Memoar Seorang Demonstran
Aspirasionline.com –
Judul : Catatan Seorang Demonstran
Penyunting : Ismid Hadad, Fuad Hashem, Aswab Mahasin, dan Daniel Dhakidae
Penerbit : LP3ES
Tebal : xx + 385
Di tengah banyak pemuda yang mengkritisi kebijakan pemerintah, barangkali tidak sulit untuk mengingat salah satu yang paling santer diantaranya. Ialah Soe Hoe Gie, pemuda asal Tionghoa yang hidup pada masa orde lama, yang kemudian menjadi tokoh penting dalam pergerakan di Indonesia saat itu. Ia menjadi tonggak mahasiswa untuk turun ke jalan, melakukan aksi demontrasi demi menyibak sebuah represi. Lewat jajak pendapatnya yang kemudian terangkum dalam buku Catatan Seorang Demonstran.
Buku setebal 385 halaman itu berisi mengenai catatan harian Gie, terhitung sejak ia masih kecil hingga menjelang akhir hayatnya, akibat keracunan gas di puncak Gunung Semeru pada 1969. Catatan hariannya berisi tentang kejadian sehari-hari, perasaan, dan pikiran yang ia alami. Buku ini dibagi menjadi delapan sub bab yakni Bagian 1 Soe Hok Gie: Sang Demonstran, Bagian ll (Masa Kecil), Bagian lll (Di Ambang Remaja), Bagian lV (Lahirnya Seorang Aktivis), Bagian V (Catatan Seorang Demonstran), Bagian Vl (Perjalanan ke Amerika), Bagian Vll (Politik, Pesta, dan Cinta), dan bagian Vlll (Mencari Makna).
Semasa hidupnya, Gie banyak menulis di berbagai media cetak, seperti yang dimuat di Kompas dan Sinar Harapan. Tulisannya itu berupa kritik tajam terhadap pemerintah, yang pada saat itu di bawah naungan rezim Soekarno. Dalam catatan hariannya, disebutkan bahwa ketika orang lain senang bertemu dengan Soekarno, ia malah menganggap Soekarno sebagai sosok yang bermoral buruk. Ia begitu lantang menyuarakan pandangannya tersebut. Hal ini dilakukan untuk mencapai perubahan. Sebab mahasiswa dikenal dengan sebutan “agent of change“ dimana mereka merupakan penyambung aspirasi rakyat kepada pemerintah.
Dalam catatannya, ada bagian yang membahas mengenai cinta. Hal itu merfleksikan Gie sebagai manusia yang mendamba sebuah kehidupan manusia lainnya. Sebuah kerinduan yang jarang ia tanya.
Selain itu, lewat buku Catatan Seorang Demonstran, pembaca dapat melihat bagaimana pergolakan pemikiran seorang pemuda yang kritis dan idealis. Ia tak akan serta-merta menerima peristiwa-peristiwa yang menurutnya tak adil. Bahkan sejak ia berusia 14 tahun sudah merasakan apa itu kesewenang-wenangan, dimana gurunya mengurangi nilai mata pelajaran Ilmu Bumi terhadapnya, padahal ia adalah murid terpintar dalam pelajaran tersebut.
Buku yang disusun lewat pengumpulan karya tulisan Gie di berbagai media cetak ini membuat catatan hariannya menjadi tidak lengkap, dan alur cerita terpotong-potong. Terlepas dari semua itu, buku ini menarik untuk dibaca sebab mengandung nilai sosial, politik, dan ekonomi serta mengangkat sisi lain pemerintahan Soekarno. Pembaca dapat menyelami kehidupan rakyat Indonesia sekitar tahun 1960-an, lewat penggambaran mahasiswa era orde lama saat itu.
Buku ini juga dapat menjadi bahan renungan dan mengajarkan kepada pembaca agar tidak menjadi orang yang apatis terhadap lingkungan sekitar, seperti yang tergambar dalam sosok Gie. Melalui buku ini, diharapkan pembaca dapat bersikap kritis terhadap kinerja pemerintah. Berani melakukan perubahan untuk menuju keadaan yang lebih baik.
Penulis : Hasna Dyas Mayastika |Editor: Triditrarini Saraswati