Rayakan Dies Natalis Kelima dengan Bahasan Independensi Pers
Rayakan dies natalis kelima, LPM Marhaen UBK hadirkan beberapa acara, mulai dari interactive talkshow, pameran fotografi, dan pentas seni budaya.
Aspirasionline.com – Sabtu (29/3), Lembaga Pers Mahasiswa Marhaen Universitas Bung Karno (UBK) mengadakan acara dies natalis yang kelima dengan mengusung tema “Independensi Pers Dalam Kebhinekaan”. Acara ini dikemas dalam bentuk interactive talkshow, pameran fotografi dan pentas seni budaya.
Ketua Pelaksana Meyzka Da Reisa menjelaskan bahwa pemilihan tema tersebut dikarenakan pers dalam masyarakat multikulturalisme dan demokrasi sangat penting. Ia pun mengatakan bahwa pers yang bebas dan bertanggung jawab, memegang peranan penting dan merupakan salah satu unsur bagi negara pemerintahan yang demokratis, dan independensi pers sangat diperlukan sebagai dasar sikap kemerdekaan berita dan penyampaian secara objektif.
“Karena itu, kami mengadakan talkshow pada acara ini, dan diisi dengan pemateri yang memang kompeten dalam bidangnya,” ujarnya. Ia pun berharap agar acara dies natalis ini dapat menjadi tempat yang positif dan untuk mengembangkan kesadaran berpikir kritis dan saling menghormati.
Acara yang dimulai pada pukul 13.00 WIB tersebut dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dari UKM Paduan Gema Swara UBK. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng sebagai bentuk simbolik dari Wakil Rektor empat selaku perwakilan pihak universitas kepada pimpinan umum LPM Marhaen dan ketua pelaksana dies natalis. Kegiatan dies natalis dilanjutkan dengan penampilan teater bertemakan Kebhinekaan dari UKM Tari UBK.
Acara yang bertempat di Auditorium Universitas Bung Karno itu dilanjutkan dengan interactive talkshow yang dipimpin oleh Jurnalis TV One, Dita Faisal. Interactive talkshow tersebut diisi oleh tiga orang yakni; Imam D Nugroho, Teguh Santosa, dan Wenri Wahar.
Interactive talkshow yang dimulai pada pukul 14.30 WIB, pertama kali di buka oleh Imam D Nugroho dari Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) dengan membahas tema “Kode Etik Jurnalistik Terkait Prinsip Dasar Independensi Pers.” Imam menjelaskan bahwa pentingnya pemahaman akan kode etik jurnalistik dan UU pers bagi setiap jurnalis di Indonesia. Ia pun menuturkan bahwa sejatinya seorang jurnalis atau pers haruslah mempunyai independensi sendiri dan tidak bergantung kepada siapapun. “Kita sebagai pers haruslah mempunyai independensi sendiri akan tetapi kita harus berpihak, berpihak kepada siapa berpihak kepada kebenaran,” terang Imam.
Materi kedua dengan tema “Cara Menanggapi Berita pada Media Sosial dan Informasi” yang dipaparkan oleh Teguh Sentosa dari Perwakilan Wartawan Indonesia (PWI). Ia menekankan bahwa pentingnya untuk tidak mempercayai sesuatu hal hanya berdasarkan satu sumber saja, melainkan haruslah berusaha untuk mencari kebenaran yang ada dari berbagai sumber. “Tidak masalah kalau kita mendengar, melihat, atau membaca suatu informasi, yang menjadi masalah adalah ketika kita mengimani informasi tersebut begitu saja,” ujar Teguh.
Materi terakhir dari talkshow tersebut membahas “Perkembangan Pers Indonesia” dibawakan oleh Wenri Wahar. Ia pun menjelaskan mulai dari perkembangan pers di Universitas Bung Karno hingga perkembangan pers saat dulu sampai sekarang.
Acara dilanjutkan oleh diskusi mengenai independensi pers yang berlangsung mendapat tanggapan positif dari para peserta talkshow tersebut. Kegiatan yang dihadiri oleh sekitar 100 orang tersebut berakhir pada pukul 17.00 WIB dengan pemberian doorprize serta pengumuman pemenang lomba fotografi.
Reporter : Taufiq Mg. |Editor : Donal