Viral Skip Challenge, Heri Wibisono: Dapat Berujung Kematian
Perkembangan era global saat ini mendukung penyebaran informasi ataupun aksi-aksi tak terpikirkan manusia, salah satunya adalah Skip Challenge.
Aspirasionline.com – Skip challenge merupakan sebutan dari remaja Indonesia untuk permainan pass out challenge. Dengan tagar #SkipChallenge yang beredar di Indonesia, terlihat seseorang yang berdisi bersandar ke tembok diikuti beberapa temannya yang menekan dadanya dengan keras, hingga jatuh karena kehilangan kesadaran, kejang-kejang selama beberapa detik diikuti gelak tawa teman-temannya dan siuman.
Skip challenge sendiri mengakibatkan terhentinya asupan Oksigen (O2) sehingga seseorang yang memainkan tantangan itu jatuh tak sadarkan diri, lalu beberapa saat setelahnya akan siuman kembali. Heri Wibisono selaku Dosen Fisioterapi UPN “Veteran” Jakarta (UPNVJ) mengatakan, salah satu dampak dari skip challenge adalah hipoksia. “Ketika diberikan penekanan sampai kehilangan kesadaran, bisa berdampak terjadi hipoksia yaitu kekurangan oksigen pada sel darah,” jelasnya ketika ditemui ASPIRASI Jumat (20/03).
Heri mengatakan bahwa dalam penekanan dada tersebut ada dua sistem yang menjadi penyebab dari hipoksia terjadi, yaitu sistem vaskuler dan sistem pernapasan. “Pada sistem pernapasan, seperti yang kita ketahui bahwa selama terjadi penekanan, maka pertukaran oksigen tidak terjadi,” katanya. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pada sistem vaskular yang terdiri dari jantung dan pembuluh darah akan berhubungan dengan sistem pernapasan tadi. Dalam proses pernapasan, ada proses dari jantung ke paru-paru dimana dalam proses tersebut kan mengikat Oksigen (O2) dan melepaskan Karbon Dioksida (CO2).
Ketika sel darah tersebut dibawa oleh jantung dan dilepaskan ke seluruh tubuh, maka orang yang kekurangan oksigen tadi akan mengalami hipoksia. Dan ketika otak selama 3 menit tidak mendapatkan pasukan oksigen, maka sel-sel otak tersebut bisa mati. “Sel-sel dalam otak bisa mati dan rusak, dan otak merupakan pusat sistem saraf. Tugasnya mengoordinasikan sistem-sistem dalam tubuh, salah satunya pernapasan,” ujar pria yang juga mengajar mata kuliah anatomi tersebut.
Selain itu kelumpuhan juga bisa didapati apabila sel-sel di dalam otak tersebut rusak. Kelumpuhan yang terjadi bisa secara sementara ataupun permanen. Tantangan skip challenge juga dapat berujung maut, karena adanya patahan tulang yang menusuk organ jantung atau pun paru-paru. “Ketika ada penekanan dan tulangnya tidak kuat, bagian iga ini kalau patah, patahannya akan menusuk jantung atau pun paru-paru, sudah innalillahi lah itu,” tuturnya meringis.
Tak hanya berbahaya bagi orang dewasa, skip challenge ini juga sangat berbahaya bagi anak yang masih dibawah umur. Jelas Heri, anak dibawah umur masih dalam tahap tumbuh dan berkembang. Dibagian dada sendiri, ketika bernapas akan ada gerakan ekspansi torak, atau mengembangnya torak tersebut secara maksimal. “Ketika diberi penekanan, maka ototnya tadi tidak akan mengembang. Perkembangan otot-ototnya tidak akan maksimal untuk anak dibawah umur,” jelas pria yang gemar membaca ini.
Terakhir, Heri mengatan bahwa sensasi yang didapat dari skip challenge hanya untuk kesenangan pribadi. “Sensasinya itu kan karena pingsan, abis itu kembali sadar, ya mungkin dianggap pengalaman kayak mati suri,” tutupnya sore itu.
Reporter : Nadia Mg. |Editor : Tri Ditrarini S