Kelompok Studi Mahasiswa (KSM) Android Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ) menyabet juara 2 dalam lomba perangkat lunak yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Aspirasionline.com – Uus Rusdiana, M. Suyudi Alrajak, dan Eka Dewi Sisri Listianti pulang tak bawa tangan kosong. Mereka berhasil membawa KSM Android menyandang gelar juara 2 setelah bersaing dengan sepuluh tim universitas lain di kancah nasional dalam lomba Software Development Competition di UNY.
Lomba yang mengusung tema Sustainable Development Goals (SDGs) ini berlangsung di Yogyakarta selama 3 hari mulai 26 s.d. 28 April 2019.
Salah satu KSM di Fakultas Ilmu Komputer (FIK) ini mengusung sebuah aplikasi berbasis sistem informasi pencemaran udara dengan nama SocioGreen.
Di aplikasi tersebut terhimpun banyak data, termasuk data pencemaran udara yang diperoleh langsung dari Greenpeace Indonesia. Data itu kemudian diolah menjadi indeks pencemaran. “Setelah dari olahan itu kita rujuk ke user supaya mau berpartisipasi untuk mengurangi indeks pencemaran udara,” ucap Suyudi kepada ASPIRASI saat Rabu, (15/5) di selasar FIK.
Para pengguna nantinya akan diberi tantangan, kemudian setiap tantangan yang berhasil dilalui akan berubah menjadi keuntungan berupa poin. Poin tersebut kemudian dikembangkan menjadi cashback atau keuntungan lainnya. Selain itu, perangkat lunak ini juga akan memberikan penghargaan kepada si pengguna. “Supaya mereka lebih terpacu menjalani tantangan,” kata Suyudi.
Proses Pra Sampai Pasca-lomba
Proses perancangan SocioGreen dimulai sejak pembukaan pendaftaran lomba selama 2 bulan. Waktu tersebut mereka gunakan untuk memikirkan ide, pengemasan, serta pembentukkan strategi agar berhasil lolos ke babak final. KSM Android didampingi oleh seorang pembimbing yang juga alumni KSM Android–Rio Wirawan.
Salah satu anggota tim, Eka Dewi Sisri Listianti, mengatakan bahwa timnya melakukan brainstorming mengenai ide apa yang belum digagas oleh orang-orang dan dapat memecahkan masalah yang ada di dalam 17 SDGs. “Dan kita memilih tema tentang pencemaran udara,” kata Eka pada ASPIRASI, Rabu, (15/5).
Saat acara final, mereka harus menyanggupi tantangan dari dewan juri berupa pembuatan fitur baru selama 1 jam 50 menit. “Alhamdulillah kita selesai dan bisa sesuai dengan permintaan juri tersebut,” ucap Suyudi, anggota tim KSM Android. Setelah pengumuman final dan dinyatakan lolos, KSM Android mulai bergerak untuk membuat aplikasi yang dikerjakan selama 2 minggu.
KSM Android mendapat dukungan dari pihak fakultas maupun universitas selama prosesi lomba. Sebelum diberangkatkan ke Yogyakarta untuk tahap final, terdapat pemaparaan terlebih dahulu kepada pihak dekanat. Pada paparan tersebut, mereka diberi saran yang juga menjadi kriteria penilaian lomba. Perihal akomodasi, seluruhnya ditanggung oleh pihak universitas.
Meskipun demikian, KSM Android masih mengalami beberapa kendala saat merancang perangkat lunak tersebut. Seperti kebutuhan infrastruktur dan data yang dibutuhkan dari Greenpeace. Data tersebut diperoleh harus melalui pemaparan konsep dengan pendekatan selama 1 minggu untuk meyakinkan pihak Greenpeace tentang aplikasi yang akan dibuat. “Tetapi Alhamdulillah kita dapat mengatasinya,” ujar Uus kepada ASPIRASI, Rabu, (15/5).
Menurut Uus, banyak tim dari kampus lain yang menjadi saingan terberatnya seperti dari Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM), Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), dan Universitas Brawijaya (UNBRAW).
“UNIKOM itu mulai dari cara presentasi dan aplikasinya sudah bagus. PENS juga bagus, kemudian yang dari juara 1 UNBRAW mereka emang dari awal udah gua expect bagus dan emang layak sih juara 1,” ujar Uus.
Tak Hanya Menang
KSM Android mengaku karya yang mereka tawarkan merupakan ide yang segar dan belum pernah terpikirkan. Sebab, sebagian besar tim yang lain membahas masalah sampah.
Mereka merupakan satu-satunya tim yang mengusung tema pencemaran udara.
“Keunikan lainnya kita menggunakan API (Application Programming Interface, red.) dari organisasi terkemuka, yaitu Greenpeace untuk menampilkan informasi pencemaran udara di berbagai daerah. Itu sih poin plus-nya,” tutur Eka.
Di samping itu, Suyudi menengarai KSM Android kemungkinan akan meneruskan terobosan aplikasi ini dengan Greenpeace. “Ada salah satu karyawannya yang memiliki jabatan. Namanya Pak Bondan. Dia tertarik sepertinya dan ingin mengajak kerja sama juga tapi belum ada waktu untuk bertemu,” terang Suyudi.
Suyudi berharap jika sudah berbicara dengan Bondan, gagasan aplikasi ini dapat terus dikembangkan bersama Greenpeace agar perangkat lunak yang sudah dibuat tak berhenti sampai lomba saja.
Reporter: Sekar Ayu.| Editor: Syifa Aulia