Adyanta-Rafly: Kita Akan Audiensi dengan Pendekatan Kajian

Berita UPN

Pemilihan raya (pemira) di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ) kini tengah berlangsung. Debat terbuka antar pasangan calon (paslon), kampanye, dan sosialisasi telah mereka lakukan guna memperkenalkan visi, misi, dan Program Kerja selama satu tahun kedepan.
Tak hanya sekadar memaparkan visi, misi dan program kerja semata yang terjadi di UPNVJ.

Paslon nomor 1, Adyanta Tasima Ginting dan Rafly Alief Lazuardy juga menjawab berbagai persoalan yang terjadi di UPNVJ. Mereka mencoba membuat program kerja yang mampu menjawab persoalan atas berbagai permasalahan yang terjadi di UPNVJ.
Reporter ASPIRASI, Putri Tamara, bertemu dengan calon Ketua dan Wakil Ketua BEM paslon nomor 1, Adyanta Tasima Ginting dan Rafly Alief Lazuardy di Lobby Fakultas Kedokteran pada Selasa, (26/11) lalu.

Wawancara sore itu membahas program kerja unggulan serta menjawab berbagai persoalan yang harus dijawab ketika nantinya mereka terpilih menjadi Ketua dan Wakil Ketua BEM UPNVJ. Berikut hasil wawancara eksklusif Reporter ASPIRASI kepada paslon nomor 1.

Apakah ada kesulitan dalam membuat visi, misi, dan program kerja dalam waktu pelaksanaan Pemira yang singkat?

Kebetulan kami sudah membicarakan masalah yang memang sudah menjadi niatan kita yang sudah lama. Perihal pembuatan visi, misi, dan program kerja tidak menjadi masalah karena memang kita sudah lama membuat dan mempersiapkannya. Jadi tidak seperti mepet timeline yang dibuka baru kita memikirkan visi misi mau seperti apa. Karena kan butuh diskusi panjang, dan juga jangka waktu kita kerja bakal panjang. Gak cukup dengan waktu tiga hari mempersiapkan semuanya.

Mengapa mengangkat kelima poin (kekeluargaan , integritas, aktif, kreatif, dan sinergis) untuk dijadikan visi?

Alasan kita mengangkat kelima poin itu kedalam visi kita, karena sebenarnya kita merangkai kelima kata itu menjadi kata “kritis”. Kenapa kita membentuk narasi kritis dalam visi. Karena memang kita berangkat untuk mencalonkan diri menjadi Ketua dan Wakil Ketua BEM dengan melihat permasalahan yang ada di UPN. Kondisinya memang kepedulian mahasiswa yang kita rasa masih belum ada. Kan ada kaitannya antara kepedulian dan kritis, kenapa kita mengangkat kritis karena untuk meningkatkan kepedulian juga

Salah satu visi misi di BEM adalah menjadi wadah aspirasi, langkah lebih lanjut seperti apa yang akan dilakukan oleh BEM?

Sebagai BEM sudah seharusnya kita sebagai wadah aspirasi. Itu sudah seperti menjadi hal yang wajib kita jalankan. Jadi di aspirasi ini setelah kita tampung setelah, kita kaji bareng tentang aspirasinya, langsung kita lakukan penindakan dan penyampaian aspirasi tersebut ke pihak-pihak terkait seperti rektorat. Dengan cara audiensi, kah. Kalau dibutuhkan aksi, kenapa tidak? pertimbangannya, aksi menjadi pilihan terakhir kalau memang jalur-jalur audiesi masih bisa dilakukan.

Dalam misi kalian akan diciptakannya kreatifitas dalam pemecahan masalah, bagaimana BEM mencipakan kreatifitas di kalangan mahasiswa itu sendiri?

Sebenarnya kita berangkat dari dana pagu. Dana pagu yang diberikan dari rektorat ke organisasi seperti BEM itu hanya dua puluh lima juta untuk menjalankan organisasi yang cakupannya seluruh universitas. Nah kenapa kita mengelkan kata kreatifitas, nanti kita akan membentuk direktorat ekonomi kreatif, itu untuk menjawab dari pada permasalahan karena yang menjadi permasalahan salah satunya di tubuh bem itu sendiri tadi adalah dana pagu tadi.

Bagaimana pemanfaatan ruang publik dalam program kerja diskusi kritis isu yang sudah kalian buat?

Diskusi kritis isu (DIKSI) itu akan menjadi program kerjanya Kementerian Sosial dan Politik. Untuk masalah tempat yang akan digunakan untuk saat ini konsepnya adalah diskusi terbuka dan untuk siapa saja. Jadi tidak tertutup bukan hanya untuk ormawa saja, siapa saja yang memang tertarik untuk diskusi isu silahkan bergabung. Konsepnya pasti di ruang terbuka, entah itu di Limo ataupun di Pondok Labu.

Apakah hanya umur yang menjadi pertimbangan rektorat untuk diskon Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar lima puluh persen. Mengapa kalian sangat yakin program ini akan berhasil?

Itu yang diajukan teman-teman advokasi di bawah Kementerian Sosial dan Politik itu yang kita ajukan untuk diskon UKT 50 persen untuk semester atas. Pertimbangan dari rektorat memang pada saat itu angkatan 2015 belum sampai di semester delapan, sedangkan peraturan dari Kementerian Riset dan Teknologi Tinggi (Kemenristekdikti) yang menjadi tanggungan itu hanya sampai di delapan semester, jadi batas yang dapat diskon itu adalah di semester sembilan karena yang menjadi tanggungan hanya pada empat tahun pertama atau delapan semester. Kenapa saya yakin? Karena ya kondisi sekarang nih 2015 yang masih menimba ilmu di UPN, itu yang bisa kita perjuangkan.

Bagaimana BEM menyakinkan mahasiswa bahwa ada yang salah dengan anggaran universitas yang tidak transparan?

Kita akan audiensi dengan rektorat melalui pendekatan kajian. Kita akan bicara kepada rektorat bahwa sebenarnya BEM ada kajian terkait pembukaan anggaran biar teman teman mahasiswa semuanya mengetahui. Istilahnya, kita kawal bareng- bareng anggarannya biar kepercayaan mahasiswa ke rektorat pun meningkat. Kita ajukanlah kajian tentang pembukaan anggaran ini perihal kondisi anggaran UPN seperti apa, yang akan diterima UPN seperti apa, yang akan dilekuarkan UPN seperti apa. Biar kita pantau bareng lah semuanya.

Bagaimana bentuk konkret dari komersialisasi pendidikan yang ada di UPNVJ?

Yang pastinya langkah konkretnya akan membuat kajian terkait komersialisasi Pendidikan. Bagaimana UKT dan Sumbangan Pengembangan Institusi (SPI) juga akan diajukan ke rektorat, kalau mereka menerima audiensi akan dilakukan audiensi. Kalau memang mentok ya kita akan diskusi lagi dengan teman teman UPN yang ada harus bagaimana. Walaupun saya mengeluarkan kata aksi, kalau kita harus aksi kenapa tidak, cuma ya harus melihat kajiannya sudah matang atau belum. Kedepannya yang pasti SPI ini bakal tetap BEM perjuangkan begitu juga untuk masalah UKT. Kita harus melihat urgensinya juga. Harus jelas gitu bukan cuma hanya dirasakan oleh beberapa orang saja, jika memang secara pribadi akan ditampung oleh BEM.

Upaya apa yang akan dilakukan jika audiensi ditolak oleh rektorat?

Kita juga harus mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh pihak rektorat. Bisa saja memang kajiannya kurang, atau perbandingan kajiannya dengan kampus yang lain juga kurang atau berbeda kondisi geografisnya dengan kampus yang dijadikan perbandingan. Nah itu berarti penguatan terhadap kajian yang harus jadi pertimbangan kita, dalam artian ketika audiensi kita ditolak udah gitu gak ngapa-ngapain? Ya engga juga. Apa yang menjadi kekurangan kita akan kita tambah lagi untuk menjadi masalah audiensi dan advokasi.

Masing-masing paslon tidak merepresentasikan mahasiswa Limo. Bagaimana meyakinkan mahasiswa Limo apalagi pelaksanaan sesi debat hanya terjadi di Kampus Pondok Labu?

Kita juga sudah beberapa kali melakukan sosialisasi, mau itu di Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES) ataupun Fakultas Teknik (FT). Tapi setidaknya kita udah main kesana, tau apa yang menjadi permasalah di FT dan FIKES. Kalau aspirasinya itu udah dicatat oleh tim juga, kita udah sosialisasikan apa yang mau kita bawa, visi misi sudah kita sampaikan kesana, ya itu saya rasa cukup sih meyakinkan mereka untuk memilih kita berdua.

Jika tidak terpilih apakah nanti akan ikut bergabung dengan paslon yang menang?

Untuk kami pribadi berani bilang tidak akan bergabung apabila paslon nomor dua yang menang. Tapi kalau teman-teman Tim Sukses (Timses) mau bergabung ya silahkan saja. Saya tidak menutup pilihan mereka untuk bergabung. Kan teman-teman timses punya hak berpolitik masing masing, jika mau masuk ke dalam sana ya silahkan saja, tapi kami pribadi tidak akan bergabung ke dalam poros paslon dua.

Reporter: Tamara Mg. |Editor: M. Faisal Reza.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *