Rektor UPNVJ Terapkan Program Self Service, Pedagang Kantin: Tak Bawa Pengaruh Apapun

Berita UPN

Rektor UPNVJ menerapkan budaya bersih-bersih oleh diri sendiri (self-service) sejak Senin, 19 Agustus lalu. Namun, setelah dua minggu, realisasinya belum optimal.

Aspirasionline.com — Rafli baru saja selesai mengikuti perkuliahan. Dengan keadaan yang sangat lapar, ia langsung bergegas ke kantin. Usai menerima pesanannya, Rafli diberitahu untuk mengembalikan piring kotor di rak yang sudah disediakan. Ia harus membersihkan meja makannya sendiri.

Budaya mengembalikan kembali alat makan yang kotor ke baskom rak yang sudah disediakan ini merupakan konsep program Self Service yang dicanangkan oleh Rektor UPNVJ.

Program Self Service merupakan bagian dari program Go Green yang sudah diterapkan sejak awal tahun 2019. Program Self Service mulai dicanangkan Senin (19/8) dan dilaksanakan secara bertahap. Sampai berita ini diterbitkan, penerapan program tersebut sudah memasuki minggu ketiga.

Ketua koperasi UPNVJ Lilik Zhulaihah mengatakan bahwa penerapan budaya bersih-bersih sebetulnya bertujuan untuk melatih kedisiplinan mahasiswa UPNVJ. Menurutnya, dengan mengembalikan sendiri peralatan makanan yang kotor ke rak yang sudah disediakan akan melatih mahasiswa untuk mengatur diri mereka sendiri bahkan ketika mereka sudah bergelar sarjana.

Ending-nya menjadikan mahasiswa mandiri,” ungkap Lilik kepada ASPIRASI pada Rabu, (21/8).

Sebagai penunjang budaya bersih-bersih tersebut, pihak koperasi menyediakan rak untuk wadah peralatan makan kotor mahasiswa sehabis makan. Rak tersebut terdapat enam tingkat. Setiap tingkatnya memiliki fungsinya masing-masing.

Pada rak tingkat pertama dari atas, terdapat enam buah baskom persegi yang diperuntukkan menaruh sendok garpu. Dibawahnya terdapat baskom serupa, fungsinya untuk wadah gelas kotor yang juga berjumlah enam buah.

Untuk wadah mangkuk dan piring kotor, mahasiswa dapat menaruhnya di rak tingkat ke tiga hingga enam. Untuk tempat menaruh mangkuk kotor terdapat enam buah baskom. Sedangkan, untuk piring kotor sudah disediakan empat tempat.

Rak ini tersebar di kantin UPNVJ yang berjumlah empat rak. Rak-rak ini tersebar dua buah di setiap sisi kantin. Penyediaan rak belum tersedia di kampus Limo. Lilik mengatakan pengadaan rak untuk Kampus Limo akan menyusul saat minggu pertama September.

Penerapan budaya ini berbarengan dengan dimulainya tahun ajaran baru 2019/2020. Meski begitu, Lilik selaku ketua koperasi sudah melakukan sosialisasi di koperasi primer UPNVJ dengan para pedagang di kantin.

Lilik dan pihak rektorat tak melibatkan pedagang kantin dalam perencanaan program ini. Lilik hanya menyosialisasikan penerapan program Self Service ini kepada para pedagang di kantin dengan berdiskusi.

Lilik mengatakan sosialisasi itu berjalan lancar dan mereka setuju dengan program Self Service yang saat itu masih berupa wacana. Lilik juga menilai bahwa pedagang dikantin sangat senang dengan hadirnya program Self Service.

“Mereka setuju. Mereka senang sekali dan sudah dilakukan,” kata Lilik.

Namun, setelah penerapan program itu memasuki minggu kedua, suara keluhan datang dari pedagang di kantin. Endang salah satunya. Endang merupakan pedagang takoyaki di kantin UPNVJ. Ia menilai, konsep budaya bersih-bersih oleh diri sendiri itu tak membawa berdampak apa-apa.

“Belum efektif. Belum ada pengaruh apa-apa,” tegas Endang.

Dia mengeluhkan mahasiwa masih saja menaruh piring kotor mereka di meja mereka makan bukan di rak yang sudah disediakan. Padahal, menurut pengakuannya, ia tak lupa memberitahu dan mengingatkan kepada mahasiswa untuk mengembalikan kembali piringnya ketika seusai makan.

“Ada yang masa bodoh, ada yang cuek tapi ada juga yang mau nurut,” ungkap Endang kepada ASPIRASI pada Rabu, (21/8).

Selain tak efektif, ia juga mengeluh pernah kehilangan sendok lantaran program ini menganjurkan agar mahasiswa menaruh alat makan milik Endang dalam satu wadah yang sama dengan alat makan milik pedagang lain.

“Paling kita ngomong ke mahasiswa buat balikin ke kita kalau udah selesai makan atau enggak kita ambilin sendiri,” ungkapnya.

Menanggapi hal ini, Lilik mengaku untuk saat ini memang tercampurnya peralatan makan dari banyak pedagang di kantin tidak dapat terhindarkan. Untuk kedepannya, pihak koperasi akan menyediakan piring sekaligus akan dicuci oleh pegawai koperasi.

“Kalau piring, kedepannya akan disiapkan oleh koperasi dan juga akan dicuci oleh pegawai koperasi,” jelas Lilik.

Seiring program ini diterapkan, Lilik terus melakukan sosialisasi ke berbagai pihak baik kepada mahasiswa, pedagang kantin, dan pihak rektorat. Dia juga meminta bantuan kepada para pedagang di kantin dan Warek 3 untuk menyosialisasikan program ini kepada mahasiswa.

“Saya ngomong ke Warek 3, mohon ada surat edaran ke semua himpunan (mahasiswa, red.) mengenai pelaksanaan Self Service,” jelas Lilik.

Lilik berasumsi program ini akan berbuah manis jangka panjang. Dibenaknya, kantin nantinya tidak hanya tempat untuk makan, namun juga kondusif sebagai tempat untuk mengerjakan tugas dan berdiskusi.

“Jadi kantinnya harus bersih. Kita mau menuju café yang ada di luar. Jadi kita coba ciptakan udara yang segarlah, ya. Walaupun bukan AC (air conditioner, red.),” ungkapnya.

Budaya bersih-bersih merupakan salah satu bagian dari program Self Service yang dicanangkan rektor UPNVJ. Lilik sendiri berharap dengan diterapkannya budaya ini, mahasiswa UPNVJ dapat menjadi pribadi yang disiplin serta mandiri.

“Kami ingin mahasiswa UPNVJ menjadi mahasiswa yang mandiri, yang bisa me-manage dirinya sendiri,” kata Lilik.

Rafli pun memiliki tanggapan sendiri mengenai program Self Service. Dia menyambut baik adanya budaya bersih-bersih tersebut. Menurutnya, penerapan budaya bersih-bersih dapat melatih kedisiplinan mahasiswa dan dapat mengatur diri mereka.

“Karena kita udah dibiasakan bersih-bersih seperti itu, mau dimana pun kita tetap merapihkan. Jadi bisa me-manage dirilah. Melatih disiplin juga,” ujar Rafli kepada ASPIRASI pada Rabu (21/8).

Harapan senada juga datang dari Endang. Dia berharap agar mahasiswa semakin sadar akan kebersihan. “Pengen-nya sih ada kesadaran dari mahasiswa,” ujar Endang.

Reporter: Raffi Shiddique. |Editor: Firda Cynthia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *