Serukan 16HAKTP Melalui Layar Kaca

Lintas Kampus

Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (16HAKTP) menjadi salah satu bentuk perhatian organisasi masyarakat hingga kampus dalam isu kekerasan terahadap perempuan. Salah satunya adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia (BEM FH UI) yang mengadakan serangkaian acara guna memeringati 16HAKTP.

Aspirasionline.com – 16HAKTP menjadi acara rutin yang diselenggarakan untuk mendorong isu-isu tentang kekerasan terhadap perempuan sehingga tidak lagi asing di telinga masyarakat. “Acara ini bertujuan untuk mencerdaskan dan menyosialisasikan kepada masyarakat mengenai kekerasan terhadap perempuan,” ujar Azam Hawari selaku Ketua BEM FH UI periode lalu dimana 16HAKTP masih menjadi salah satu program kerja yang disetujuinya.

Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 25 November hingga 10 Desember ini lebih fokus untuk membahas kekerasan terhadap perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Difa Shafira selaku ketua pelaksana 16HAKTP ini mengaku yang membedakan acara tahun ini dengan tahun-tahun sebelumnya adalah terbuka untuk umum dan melibatkan public figure untuk turut menyukseskan acara ini. “Opening Event-nya kemarin ada Atiqah Asilohan, Putri Ayudiya, mereka membacakan puisi sesuai dengan temanya. Dengan adanya public figure tadi menarik massa untuk datang,” jelas Difa ketika ditemui ASPIRASI pada Jumat (8/12).

Tak hanya kampanye guna meningkatkan awareness kepada masyarakat melalui media sosial, acara ini juga turut mengadakan seminar, workshop dan diakhiri dengan diskusi film pada Jumat (8/12) di Ruang 405 Gedung C FH UI. Diskusi film kali ini menampilkan dua film, yaitu Buka Tutup film karya mahasiswa UI yang membahas pelecehan terhadap mahasiswa dan hUSh karya Djenar Maesa Ayu dan Kan Lume yang menggambarkan realita bagaimana stigma masyarakat berpengaruh terhadap perempuan.

Film hUSh menampilkan sebuah cerita fiktif yang dibuat seperti cerita nyata kehidupan Cinta Ramlan, sang pemeran utama. Pelecehan seksual yang dialami oleh Cinta membuatnya trauma dan mengingat secara detil kejadian yang ia alami pada masa kelam itu. Pelecehan seksual yang dianggap tabu oleh kebanyakan masyarakat Indonesia membuat banyak perempuan yang mengalaminya menjadi bungkam. Berbeda dengan Cinta, dirinya berani membicarakan pelecehan seksual yang pernah ia alami. “Film hUSh sangat menggambarkan realita yang terjadi di masyarakat saat ini, dan memang kenyataannya seperti itu,” jawab mahasiswi hukum angkatan 2016 ini.

Menurut Difa, semua orang punya ceirta kehidupan masing-masing. Dengan adanya Cinta yang bisa menceritakan hal-hal intim dalam kehidupannya membuat tagline dari film ini yaitu speak your silence and make them listen berhasil tersampaikan. “Berbicaralah jika kekerasan seksual itu terjadi. Karena jika itu terjadi, itu tidak sepenuhnya salah perempuan,” ungkap mahasiswi yang gemar membaca novel ini. Ia berharap dengan terlaksananya acara ini masyarakat bisa lebih memahami kekerasan tanpa melihat jenis kelamin. “Ketika masyarakat sudah memiliki perspektif seperti itu tidak menutup kemunkinan untuk merubah terhadap aspek hukum lainnya,” tutupnya malam itu.

Magang : Fikriyah Mg. |Editor : Nadia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *