Wisata Edukasi dan Transformasi Penangkaran Reptil Ala Godong Ijo

Wisata

Dari sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penangkaran reptil hingga kolektor tanaman langka, kini Godong Ijo bertransformasi menjadi kawasan agrowisata yang mengedepankan pada sisi edukasi dan hiburan berbasis ekologi (eco-tainment).

Aspirasionline.com – Godong Ijo merupakan salah satu kawasan ekowisata yang berlokasi di Jalan Raya Cinangka No. 60 Km.10, Kelurahan Serua, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Kawasan wisata seluas kurang lebih 3,5 hektar ini menjadi kawasan agrowisata yang mengedepankan pada sisi edukasi dan hiburan berbasis ekologi.

Godong Ijo sendiri memiliki sejarah yang cukup panjang dan berhasil melewati lika-liku bisnis hingga menjadi seperti saat ini. “Sebelumnya kita ini sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penangkaran reptil dan mamalia langka yang dimulai sehabis krismon (krisis moneter, red) dan namanya belum Godong Ijo pada saat itu,” tutur Jane Nadeak, Manajer Pemasaran Wisata Edukasi Indonesia PT. Godong Ijo Asri ketika ditemui ASPIRASI pada Rabu (6/12) lalu.

Penangkaran reptil dan mamalia langka tersebut pun tidak berlangsung lama karena akibat krisis yang berkepanjangan, sampai pada akhirnya sebagian hewan-hewan yang terdapat di penangkaran tersebut di alihkan ke berbagai taman margasatwa di daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, red) seperti Taman Safari di Cisarua, Bogor dan Taman Margasatwa Ragunan di Cilandak, Jakarta Selatan.

Nama godong Ijo di dapatkan ketika perusahaan ini bergerak dalam bidang bisnis penjulan dan pengembangbiakan tanaman langka yang didapatkan dari Amerika. Peralihan dari penangkaran reptil dan mamalia langka ke bisnis tanaman langka tentu tidak disengaja, Jane mengatakan bisnis penjualan tanaman ini berawal dari hobby mengoleksi tanaman unik dan langka, “Ketika tanaman itu kami coba bawa ke Indonesia, ini tanaman ternyata langsung diserbu sama kolektor-kolektor,” jelas wanita lulusan Universitas Sumatera Utara (USU) ini.

Adapun tanaman tersebut yaitu anturium, adenium, agronema dan lain-lain. Melihat peluang itu, Godong Ijo mengubah pandangan yang awalnya hanya untuk hobi, berubah menjadi bisnis yang cukup menggiurkan. Pada tahun 2003, Godong Ijo memutuskan mengimpor berbagai tanaman tersebut untuk kemudian dijual kepada kolektor, sekaligus meresmikan nama Godong Ijo sebagai merek perusahaan. “Akhirnya kita kukuhkan ke notaris namanya PT. Godong Ijo Asri,” ujar wanita berusia 42 tahun tersebut. Godong Ijo sendiri berasal dari bahasa Jawa yang artinya daun hijau. Hal ini sesuai dengan filosofi yang ingin disampaikan oleh pendiri, yaitu menonjolkan kedaerahan dan kelokalan namun berwawasan internasional.

Lagi-lagi, nasib kurang baik menghampiri Godong Ijo saat baru saja mencicipi kesuksesannya dalam bisnis tanaman. Jane mengatakan bahwa pada tahun 2008, Godong Ijo tidak mampu menguasai pasar lagi, sehingga banyak tanaman yang harganya puluhan juta rupiah membusuk dan tidak bersisa. “Kami akhirnya berpikir wah ini nothing lasts forever, bahkan ketika bisnis kami itu diatas pun, kami belum berpikir tidak selamanya akan enak,” ungkap wanita yang mengaku suka bernyanyi.

Godong Ijo bangkit kembali dengan membuka berbagai fasilitas baru dalam bentuk Wisata Edukasi atau ecotainment pada Mei 2009, dengan memanfaatkan tanaman-tanaman yang sudah ada dan hewan-hewan hasil penangkaran yang masih tersisa. “Kita manfaatkan saja hewan dan tumbuhan yang ada kita buat dalam bentuk edukasi, edukasi kepada anak-anak sekolah. Puji syukur ternyata responnya positif,” ujar Jane.

Adapun hewan-hewan sisa penangkaran yang tersisa seperti Ular Sanca Albino, Burung Unta, Kura-Kura Raksasa, Ikan aligator, Arapaimagigas dan lain-lain. Selain untuk mengenal hewan-hewan langka, pengunjung Godong Ijo akan disuguhkan dengan berbagai jenis tanaman dari mulai tanaman langka, buah-buahan sampai sayur-sayuran yang biasa di konsumsi sehari-hari.

Jane mengatakan bahwa kini Godong Ijo menjadi salah satu kawasan ekowisata yang terlengkap di Indonesia. Jane juga menuturkan bahwa pengunjung yang datang biasanya rombongan dari sekolah-sekolah besar, perusahaan yang mengadakan family gathering hingga keluarga yang ingin mengenal lebih dekat aneka flora dan fauna yang unik. Selain itu, para pengunjung juga dikenalkan pada aneka budaya Indonesia.

Wisata Edukasi Godong Ijo juga dilengkapi fasilitas Kafe atau Restoran serta Pemancingan yang cukup luas. Tempat ini menjadi objek yang cukup ramai di kunjungi di Godong Ijo, kolam pemancingan yang cukup luas dan restoran yang terkesan berada di tengah-tengah hutan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Cahyo, salah satu pengunjung pemancingan di Godong Ijo mengaku nyaman memancing di Godong Ijo. “Luas lokasinya, jadi kalau melempar mata kail pancing enak,” tutur pria yang tinggal di Cipinang Muara. Ia hanya menyayangkan kurangnya ikan berukuran besar. “Dapat ikannya kecil-kecil,” keluhnya.

Hampir senada dengan Cahyo, Hanifah yang sedang duduk-duduk di saung dekat pemancingan ikut memberi komentar, “Tempatnya lumayan nyaman, enak aja sih, tapi tempat duduk saungnya masih kurang bersih,” ujarnya.

Jane menagatakan bahwa kekuatan dari Godong Ijo adalah mampu membagikan nilai kebaikan kepada para pengunjung, selain itu dengan pengalaman yang ada mereka pun juga sangat terbuka terhadap perubahan zaman, sehingga tidak mudah tergerus dan perusahaan ini akan tetap jalan apapun bentuk usahanya. “Kita sangat fleksibel, ketika tidak survive di hewan, Kita masuk ke tanaman, tanaman gak laku? kita ganti cover jadi pelatihan tanaman dan hewan. Jadi lahan yang ada kita tetap fungsikan, Kita tidak menutup diri dan tidak membiarkan diri kita terlindas zaman,” tutup Jane.

Reporter : Angga Mg. | Editor : Deden

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *