Mengenal Radio Benor, Radio Orang Rimba

Nasional

Aspirasionline.com – Festival Iklim yang diselenggarakan pada tanggal 1 hingga 4 Februari lalu bertemakan ‘Di Bawah 2 Derajat’. Festival yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC) tersebut menghadirkan banyak lembaga dan komunitas, salah satunya adalah Radio Benor. Radio Benor sendiri merupakan radio komunitas orang rimba yang berada di kawasan Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) Provinsi Jambi, dan sekitarnya.

Diketahui, Radio Benor 88,8 FM itu pada mulanya diprakarsai atas inisiatif sebuah lembaga swadaya masyarakat Komunitas Konservasi Indonesia Warsi (KKI-Warsi). Dimana pada saat itu, Warsi memenangkan lomba media kreatif dan pilihannya adalah radio.

“Banyak orang tidak bisa baca tulis, tapi orang pasti bisa mendengar,” kata Elvidayanty kepada ASPIRASI, selaku Tim Produksi di Radio Komunitas Benor 88,8 FM, pada Senin (1/2). Selain itu Radio Benor dijadikan sebagai jembatan komunikasi antara orang rimba dengan orang desa.

Dengan adanya Radio Benor tentu mempermudah akses informasi. Radio yang telah berdiri selama 4 tahun itu menyampaikan informasi mengenai investasi harga-harga hutan, seperti harga karet dan lainnya, pemberitahuan orang rimba yang sakit, obat-obatan, acara nikahan, acara dewa dewa, acara dari desa yang berkaitan dengan orang rimba, hingga cerita tentang adat budaya setempat juga disampaikan.

“Jadi banyak orangtuanya yang pemangku adat ya seperti kepala suku, kadang-kadang bantu kita, minimal jadi narasumber. Dia cerita tentang adat budaya orang rimba, ini loh orang rimba, yang harus orang diluar pahami,” katanya.

Untuk penyiar radio itu sendiri adalah anak rimba, yang mana tidak ada seleksi khusus dalam merekrut anggota. Semuanya terletak atas kemauan anak rimba itu sendiri, “moodnya lagi bagus yaudah dia aja yang siaran, kalau moodnya lagi nggak bagus yaudah kita nggak maksa, jadi kita saja yang siaran,” tambahnya.

Disamping itu masih banyak anak rimba yang kurang percaya diri untuk menjadi penyiar. Hingga saat ini pun hanya ada sekitar 4 orang penyiar dari kalangan anak rimba.

Seorang penyiar rimba, Betulus, mengatakan bahwa dirinya masih merasa malu, namun ia ingin menjadi penyiar. Selain itu Beteduh, yang sudah menjadi penyiar radio benor selama 3 tahun lamanya mengungkapkan alasannya menjadi seorang penyiar radio. “Saya lebih suka menyampaikan yang namanya informasi yang sangat penting dengan masyarakat adat maupun masyarakat luar,” tutur pria berusia 17 tahun itu.

Beteduh berharap, kelak ia bisa mengajar generasi-generasi yang ada dibawahnya, dan juga mengajarkan kepada keluarga dan orang lain agar dapat mengelola radio sendiri .

Reporter : Saras Mg. |Editor : Alfian Putra Abdi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *