Budaya vs Tren : Gerakan Budaya Indonesia Dalam Balutan Animasi

Nasional

Event talk dan panel discussion Budaya vs Tren diselenggarakan oleh komunitas Indonesia Creativepreneur untuk mengajak generasi muda agar mereka sadar dengan budaya lokal yang dimiliki bangsa Indonesia baik tradisi maupun karakter.

Aspirasirasionline.com – Budaya vs Tren ialah suatu event talk dan panel discussion yang diusung oleh komunitas Indonesia Creativepreneur dalam rangka meningkatkan kesadaran generasi muda akan kebudayaan lokal yang dimiliki oleh negaranya sendiri. Acara ini diadakan pada Selasa, 21 Februari 2017 di Auditorium Galeri Indonesia Kaya – Grand Indonesia West Mall 8th floor.

Budaya vs Tren merupakan acara keempat yang diadakan oleh Indonesia Creativepreneur, yang mana sebelumnya komunitas ini telah mengadakan beberapa acara seperti video, youtube konten, dll. Acara ini dihadiri oleh 3 orang kreatif sebagai pembicara. Pertama ialah Dana Riza, seorang creator dari film animasi lokal Adit Sopo Jarwo yang juga merupakan seorang produser dan sutradara animasi keenam Indonesia. Kedua, ada Vendy Satria yang mana ia memiliki visi membangun dunia kreatif Indonesia agar bisa menjadi Negara kreatif di Asia Tenggara dan di usianya yang masih terbilang muda ia berani untuk membangun perusahaannya (Bouwen Creative) sendiri dari nol bersama dengan timnya yang memiliki passion yang sama. Terakhir ialah Yulio Darmawan, alumnus terbaik dari Universitas Multimedia Nusantara yang mana ia dan timnya memproses sebuah film pendek animasi berjudul Lakuna ketika masih kuliah dan berhasil menjadi finalis di ajang Hello Fest tahun 2016 lalu.

Acara yang berlangsung di Grand Indonesia ini menyungsung tema Gerakan Budaya Indonesia Dalam Balutan Animasi. Caroline selaku ketua acara mengatakan bahwa terkadang generasi muda masih bingung antara mengikuti tren atau budaya lokalnya, seharusnya mereka dapat memelihara kebudayaan mereka meskipun telah ada tren seperti yang dilakukan oleh Negara Korea Selatan, India, dan Jepang. “Jadi aku dan tim tergabung dalam komunitas yang bertujuan untuk mengumpulkan orang-orang kreatif yang ada di industri kreatif dan mendukung mereka agar mereka mau fokus dengan apa yang mereka suka dan menjadikan itu sebagai pekerjaan tetap mereka,” ujar Caroline, Rabu ( 22/2 ). Ia menambahakan bahwa dalam acara ini kita tidak hanya ingin orang-orang kreatif menjadi kreatif saja dan karya mereka dibiarkan saja, tetapi kita juga ingin mereka paham kalau ternyata karyanya itu bisa dijual.

Ide untuk melaksanakan acara ini sudah sejak awal januari dan ide nama acara ini timbul pada pertengahan Januari. Para peserta yang mendaftarkan diri sejumlah 90 orang namun peserta yang hadir hanya sekitar 20 – 30 orang dalam rentang usia milenial (kelahiran 1980 – 2000an). Hal ini dikarenakan cuaca yang tidak mendukung dan adanya pelaksanaan demo serta banjir yang melanda beberapa wilayah. Peserta yang hadir dalam acara ini mendapatkan buah tangan dari panitia acara.

Tidak ada hambatan yang dialami sebelum acara. “Kalo kendala sih tidak ada, pembicara yang kami undang sangat terbuka apalagi para mereka juga senang dengan adanya acara ini. Awalnya kami tidak mempunyai koneksi Dana dan timnya, kemudian aku pribadi kontak dia melalui pesan pribadi di instagramnya dan dia setuju lalu memberikan nomor telponnya agar kita bisa menghubunginya,” tutur Caroline.

Untuk kedepannya, komunitas ini berencana untuk mengadakan suatu acara lagi namun lebih fokus ke ilustrasi. “ Untuk kedepannya dalam waktu dekat kita mau bikin tentang ilustrasi,” tutup Caroline, Rabu ( 22/2 ).

Reporter : Syafira Mg. |Editor : Donal

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *