Cungkring : Kuliner Langka Khas Bogor
Salah satu destinasi wisata kuliner warga Ibu Kota adalah Bogor. Kota hujan ini menyajikan berbagai macam makanan unik bagi pecinta kuliner, salah satunya adalah cungkring.
Aspirasionline.com – Jika berkunjung ke Bogor sempatkanlah diri untuk berkunjung ke Jalan Surya Kencana. Pada pagi hari, jalan tersebut bak surga bagi para pecinta kuliner, dimana terdapat berbagai gerobak hingga kios jajanan mulai dari siomay, soto, asinan, hingga satai. Salah satu kuliner yang wajib dicicipi adalah Cungkring, makanan khas Bogor yang sayangnya cukup sulit untuk ditemui di daerah kota hujan ini.
Muhammad Deden salah satu penjual cungkring ini mengatakan bahwa cungkring merupakan singkatan dari Cungur Kering, “Namanya Goreng Cungur. Cungur kering pakai gorengan,” jelasnya kepada ASPIRASI (14/4). Pria yang kerap dipanggil Bang Deden ini menceritakan bahwa awalnya, bapaknya yang bernama Pak Jumat memanggul lalu keliling untuk menjajalkan dagangannya. Tetapi sejak 2010 peminat cungkring meningkat sehingga menetap di Jalan Surya Kencana. Ia juga menuturkan bahwa usaha ini sudah memasuki generasi ketiga. “Usaha ini sudah dimulai sejak tahun 1975 oleh kakek saya, dan saya meneruskan usaha ini sebagai generasi ketiga,” tambahnya.
Lebih lanjut, pria yang lahir di Bogor ini menjelaskan proses pembuatan cungkring. Pertama-tama ia akan mengerik satu persatu bulu pada kaki sapi agar tidak bau, setelah itu kaki tersebut akan dipisahkan menjadi 3 bagian yaitu kulit, kikil dan urat. Bagian tersebut akan dipotong-potong lalu direbus selama 5-6 jam, hal ini tergantung pada usia sapi, jika semakin tua maka proses rebusnya pun akan semakin lama. Lalu cungkring dapat disajikan diatas kertas nasi berbalut daun pisang bersamaan dengan lontong dan gorengan tempe. Cungkring disirami bumbu kacang, ditaburkan bawang goreng sebagai pelengkap dan dinikmati dengan dua tusukan sate. “Untuk ngebedain sih, rasanya unik dari bumbu kacangnya. Ada rahasia sendiri yang bikin beda,” ungkapnya sembari memotong kikil sapi.
Menurutnya, cungkring ini bisa dikatakan makanan khas bogor karena hanya bisa didapatkan di Bogor saja. “Cungkring ini mah tepatnya makanan jadul (jaman dulu,red),” ujar Deden. Dalam sehari, ia bisa membeli 3 potong kaki sapi dan bisa menjual 70 porsi cungkring. Harga yang ditawarkan untuk satu porsi cungkring ini adalah Rp.15.000, tetapi untuk menambah potongan kikil, urat, ataupun kulit akan ditambahkan biaya sebesar Rp. 5.000.
Masih tetap memakai panggul, Cungkring Pak Jumat ini bisa dinikmati setiap hari mulai pukul 06.30 WIB hingga 10.00 WIB. Tetapi sayang, karena berjualan di bahu jalan (trotoar, red), pembeli yang ingin makan di tempat tidak disediakan bangku sehingga harus duduk di trotoar atau menumpang pada kios makanan lain. Meski demikian, hal tersebut tidak mengurangi ketertarikan pembeli untuk mencicipi hidangan ini.
Ketika waktu menunjukan pukul 08.37 masih banyak pembeli yang datang untuk menikmati seporsi cungkring ini tetapi terlihat bahan-bahannya sudah tinggal sedikit. “Kalau untuk hari libur kayak sekarang mah lebih cepat habisnya. Kalau pagi masih banyak uratnya, sekarang mah tinggal beginian (kikil dan kulit, red). Urat pasti habis duluan,” ujar pria kelahiran 10 Juli. Ia juga mengungkapkan, bahwa bagian yang paling digemari dari cungkring ini adalah urat karena teksturnya yang nikmat untuk dikunyah. Ia juga mengakui, bahwa peminat dari cungkring ini memang banyak dari warga kota Bogor, tetapi di hari libur pembeli dari luar kota juga banyak khususnya Jakarta.
Selain itu ia juga menambahkan, bahwa keluarganya telah membuka cabang yaitu di depan sebuat swalayan yang letaknya tak jauh dari lokasinya. Berbeda dengan Bang Deden yang memakai panggul, cabang tersebut dikelola kakak iparnya menggunakan gerobak kecil. Deden mengatakan bahwa untuk cabang tersebut, rasanya sama dengan yang yang dikelolanya di Jalan Surya Kencana.
Eli, salah satu pembeli cungkring ini mengungkapkan bahwa rasa dari cungkring ini unik. “Walaupun baru dua kali beli, rasanya unik mirip-mirip bocong gitu,” katanya sembari memesan satu porsi cungkring. Ia juga menambahkan bahwa hidangan yang paling ia sukai adalah gorengannya. “Tempenya unik, beda gitu dari gorengan lain,” tutupnya.
Reporter : Nadia Mg. |Editor : Donal