Bir Khas Betawi yang Kaya Rempah-Rempah

CategoriesKulinerTagged , ,

Bir pletok adalah minuman khas betawi yang memiliki sejarah dan cerita yang menarik. Selain itu, minuman ini juga kaya akan rempah-rempah.

Aspirasionline.com – Berbicara mengenai bir, tentu pikiran kita akan tertuju pada minuman yang menghilangkan kesadaran seseorang (memabukkan). Akan tetapi tidak dengan bir khas betawi yang biasa dikenal dengan bir pletok. Bir pletok merupakan minuman tradisional khas betawi yang tidak mengandung alkohol sedikit pun, melainkan mengandung rempah-rempah seperti jahe, cengkeh, lada hitam, dan sebagainya.

Salah satu pengusaha bir pletok, Endang Suratman mengatakan bahwa bir pletok ada, karena sebagai budaya tanding dari wine belanda. “Konon dulu orang Belanda tingkat strata sosialnya diukur dari seberapa banyak wine yang dituang pada pesta, orang betawi yang notabene muslim melihat bahwa semakin baik tingkat sosial dilihat dari itu. Maka dibuatlah bir pletok sebagai budaya tanding wine Belanda,” ujar pria yang menjalankan usahanya di Perkampungan Budaya Betawi, Setu Babakan RT 09/08 No.43 Jakarta Selatan.

Nama bir pletok sendiri memiliki cerita, menurut Endang ada dua versi cerita. “Versi yang pertama, karena jika wine itu di kocok-kocok akan berbusa kemudian setelah kita buka tutup botol wine tersebut maka terdengar suara pletok, maka demikian juga dengan bir pletok. Lalu versi kedua karena dimasukkannya bir pletok ke dalam bambu lalu dicampurkan dengan es batu kemudian dikocok-kocok akan terdengar suara pletok-pletok,” jelasnya saat ditemui ASPIRASI pada Kamis (2/3).

Lebih lanjut pria yang kerap disapa bang uu itu menjelaskan bahwa bahan-bahan pembuatan bir pletok kurang lebih menggunakan 13-14 jenis rempah-rempah. “Rempah-rempah tersebut antara lain, jahe, kapolaga, cabe jawa, lada hitam, biji pala, kayu manis, kayu mesoyi, cengkeh, pandan wangi, sereh wangi, gula, garam, kembang lawang/pekak dan kayu secang sebagai pewarnanya,” tambahnya.

Endang menjual bir pletoknya dengan dua ukuran yang berbeda. Ia memasang tarif 13.500 rupiah untuk ukuran besar sedangkan yang kecil seharga 7.000 rupiah. Pria yang selama 2 tahun memproduksi usaha turun temurun ini berharap agar generasi muda dapat mencoba bir pletok agar dapat tahu rasanya. Kemudian dia juga berharap agar ke depannya anak cucunya tetap mempertahankan bir pletok ini, karena bir pletok merupakan bagian dari budaya kearifan lokal yang perlu dijaga dan dikembangkan.

Reporter : Ardhi Mg. |Editor : Salma

About the author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *