Pencekalan Film “Pulau Buru Tanah Air Beta”, Rahung Nasution: Bentuk Kemunduran Demokrasi

Nasional

Aspirasionline.com- Film Pulau Buru Tanah Air Beta garapan sutradara Rahung Nasution yang dijadwalkan tayang perdana di Pusat Kebudayan Jerman Goethe-Institute pada Rabu sore 16 Maret 2016, batal dilaksanakan. Penyebabnya karena ada organisasi masyarakat yang menyatakan keberatan dan akan melakukan demonstrasi, yang disampaikan melalui pihak Kepolisian Sektor Menteng Jakarta Pusat.
Rahung Nasution menanggapi hal ini sebagai bentuk dari kemunduran yang terjadi pada negara. “Ini kemunduran, di era yang katanya demokrasi tanda petik. Terjadi pembiaran atau memberi ruang pada kelompok intoleran. Sementara kita tau bahwa ada gagasan yang tidak mendapatkan tempat. Para korban 65 yang sampai hari ini tidak diadili: apa yang mereka lakukan, apa kesalahan mereka, sehingga mereka tidak bisa bersuara. Ini suatu kemunduran yang luar biasa. Sikap-sikap seperti ini harus dihadapi bersama,” ujarnya menggebu ketika diwawancarai di KOMNAS HAM pada Rabu malam (16/3).
Pria yang memiliki tato diwajahnya ini pun menceritakan, semua berawal dari Selasa malam (15/3), ketika pihak kepolisian mendatangi Goethe-Institute lalu menanyakan acara pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta. “Mereka (kepolisian) mengatakan ada ormas yang keberatan,” ujarnya.
Akibatnya, pemutaran film dipindah tempatkan ke kantor KOMNAS HAM Menteng Jakarta Pusat dengan pertimbangan keamanan. Sebab menurut Rahung, pada hari itu di Goethe-Institute akan berlangsung juga ujian bagi para siswa/I yang akan menerima beasiswa ke Jerman. “Kita langsung bergerak mencari tempat untuk konferensi pers dan pemutaran secara apa adanya,” ujar pria yang dikenal gemar memasak ini.
Film Pulau Buru Tanah Air Beta sendiri menceritakan kisah Hersri Setiawan -seorang sastrawan Indonesia yang pernah menjadi tahanan politik di Pulau Buru pada tahun 1965 lantaran dituduh bagian Partai Komunis Indonesia oleh rezim Soeharto, yang melakukan ziarah ke makam salah seorang sahabatnya (sesama mantan tahanan) di Pulau Buru.

Teks & Foto: Alfian Putra A.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *