Tolak Komersialisasi Pendidikan, Mahasiswa ISBI Lakukan Aksi di Gedung Rektorat
Aspirasionline.com – Pada Kamis (2/2), malam hingga Jumat (3/2) siang, 52 mahasiswa menduduki gedung Rektorat Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Bandung sebagai bentuk protes terhadap kebijakan status non-aktif bagi mahasiswa yang telat membayar Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP).
“Latar belakang semuanya adalah komersialisasi kampus, dari mulai kebijakan kenaikan SPP tiap tahunnya, kebijakan denda 2% kelipatan bagi keterlambatan SPP per hari, kehadiran bank yang jadi regulasi pembayaran. Sampai yang kemarin berbuah aksi pendudukan rektorat, yaitu kebijakan status non-aktif bagi yang telat membayar SPP,” ujar Nofal selaku koordinator kuisioner dalam aksi tersebut kepada ASPIRASI melalui pesan chat.
Aksi pendudukan diinisiasi oleh Komite Mahasiswa Bandung-ISBI dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ISBI. Melalui konsolidasi, diputuskan untuk melakukan pendudukan serta penempelan seluruh kertas angket ketidakpuasan mahasiswa yang telah dikumpulkan sebelumnya di tembok gedung Rektorat. Mereka lalu menginap di depan gedung Rektorat. Pagi harinya, massa makin bertambah hingga mencapai 52 orang.
Pada Jumat (3/2), pukul 09.08 WIB, Wakil Rektor I Benny Johanes membuka pintu gedung Rektorat dan membiarkan seluruh massa aksi masuk. Perwakilan mahasiswa yang diwakili juru bicara Moch. Chandra Irfan menyampaikan aspirasinya kepada pihak kampus yang diwakili oleh Wakil Rektor I Benny Johanes Wakil Rektor II Retno Dwi Marwati.
Diskusi menghasilkan Surat Keputusan dengan poin-poin yang intinya lembaga memberikan keringanan selama 30 hari setelah 3 Maret 2017, dengan syarat mahasiswa membuat surat pernyataan, batas waktu permohonan surat pernyataan kesanggupan membayar terakhir tanggal 13 Februari 2017. Dengan adanya kebijakan baru dari pihak kampus, aksi pendudukan selesai pada Jumat siang. “Untuk yang kemarin sudah selesai, semua tuntutan dikabulkan,” tutup Nofal.
Reporter: Berlian Mg. |Editor: Sandy