Tertib Dunia Baru Dalam Pespektif Islam
Aspirasionline.com – Saat ini dunia sedang menghadapi situasi yang amat sangat menyedihkan. Sering kali kita menemukan berita mengenai peperangan yang terjadi di Timur Tengah, negara-negara adidaya dengan gencarnya melakukan penyerangan dengan motif-motif tertentu. Apa yang telah terjadi di Irak, Libya, Syiria, dan negara-negara Timur Tengah lainnya merupakan penggambaran bahwa dunia ini sedang mengalami krisis, yakni krisis moralitas, krisis kemanusiaan, namun juga tidak lupa dengan krisis sistem.
Mata dunia sekarang ini sedang tertuju pada dampak atas peperangan di Timur Tengah. Belum lama ini kita melihat seorang anak kecil bernama Omran Daqneesh yang terdiam di mobil ambulan setelah penyerangan militer di daerah pemukiman Qaterji di Syiria. Selain Omran, banyak sekali anak-anak, wanita, bahkan keluarga yang melakukan migrasi besar-besaran karena terkena dampak dari perang-perang yang terjadi di Timur Tengah. Baik karena invasi, maupun perang saudara.
Kondisi-kondisi tersebut mengingatkan penulis kepada pertemuan penulis dengan tuan Rafiq Mubarak dari Rabwah, Pakistan. Disaat kunjungan beliau ke Indonesia beberapa pekan lalu, penulis pernah bertanya mengenai tatanan/tertib dunia baru, apa yang beliau utarakan benar-benar membuka pemikiran penulis mengenai krisis timur dengan beserta dampaknya kepada dunia.
Penulis teringat saat beliau berkata bahwa, “invasi yang terjadi di Timur Tengah baik dulu maupun sekarang sudah memberikan dampak kepada dunia pada umumnya, saat ini bayang-bayang perang dunia ketiga sudah nampak didepan kita tanpa kita sadari.” Beliau juga mengutarakan mengenai kondisi-kondisi negara-negara timur tengah saat ini, “namun sekarang negara-negara adidaya tidak lagi mencari minyak, namun mereka sudah mulai terfokus kepada silikon yang berada di Afganistan. Seperti kita tahu, teknologi sekarang ini baik yang diperuntukan kepada sipil (Handphone, Laptop, Baterai –red) maupun yang diperuntukan kepada militer (alat-alat peperangan –red) membutuhkan silikon sebagai salah satu penunjang teknologi tersebut.”
Dari setiap peperangan yang terjadi, atau setiap hal yang kita lakukan baik dalam skala kecil maupun besar, pasti akan menimbulkan dampak. Dampak dari peperangan adalah kehancuran. Walaupun sejak perang dunia kedua berakhir, PBB sudah melaksanakan konferensi untuk membahas mengenai Hukum Humaniter (hukum mengenai tata cara berperang, rekonstruksi dampak perang, dan perlindungan terhadap warga sipil) tetap saja tidak menghindari medan perang dari dampak yang telah diberikan. Selain nyawa warga sipil melayang, dampak kepada negara dalam sektor ekonomi, politik, pembangunan dan lain sebagainya juga menjadi dampak serius atas peperangan yang terjadi.
Sekarang ini dunia sedang menanti-nantikan Tertib Dunia Baru. Berbicara mengenai tertib dunia baru atau New World Order (N.W.O) tidak mengelakan pikiran kita dari teori konspirasi mengenai tertib dunia baru. Konspirasi yang hadir mengenai tertib dunia baru seperti pemangkasan jumlah manusia yang hidup di bumi hingga Illuminati sudah menjadi makanan sehari-hari penikmat teori konspirasi. Namun apakah sesungguhnya yang terjadi dengan sistem di dunia ini? Sistem baru seperti apakah yang dinanti-nantikan dunia saat ini?
Dunia sedang terjebak dengan sistem riba, lembaga-lembaga keuangan dunia yang memberikan “pinjaman” kepada negara-negara yang membutuhkan biaya untuk pembangunan menerapkan sistem riba dalam menjalankan organisasinya. Negara-negara yang telah terjebak dalam sistem ini dengan meminjam uang atau dipinjamkan uang oleh lembaga-lembaga terkait tidak hanya terfokus dengan bagaimana membangun negaranya, namun juga bagaimana mengembalikan uang yang dipinjamkan beserta bunga yang tidak sedikit jumlahnya.
Seperti apa yang telah terjadi di beberapa negara di dunia ini, dampak daripada sistem riba berpengaruh juga kepada kelangsungan hidup warga negara tersebut. Warga negara dibebankan dengan pajak yang banyak bentuknya dan tidak sedikit jumlahnya. Pembayaran hutang negara juga menjadi fokus utama alokasi dana pajak yang dibayarkan warga negara kepada negaranya. Apabila sistem ini berjalan terus, maka akan semakin banyak janda-janda kelaparan dan anak-anak yang putus sekolah.
Islam dengan terang-terangan menentang bahkan mengharamkan riba. Dalam Al Qur’anul Karim, banyak firman-firman Allah Ta’ala yang mengharamkan riba dan mengharamkan memakan uang riba seperti tercantum pada Surah An-Nisa ayat 161, Surah Al-Baqarah ayat 275, dan lain sebagainya. Apabila kita menelaah lebih jauh, Allah Ta’ala sudah memfirmankan bahwa dampak daripada riba ini meluas hingga ke orang-orang di sekitar pihak yang terjebak sistem riba tersebut.
Disaat kita berbicara mengenai korelasi antara tertib dunia baru dan Islam, paradigma kita selalu mengarah ke ISIS yang sudah jelas tidak menggambarkan representasi Islam yang sesungguhnya. Perjuangan membentuk sistem baru sebenarnya tidak hanya terfokus kepada bagaimana mendirikan negara islam, namun juga bagaimana mendirikan sistem yang dapat menjadi rahmat bagi semesta alam; Islam sendiri sudah mempunyai sistem zakat yang memberikan tanpa mengharap kembali. Sistem zakat sendiri merupakan sistem dengan mengutamakan kelangsungan hidup bagi orang yang diberikan daripada mengutamakan keuntungan atau pengharapan kembali bagi orang yang memberikannya. Selama ini kita menerapkan sistem zakat atau sedekah hanya dalam intensitas kecil seperti zakat pembangunan masjid, santunan bagi anak yatim dan orang tidak mampu, dan lain-lain.
Dalam surah Al-Baqarah ayat 275, Allah Ta’ala berfirman “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah…” makna dari ayat ini menurut hemat penulis tidak hanya bagi sistem riba dan sistem sedekah itu sendiri, namun juga dampak-dampak dari riba yang memusnahkan dan dampak-dampak dari sedekah yang menyuburkan. Apabila masyarakat internasional sudah tertuju kepada sistem zakat/sedekah menurut ajaran Islam, serta mengupayakan untuk menjalankan sistem zakat sebagai tertib baru, penulis yakin tidak akan ada lagi janda-janda kelaparan dan tidak akan ada lagi anak-anak putus sekolah, tidak akan ada lagi kesenjangan sosial serta tidak akan ada lagi negara miskin di dunia ini.
Semoga kita semua dapat menyadari bahaya daripada sistem riba yang sekarang sedang menjerat dunia, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Serta penulis berharap kesadaran masyarakat internasional dalam menjalankan sistem baru ini, sehingga Tertib Dunia Baru yang dicita-citakan oleh seluruh masyarakat dunia dapat terlaksana dengan sempurna. Penulis juga berharap penerapan sistem yang penulis uraikan dalam tulisan ini dapat menggambarkan wajah Islam yang sesungguhnya yakni sebagai rahmat bagi semesta alam.
Oleh : Sadiq Ahmad Adhetyo ||Mahasiswa Fakultas Hukum UPN “Veteran” Jakarta angkatan 2013, semseter 7