Simpang Siurnya Dana Praktikum FIK

CategoriesBerita UPNKabar Kampus

Aspirasionline.com – Digabungnya jadwal praktikum di Fakultas Ilmu Komputer (FIK), menimbulkan kesimpang-siuran mengenai dana praktikum. Tak hanya itu, hal ini menimbulkan opini yang beragam dari mahasiswa.

Masuki semester genap di tahun ajaran 2015/2016, FIK UPNVJ telah menggabung jadwal praktikum dengan mata kuliahnya. Hal ini berbeda dengan semester sebelumnya, dimana jadwal praktikum ada di jadwal yang berbeda dengan mata kuliahnya.

Perbedaan pelaksanaan pembelajaran tersebut, tidak membuat adanya perbedaan mengenai dana praktikum di FIK. Terlebih untuk mahasiswa lama, angkatan 2014 dan angkatan sebelumnya. Untuk angkatan 2015 tidak dikenakan dana praktikum. Hal ini dikarenakan mereka masuknya di Uang Kuliah Tunggal (UKT). Jadi, dana praktikum sudah masuk ke dalam UKT. “Kita memang lagi membahas hal tersebut, mahasiswa yang lama mengikuti aturan yang lama. Tapi nantinya kita bahas lagi,” ujar Rudhy Purabaya, Wakil Dekan (Wadek) II FIK.

Senada dengan Wadek II FIK, Agung Dwi Nugraha, ketua BEM FIK mengatakan bahwa dari BEM sudah sering naik ke dekanat untuk membahas masalah dana praktikum ini. “Terakhir dibicarakan saat bukber FIK, saya sudah ngomong ke Wadek II nya. Kemungkinan masalah itu akan dibicarakan lagi saat maba 2016 masuk,” ujar mahasiswa gemar bermain futsal.

Agung mengatakan bahwa ia tidak setuju dengan adanya biaya dana praktikum. “Kalo mau bayar praktikum tidak masalah, tapi praktikumnya harus ada nilainya sendiri. Selain itu, anak FIK tidak cukup belajar teori doang, yang terpenting adalah implementasi langsung,” tuturnya kepada ASPIRASI pada Selasa, 5 Juli 2016.

Rudhy yang menjabat sebagai Wadek II FIK sejak Agustus 2015 lalu menjelaskan bahwa digabungnya jadwal praktikum ini bisa membuat pembelajaran lebih bagus dan efektif. “Misalnya mata kuliah “X” 4 sks, dosen memiliki kebijakan, apakah mau dibagi 2 sks di kelas dan 2 sks lab atau bisa 3 banding 1,” kata Rudhy saat ditemui ASPIRASI di ruangannya.

Muhammad Tri Kurnia, mahasiswa FIK, mengatakan hal yang sama dengan Wadek II FIK bahwa pelaksanaan praktikum lebih baik digabung, karena dalam pembelajaran di kelas pasti ada materi yang harus dibahas dengan praktik. Walaupun dipisah atau digabung jadwal praktikum sebenernya sama saja, yang membedakan adalah cara pengajaran dosennya.

Pria yang akrab disapa Tri ini berpendapat bahwa kalau SKS-nya sudah digabung seperti itu seharusnya pembayarannya dijadikan satu paket. Menurutnya, sistem yang sekarang ini dapat menimbulkan rasa terbebani, walaupun jumlah biayanya tidak terlalu banyak.
“Ditambah lagi, terkadang ada dosen yang memberikan meteri kurang tepat. Ketika mengasih materi tidak jelas dan tidak memperhatikan mahasiswanya,” kata Tri kepada ASPIRASI. Ia menjelaskan bahwa dengan keadaan praktikum yang sudah digabung, seharusnya dosen lebih memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk memberikan materi. “Memang sebagian besar dosennya sudah melakukan sesuai prosedur,” tambahnya.

Tidak berbeda jauh dengan Tri, Nur Muhamad Fazri, mahasiswa Sistem Informasi 2014, mengatakan bahwa adanya dana praktikum harus diikuti dengan dosen yang baik. “Seharusnya dosen yang mengajar praktikum bisa mengarahkan dan mengajarkan secara detail. Selain itu, dosen juga tidak pergi keluar lab setelah memberikan tugas, sehingga mahasiswa tidak merasa dirugikan dengan membayar dana praktikum,” ujar pria penggemar bulutangkis ini.

Reporter: Donal Cristoper Siahaan |Editor: Hersa Khoirunisa

About the author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *