Damai yang Semu
Kata orang, aku harus berlari sekencang mungkin
Di ujung sana, katanya akan ada kedamaian layaknya surga
Aku terus berlari, meninggalkan hidupku
Berlari secepat yang aku bisa
Kutinggali kebahagiaan dalam hidupku
Demi kedamaian yang dijanjikan
Kutemukan banyak orang menangis
Merintih akan keadilan
Mereka berteriak memaki
Semua hanya semu, katanya
Tidak akan ada kedamaian dan kebahagiaan di ujung sana
Mereka terus berteriak meyakinkan
Kutemukan kembali orang-orang pemuka agama yang berbeda
Mereka bersilat lidah satu sama lain
Aku berhenti sejenak, menyimak
Kemana perginya sang toleransi yang sering diagungkan negara ini?
Oh toleransi yang tidak berguna!
Aku geram dan kembali berlari
Kutemukan orang-orang kelaparan
Kutemukan orang-orang bergelimang harta
Kutemukan orang-orang yang baik
Hingga bengis seperti iblis
Aku lelah berlari
Pada titik aku melihat seorang ibu menangis
Menuntut keadilan terhadap anaknya yang tebunuh
Ku lihat, pejabat itu tidak menggubrisnya!
Oh negeriku yang kudambakan
Kau janjikan kedamaian dan kebahagiaan
Karena itu aku berlari mengejarnya
Namun semua semu!
Untuk apa ada peraturan?
Untuk apa ada hak asasi manusia?
Untuk apa ada toleransi?
Untuk apa ada kesetaraan?
Untuk apa?
Apa aku salah bermimpi tentang kedamaian hidup ini?
Semua lebih kacau dari yang kubayangkan!
Aku lelah mengejar kedamaian
Aku lelah mengejar kebahagiaan
Semua hanya semu belaka
Penulis: Fikriyah Nurshafa