PR besar itu gimana caranya panpel dan pengurus dari pemira ini yang sounding dan membuat mahasiswa tahu tentang pemira besok. Mungkin untuk masukannya untuk panpel bisa dibuat notulensi agar tahun depan tidak terjadi lagi. Dari jauh jauh hari sudah sounding, kalau bisa semua ormawa juga sounding tentang pemira jadi nggak panitia saja yang sounding.
Bagaimana persentase antara Program Kerja yang berkaitan dengan diskusi jika disandingkan dengan program kerja eventual?
Lebih banyak diskusi, kita ada beberapa event. Kalau ditanya tentang diskusi itu kita pasti buat. Untuk ke forum diskusi yang terkait dengan kepentingan nasional. Kita akan buat dari Kajian dan Aksi Strategis (Kastrat) dan kita tunggu tanggal mainnya aja. Untuk event yang besar, paling event yang benar-benar harus ada seperti PKKMB, Dies Natalis, Duta Kampus, itu memang kita hanya membuat event yang hanya memberikan output untuk mahasiswa atau untuk masyarakat. Dari situ kita mau buat event. Karena kita gak punya lembaga yang benar-benar untuk menyampaikan aspirasi. Itu yang menjadi landasan kami untuk maju.
Jika tidak terpilih apakah nanti akan ikut bergabung dengan paslon yang menang?
Kalau kami tidak akan bergabung ke kabinet BEM jika nantinya kalau memang kalah. Karena kami punya konsekuensi dimana ketika mencalonkan kalau kalah ya harus menerima. Selain itu kita punya visi misi yang berbeda takutnya malah bentrok di visi misi itu. Nanti kita malah tidak sejalan tujuan kita.
Reporter: Hibban Mg.| Editor: M. Faisal Reza