Massa Aksi KANPMI Bertahan di Tenda Juang

Nasional

Sejak aksinya di hari pendidikan nasional, sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam aliansi Komite Aksi Nasional Pemuda dan Mahasiswa Indonesia (KANPMI) bertahan di depan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti).

Aspirasionline.com — Beberapa tumpukkan kardus yang berisi makanan terlihat berada disudut tenda, galon-galon air mineral berjejer di dekat pagar tanaman. Di dalam tenda yang terbuat dari spanduk bekas itulah sekitar 20 mahasiswa yang tergabung dalam KANPMI menetap. Beberapa mahasiswa tertidur lelap, sebagian lagi tetap terjaga menunggu respons dari kemenristekdikti.

Terhitung sejak hari pendidikan nasional pada Kamis, (2/5) hingga hari berita ini diterbitkan, sudah 8 hari mereka menetap di tenda. Tenda perjuangan, demikian mereka menyebutnya. Sebelumnya, KANPMI juga melangsungkan aksi saat hari pendidikan nasional. Kemudian sesuai kesepakatan bersama, massa aksi akhirnya mendirikan tenda tepat di depan gerbang kemenristekdikti.

“Kesepakatannya pada saat aksi dihari pendidikan nasional tanggal 2 Mei. Kalau deadlock atau tidak mendapatkan hasil apa-apa dari kemenristekdikti, tidak ada solusi, maka kita akan mendirikan posko,” jelas M. Arira Fitra selaku juru bicara aksi itu kepada ASPIRASI pada Selasa, (7/5) lalu.

Organisasi yang tergabung dalam KANPMI terdiri dari Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), Federasi Mahasiswa Kerakyatn (FMK), FIJAR, PEMBEBASAN, Forum Persatun Mahasiswa UBK, PMS, BEM Universitas Pancasila, Mahasiswa Esa Unggul, Mahasiswa AKMI, dan beberapa kelompok gerakan lainnya. Mereka-mereka lah yang secara bergantian menjaga tenda juang.

Arira yang akrab disapa Bire mengatakan tujuan aksi ini untuk memberikan tekanan kepada kemenristekdikti. “Sebenarnya ini adalah ungkapan ekspresi kekecewaan kami, dan desakan kami terhadap negara. Bahwa negara harus hadir segera menyelesaikan persoalan yang dihadapi mahasiswa saat ini,” terang mahasiswa Universitas Bung Karno (UBK) tersebut.

Selama aksi menginap, pihak kemenristekdikti sempat menemui massa dengan mengirimkan staf atau biro mereka. Namun, massa aksi menolaknya. Sebab, sesuai pengalaman Bire dan kawan-kawan, sudah berkali-kali mereka ditemui staf dan biro namun belum juga ada realisasinya.

“Bukan kami enggak mau beraudiensi karena kami enggak mau ketemu mereka, tapi kami tidak mau ketemu sama orang-orang yang tidak memiliki kapasitas,” tungkas Bire.

Bire menuturkan bahwa pihak kepolisian dan keamanan hanya berjaga dihari pertama dan kedua aksi menginap. Dihari-hari berikutnya mereka didiamkan, baru dihari kelima ada kejelasan mengenai proses audiensi yang akan berlangsung pada hari ke enam aksi.

Dihari ke enam ini, massa KANPMI bersiap dan menunggu seperti biasa di tenda juang. Namun pihak kemenristekdikti baru turun dan memberikan konfirmasi pada jam 3 sore, mundur satu jam dari jadwal yang telah diberikan. Massa akhirnya meminta waktu sampai jam 4 sore untuk bersiap diri.

Namun saat jam menunjukkan angka 4, pihak keamanan justru mempersulit dengan dalih harus mahasiswa yang masuk. Sempat ada protes dari massa namun akhirnya mereka bisa masuk dengan cara menunjukkan kartu tanda mahasiswa atau kartu tanda penduduk.

Massa akhirnya dapat beraudiensi dengan pihak kemenristekdikti yang diwakili oleh Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Ismunandar, Direktur Kemahasiswaan Didin Wahidin, serta perwakilan lainnya. Audiensi berlangsung kisaran satu jam dan diakhiri dengan janji kemenristekdikti bahwa pihaknya akan menyelesaikan kasus skorsing dan dropout — ini salah satu tuntutan yang dibawa oleh KANPMI — dalam tenggat waktu satu bulan. Sementara itu, untuk kasus lainnya masih akan dikaji lebih lanjut.

Mengenai aksi ala menginap ini, pihak kemenristekdikti menyayangkannya. “Nah, sebetulnya adek-adek sekalian kan sudah tahu aturan demo dan segala macemnya. Saya juga selalu tegaskan bahwa kita disini juga melayani masyarakat. Jadi kehadiran adik-adik yang sampai memblokade itu kan mengganggu,” ungkap Ismunandar di sela audiensi yang berlangsung pada Selasa, (7/5). Ismunandar juga berdalih bahwa selama ini tidak ada masukan ke pihaknya mengenai aksi ini.

Dari rilis pers yang dipublikasikan KANPMI, massa mengambil sikap untuk terus bertahan di tenda juang berdasarkan hasil koordinasi yang dilakukan setelah aksi berlangsung. Malam itu, di hari yang sama saat audiensi, Kiel selaku koordinator lapangan aksi juga menghimbau untuk tetap bertahan di tenda juang sampai mendapatkan solusi konkret.

Dihari ke delapan, dua hari setelah proses audiensi tersebut, massa aksi yang masih bertahan di depan kemenristekdikti mendapat tindakan represif dari gabungan pihak keamanan dan kepolisian. Bire menuturkan bahwa dirinya dan kawan-kawan tiba-tiba dibangunkan dan dibubarkan secara paksa. “Gak ada, bung. Kita masih pada tidur langsung dibubarin,” aku Bire pada ASPIRASI saat itu juga.

Reporter: Ikhwan Agung.| Editor: Firda Cynthia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *