Paham Radikalisme Merambat Ke Dunia Pendidikan

Nasional

Aspirasionline.com – Dewasa ini, paham radikalisme di Indonesia sudah masuk ranah pendidikan. Dilansir dari beritamoneter.com, peneliti dari Sinaksak Center Salman Pasaribu H mengatakan salah satu contoh nyata bentuk dari radikalisme adalah dengan ditemukannya buku pelajaran agama yang bertentangan dengan nilai dalam pancasila di Jombang, pada 2015 lalu. Dalam buku tersebut tertera bahwa tidak mengakui keberadaan agama lain sekaligus mengajak untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap penganut agama yang berbeda.

“Itu bentuk radikalisme yang muncul dalam buku pelajaran sekolah. Dari buku pelajaran tersebut, seharusnya pemerintah dapat menelusuri siapa yang berperan dalam penyusunan buku tersebut dan bagaimana buku tersebut bisa lolos sensor. Radikalisme agama tidak boleh ada di Indonesia karena jelas bertentangan dengan nilai pancasila,” ujar Salman, pada Rabu (20/1).

Salam menjelaskan, sebagai sebuah paham, akan sangat mudah mempengaruhi karakter generasi-generasi muda ketika nilai-nilai dalam radikalisme tersebut disisipkan dalam pelajaran sekolah. Hal tersebut bisa saja menjadi bumerang dalam dunia pendidikan karena kurangnya ketelitian dari pihak yang bertanggung jawab atas penerbitan buku tersebut. Anak-anak usia sekolah akan dengan mudah menyerap apa yang dituliskan buku pelajaran sekolah baik itu benar ataupun salah.

Radikalisme akan semakin berkembang dikarenakan ada beberapa faktor pendukung, yakni kekuatan jaringan antara dalam negeri dan luar negeri, budaya permisif dari sebuah masyarakat dan lemahnya penegakan hukum terhadap kelompok dapat dikategorikan sebagai teroris.

Dilansir dari okezone.com, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Dede Rosyada meminta bila memang terbukti adanya buku-buku pelajaran yang disisipi propaganda radikalisme atau bahkan terorisme, segera dilaporkan ke Kementrian Agama (Kemenag) atau pihak berwenang lainnya.

Menurutnya, saat ini Kementrian Agama telah diberi kewenangan mengontrol konten buku-buku pelajaran agama.
Dede mengatakan, Indonesia adalah milik bangsa Indonesia, jangan dibiarkan ideologi negera lain tumbuh dan menghancurkan budaya serta nilai-nilai luhur bangsa Indonesia itu sendiri dari banyaknya paham radikalisme ataupun terorisme yang semakin berkembang. Dengan menjunjung budaya sendiri dan pemahaman nilai-nilai dalam Pancasila, diharapjan Indonesia mampu melawan dan menghancurkan pengaruh tersebut.

Reporter : Sasgia Mg.  |Editor : Maryam Amini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *